a. Tugas PPATK
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2003, menetapkan tugas PPATK sebagai berikut: 1
Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevakuasi informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan undang-
undang ini. 2
Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh Penyedia Jasa Keuangan.
3 Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan. 4
Memberikan nasehat dan bantuan kepada instansi yang berwenang tentang informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini. 5
Mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam undang-
undang ini atau dengan peraturan perundang-undangan lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang mencurigakan.
6 Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya-
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
Universitas Sumatera Utara
7 Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi
tindak pidana pencucian uang kepada Kepolsian dan Kejaksaan. 8
Membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 enam
bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap
Penyedia Jasa keuangan. 9
Memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan
undang-undang ini.
b. Wewenang PPATK
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2003 mengatur kewenangan PPATK sebagai berikut:
1 Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan.
2 Meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau
penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum.
Universitas Sumatera Utara
3 Melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai
kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang ini dan terhadap pedoman pelaoran transaksi keuangan.
4 Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai
transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b.
Terdapat 9 sembilan stuktur bidang kegiatan dalam PPATK yaitu:
79
1. Bidang Hukum dan Perundang-undangan
2. Bidang Peraturan Pelaksanaan
3. Bidang kepatuhan dan pengawasan
4. Bidang Kerjasama dalam Penegakan Hukum
5. Bidang Organisasi, Logistik, dan Sumber Daya manusia
6. Bidang Teknologi Informasi
7. Bidang hubungan dan Kerjasama Internasional
8. Bidang analisis
9. Bidang Sosialisasi dan Kehumasan
79
Ibid, hal.58.
Universitas Sumatera Utara
PPATK bukan institusi investigatif, karena PPATK tidak memiliki fungsi penyelidikan. Menurut Yunus Hussein selaku Kepala PPATK, beliau mengatakan
bahwa kewenangan penyelidikan tidak dimiliki oleh PPATK. Penyelidikan juga tidak disebutkan dengan jelas dalam undang-undang. Dalam hal ini, kewenangan
PPATK berkaitan dengan kewenangan pra-investigasi atau sebelum pemeriksaan dilakukan. PPATK bias menerima laporan dari Penyedia Jasa keuangan dan bias
menerima laporan dari masyarakat. Kemudian dianalisa dan diserahkan kepada kepolisian dan kejaksaan. PPATK hanya membantu dan tidak bias
mempertanyakan apakah hal tersebut sudah berjalan atau tidak. Setiap upaya penegakan hukum oleh penegak hukum dapat menggunakan database information
yang ada pada PPATK sehingga para aparat penegak hukum dapat menjalankan penegakan hukum dengan lebih lancar dan efektif dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
80
Kontribusi PPATK dalam pelaksanaan pencegahan money laundering sangat besar terutama dalam mendukung penyelidikan tentang financial dan aliran
dana para pelaku yang bukan merupakan keahlian penyidik polri. Selain itu peran PPATK lainnya sangat membantu dalam hal koordinasi dengan Penyedia Jasa
keuangsn, termasuk Perusahaan Asuransi dalam pencarian bukti mengenai transaksi keuangan mencurigakan dan pengawasan bagi Perusahaan Asuransi
berkaitan dengan kepatuhan dalam menerapkan prinsip Know Your Customer dalam kelembagaan perusahaannya.
80
Ibid, hal.59.
Universitas Sumatera Utara
C. Ketentuan Sanksi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2003 Prinsip Know Your Customer, ketentuan sanksi terhadap Penyedia jasa keuangan yang tidak melaporkan kepada PPATK perihal transaksi
keuangan yang mencurigakan uang termuat dalam Pasal 13 ayat 1 akan dikenai sanksi pidana berupa denda, hal ini termuat dalam Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 yang berbunyi:
“Penyedia Jasa Keuangan yang dengan sengaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1,
dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu
milyar rupiah.”
Adapun yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah
menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 adalah: “Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada
PPATK sebagaimana dimaksud dalam Bab V, untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Transaksi Keuangan Mencurigakan
b. Transaksi keuangan yang dilakuan secara tunai dalam jumlah
kumulatif sebesar Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta tupiah atau lebih yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi
maupun dalam beberapa kali transaksi dalam 1 satu hari kerja.”
Universitas Sumatera Utara