Pasal 33 UUD 1945 dan Rasio-Legis-Falsafi Perekonomian Indonesia
adalah bahan-bahan ekspor, umumnya bahan mentah. Dekon menghendaki perombakan ekonomi kolonial itu.
5
Sebagai koreksi atas struktur ekonomi kolonial itulah Bung Hatta merumuskan paham ekonominya yang kelak menjadi Pasal 33 UUD 1945. Jauh
sebelum Indonesia merdeka Bung Hatta telah mempersiapkan paham ekonomi tersebut, sejak di pembuangan Banda Neira. Bahkan, sudah tercermin sejak ia
memimpin Pendidikan Nasional Indonesia PNI. Istilah “perekonomian Rakyat”
dimunculkan Hatta pada 1931, kemudian menjiwai semangat kemerdekaan Indonesia yang
menggantikan “Daulat Tuanku” menjadi “Daulat Rakyat”. Pada 1932 Bung Hatta menulis brosur politik bagi kadernya dengan judul “Ke Arah Indonesia
Merdeka”.
6
Menurut Bung Hatta perekonomian suatu negara pada umumnya ditentukan oleh tiga hal; 1 kekayaan tanahnya, 2 kedudukannya terhadap negeri lain dalam
lingkungan internasional, dan 3 sifat dan kecakapan rakyatnya. Namun, Bung Hatta mengingatkan bahwa untuk Indonesia harus ditambah satu pasal lagi, yaitu
5
Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta; Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1965, cet. ke-1, jilid II,h. 588.
6
Sri Edi-Swasono, Ekspose Ekonomika Globalisme dan Kompetisi Sarjana Ekonomi, h. 62. Bung Hatta mengatakan bahwa Pasal 33 UUD 1945 berbeda dengan pasal-pasal lainnya yang tumbuh
dan jadi dalam beberapa minggu saja pada tahun 1945. Ide yang tertanam dalam Pasal 33 mempunyai sejarah yang panjang. Berhadapan dengan kapitalis me yang begitu hebat, maka harus dihadapi dengan
organisasi rakyat jelata yang kuat pula. Bahkan, Budi Uto mo dan Sarekat Islam pun tidak lupa menganjurkan anggota-anggotanya agar ekonomi rakyat dibangun dengan mengadakan koperasi.
Hatta, “Cita-Cita Koperasi..”, dalam Sri Edi, Membangun Sistem Ekonomi.., h. 14-15. Sebagaimana dikutip Sritua Arif, Bung Hatta menegaskan: “Pasal 33 UUD 1945 ialah kebulatan pendapat yang
hidup dalam perjuangan k emerdek aan pada zaman Hindia Belanda dahulu . Lihat, Sritua Arif,
Pemik iran Pembangunan , h. 294.
sejarahnya sebagai tanah jajahan. Karena Indonesia meringkuk menjadi negara jajahan selama ratusan tahun, maka perekonomiannya pun tidak sebagaimana
mestinya menurut faktor-faktor tersebut. Indonesia tanahnya kaya, menghasilkan harta bagi dunia. Tapi, rakyatnya hidup miskin dan sengsara.
7
Dalam sistem ekonomi kolonial itu Pribumi Nusantara berada di urutan paling bawah. Dalam stratifikasi yang dibuat oleh Bung Hatta, perekonomian Hindia
Belanda terbagi menjadi tiga lapis. Lapisan atas ialah perekonomian kaum penjajah, kaum kulit putih, terutama bangsa Belanda. Perdagangan besar rata-rata dikuasai
mereka. Lapisan ekonomi kedua, yang menjadi penghubung dengan masyarakat Indonesia, kira-kira 90 persen ada di tangan orang Tionghoa dan orang Asia lainnya.
Lapisan ketiga ialah perekonomian segala kecil yakni pertanian kecil, pertukangan kecil, perdagangan kecil, dan lain-lain.
8
Untuk mengakhiri ketimpangan ini, maka dalam membangun ekonomi Indonesia merdeka, penyelenggaraan demokrasi
ekonomi adalah harga mati bagi Bung Hatta.
9
Sebagaimana dikemukakan Wilopo, tidak banyak ditemukan perdebatan di parlemen mengenai penafsiran terhadap Pasal tersebut. Pasal 38 UUD
7
Mohammad Hatta, “Ekonomi Indonesia di Masa Datang”, dalam Sri Edi-Swasono, Ed., Membangun Sisten Ek onomi
, h. 1-2. A kibat penjajahan sumber daya manusia Indonesia menjad i lemah dan menjad i pekerjaan yang tidak mudah untuk membangun nya kembali. Mengutip Alfred Marshall,
Bung Hatta mengatakan bahwa tenaga manusia yang terlalu diperas akan melahirkan turunan yang semakin lama semakin lemah. Lihat,
Hatta, ”Ekonomi Indoensia di Masa Datang”, dalam Ibid, h. 12; lihat juga dalam Sri-Ed i Swasono Ed., Ibid, h. 9.
8
Mohammad Hatta, “Cita-cita Koperasi Dalam Pasal 33 UUD 1945”, dalam Sri-Edi Swasono Ed, Membangun Sisten Ekonomi Nasional; Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta:
Penerbit Un iversitas Indonesia –UI-Press, 1985, cet. I, hal 15-16.
9
Revrisond Baswir, “Ekonomi Kolonial”, diakses pada 2 Desember 2007 dari http:republika.co.idkoran_detail.asp?id=274212kat_id=15kat_id1=kat_id2 =.
SementaraPasal 33 UUD 1945, sebagaimana dikatakan Pemerintah dalam jawabannya pada 3 Agustus 1950 menanggapi laporan yang diserahkan oleh Panitia
Laporan Parlemen, Indonesia tidak berdasarkan konsep liberalisme ekonomi, tetapi sebaliknya berdasarkan atas konsep yang berlawanan dengannya. Pasal ini
merupakan satu-satunya Pasal yang menunjuk pada sistem ekonomi, maka jelaslah bahwa Pasal ini dimaksudkan sebagai asas dasar bagi perekonomian nasional. Lebih
lanjut, Wilopo mengatakan bahwa justru karena ada kesepakatan penuh antara wakil- wakil Republik Indonesia Serikat dan wakil-wakil Republik Indonesia, maka tak ada
pertukaran pendapat yang mungkin mengakibatkan adanya pembahasan secara terperinci tentang pentingnya arti dan tujuan Pasal itu. Inti dari Pasal 38 UUD
SementaraPasal 33 UUD 1945 adalah untuk mengganti asas ekonomi masa lalu dengan suatu asas baru.
10
Selanjutnya, Sri Edi-Swasono mengatakan bahwa tugas pembaruan hukum nasional Indonesia adalah mem-Pasal 33-kan KUHD.
11
Dalam rangka koreksi struktur ekonomi kolonial inilah para pendiri Indonesia memasukkan
pasal 33 dalam UUD 1945.
12
2. Pasal 33 UUD 1945 dan Rasio-Legis-Falsafi Perekonomian Indonesia Bung Hatta mengatakan bahwa dasar perekonomian Indonesia di masa yang
akan datang akan semakin jauh dari individualisme, dan semakin dekat kepada
10
Lihat Wilo po, ”Suatu Tafsiran Terhadap Ayat 1 Pasal 38 Daripada UUD Sementara RI”,
dalam Sri-Edi, Membangun Sistem Ekonomi...h. 23-25.
11
Sri Edi-Swasono, Ekspose Ekonomika Globalisme dan Kompetisi Sarjana Ekonomi, Yogyakarta: Pusat Studi Ekono mi Pancasila -UGM, 2003, cet. III, h. 122-123.
12
Mohammad Hatta, ”Cita-cita Koperasi...”, dalam Sri-Edi Swasono Ed, Membangun Sisten Ek onomi Nasional; Sistem Ek onomi dan Demok rasi Ek onomi
, Jakarta: UI-Press, 1985, cet. I, hal 16.
kolektivisme, yaitu sama sejahtera. Kolektivisme sesuai dengan cita-cita hidup Indonesia, yang sejak dulu dikenal dengan tolong-menolong atau gotong-royong.
Dasar perekonomian yang sesuai dengan cita-cita tolong-menolong adalah koperasi. Oleh karenanya, seluruh perekonomian rakyat harus berdasarkan koperasi.
13
Hubungannya dengan negara, dalam paham kolektivisme tidak ada pertentangan antara masyarakat dan negara. Negara adalah alat masyarakat untuk
menyempurnakan keselamatan umum. Semua perusahaan penting, yang menjadi pokok atau kunci bagi perusahaan lain, harus menjadi usaha Negara.
14
Berikut bhunyi lengkap pasal 33 UUD 1945:
15
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. 2.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai Negara.
3.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.
Adapun penjelasan Pasal 33 UUD 1945 adalah:
16
1 Da la m Pasa l 33 terca ntum dasa r de mok ras i eko no mi. Prod uk s i d ik erjak a n
oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota- anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang- seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.
13
Lihat Mohammad Hatta, dalam Sri Edi, h. 3-5.
14
Mohammad Hat ta, ”Ekonomi Indonesia...”, dalam Sri-Edi, Membangun Sistem Ekonomi...h.
8.
15
Dikutip dari Mohammad Hatta, “Ekonomi Indonesia...”, dalam Sri-Edi Ed, Membangun Sisten Ek onomi
, hal 1.
16
Mohammad Hatta, ”Ekonomi Indonesia...”, dalam Sri-Edi Ed, Membangun Sisten Ek onomi ...
, hal 13.
2 Perekono mia n berda sar a tas de mokras i eko no mi, ke mak mura n ba gi se mua
orang. Sebab itu cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk
produksi jatuh ke tangan orang-seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup
orang banyak, boleh ada di tangan orang-seorang.
3
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Penjelasan selanjutnya perlu penulis kemukakan kutipan panjang tulisan Bung Hatta selaku arsitek Pasal tersebut:
Asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Asas kekeluargaan ini adalah istilah dari Tamansiswa untuk menunjukkan bagaimana guru dan murid yang tinggal
padanya hidup sebagai suatu keluarga. Itu pulalah hendaknya corak kooperasi Indonesia. Hubungan antara anggota-anggota koperasi satu sama lain harus
mencerminkan orang-orang bersaudara, satu keluarga. .....................................
Dikuasai oleh negara dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tidak
berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawan atau ondernemer. Lebih tepat dikatakan bahwa kekuasaan negara terdapat pada membuat peraturan guna
melancarkan jalan ekonomi, peraturan yang melarang pula “penghisapan” orang yang lemah oleh orang lain yang bermodal. Negara mempunyai kewajiban p ula,
supaya penetapan UUD 1945, Pasal 27 Ayat 2 terlaksana, yaitu „tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan‟.
.......................................................... Cita-cita yang tertanam dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 ialah
produksi yang besar-besar sedapat-dapatnya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan bantuan kapital pinjaman dari luar. Apabila siasat ini tidak berhasil, perlu
juga diberi kesempatan kepada penguasa asing menanam modalnya di Indo nesia dengan syarat yang ditentukan oleh Pemerintah. Pokoknya modal asing yang
bekerja di Indonesia itu membuka kesempatan bekerja bagi pekerja Indonesia sendiri. Daripada mereka hidup menganggur, lebih baik mereka bekerja dnegan
jaminan hidup cukup.
Cara begitulah dahulu kita memikirkan betapa melaksanakan pembangunan ekonomi dengan dasar Pasal 33 UUD 1945. Terutama digerakkan tenaga-tenaga
Indonesia yang lemah dengan jalan kooperasi, kemudian diberkan kesempatan kepada golongan swasta untuk menyerahkan pekerjaan dan kapital nasional.
Apabila tenaga nasional dan kapital nasional tidak mencukupi, kita pinjam tenaga asing dan kapital asing untuk melancarkan produksi.
...
Dasar ini dapat dipegang terus bagi masa sekarang dan masa datang, dengan keinsafan pada angkatan muda Indonesia bahwa dalam pembangunan negara dan
masyarakat, bagian pekerja dan kapital nasional makin lama makin besar, bantuan tenaga dan kapital asing, sesudah sampai pada suatu tingkat, makin lama makin
berkurang. Rente dan angsuran dari kapital asing yang harus dibayar kembali, harus dihasilkan sepenuhnya dari hasil yang diperoleh dari proyek yang dibangun
dengan kapital pinjaman itu. Janganlah pembayaran rente dan angsuran kapital asing itu menjadi beban pajak bagi angkatan Indonesia yang akan datang.
Dalam pada itu ada baiknya diperingatkan di sini, bagaimana kita memahamkan kooperasi seperti yang terpancang dalam Pasal 33 UUD 1945. Cita-
cita kooperasi Indonesia menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham kooperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang
kolektif, berakar pada adat-istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Semangat
kolektivisme Indonesia yang akan dihidupkan kembali dengan kooperasi mengutamakan kerjasama dalam suasana kekeluargaan antara manusia pribadi,
bebas dari penindasan dan paksaan. Ia menghargai pribadi manusia sebagai makhluk Allah yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarganya dan
masyarakat seluruhnya tetapi menolak penentangan dan persaingan dalam bidang yang sama. Pada kooperasi, sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan, didamaikan dalam keadaan harmonis kepentingan orang-seorang dengan kepentingan umum.
.... Demikian cita-cita perkembangan koperasi sebagai soko-guru ekonomi
Indonesia dalam Pasal 33 UUD 1945. Kooperasi harus melaksanakan, supaya produsen memperoleh harga yang setinggi-tingginya dari penghasilannya dan
konsumen membayar harga serendah mungkin dari produk yang dibeli. Tidak seperti yang banyak terjadi di masa sekarang: produsen menjual hasil jerih-
payahnya dengan harga yang sangat rendah, konsumen membayar harga yang semahal-mahalnya. Bagian yang terbesar dari harga penghasilan dipungut oleh
saudagar-saudagar perantaraan antara produsen dan konsumen. Jarak harga antara daerah produksi dan daerah konsumsi harus ditekan serendah-rendahnya oleh
perkembangan kooperasi.
17
Adalah jelas bahwa usaha untuk mengembangkan sistem ekonomi berdasar usaha bersama sebagaimana ditentukan dalam Pasal 38 Undang-Undang Dasar
Sementara atau yang kemudian menjadi Pasal 33 UUD 1945 tidak dapat dibiarkan
17
Lihat selengkapnya Mohammad Hatta, “Cita-Cita Koperasi dalam Pasal 33 UUD 1945”,
dalam Sri-Edi Swasono Ed., Membangun Sistem Ekonomi..., h. 16-22.
berkembang dengan sendirinya. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal itu meletakkan kewajiban-kewajiban tertentu kepada penyelenggara negarapemerintah. Menurut
Mubyarto, Pasal 33 bersama-sama dengan Pasal lain seperti Pasal 34 dan 27 mengandung amanat konstitusional kepada pemerintah untuk menyelenggarakan
kesejahteraan sosial seluruh rakyat Indonesia melalui: 1 penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.
2 penguasaan bumi dan air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya; 3 pemeliharaan
fakir miskin dan anak-anak terlantar; dan 4 penyediaan lapangan kerja..
18