Modal Asing dan Kepemilikan Negara; sebuah Konflik Kepentingan
Umum Kadin, Chris Kanter, adalah masalah national interest.
47
Hal ini terkait dengan pernyataan Menteri Perdagangan Indonesia, Marie E. Pangestu berikut: “The essence
of the new law UU Penanaman Modal baru, penulis is legal certainty as it provides
equal treatment to domestic as well as foreign investmen ”.
48
Di Indonesia, proses kelahiran UU No. 11967 tentang Penanaman Modal Asing tidak bisa dilepaskan dari sejarah kepentingan Globalisasi Kapitalisme
Amerika Serikat menghadapi Perang Dingin. Menurut Jeffrey Winters, sebagaimana dikutip Kwik Kian Gie, rancangan UU PMA disiapkan oleh kelompok David
Rockeffeler di Jenewa, Swiss, bersama-sama dengan, yang oleh Rockeffeler dinamakan, kelompok Mafia Berkeley.
49
“Mafia Berkeley”, sebagaimana dikemukakan Revrisond Baswir, adalah sekelompok ekonom Indonesia yang
“dibina” oleh pemerintah Amerika Serikat untuk membelokkan arah perekonomian Indonesia ke jalan ekonomi pasar neoliberal atau liberalisme.
50
Karena generasi pertamanya kebanyakan adalah lulusan Universitas Berkeley, California, maka
47
Chris Kanter, “UU Penanaman Modal dan Dampaknya terhadap Dunia Usaha”, makalah seminar sehari UU PM dan UU PT, Jakarta 2007. Diakses pada 16 Maret 2008 dari: http:www.kad in-
indonesia.or.idenmimagesdokumenKADIN-98-2495-06022008.pdf.
48
Diakses pada 16 Maret 2008 dari: http:www.kadin-indonesia.or.idenmimagesdokumenKADIN-98-2495-06022008.pdf.
49
Kwik Kian Gie, ”50 Tahun Mafia Berkeley; Antara Kenyataan dan Fiksi”, Jakarta, 2006, h. 6. Kwik mengatakan bahwa boleh jad i istilah Mafia Berkeley kurang dikenal d i Indonesia. Tapi, istilah
ini cukup dikenal d i dunia, terutama oleh lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, Ban k Pembangunann Asia, IMF dan CGI. Kwik Kian Gie,
“50 Tahun Mafia Berkeley: Antara Kenyataan dan Fiksi
”, Jakarta, 2006, h. 1.
50
Revrisond Baswir, Mafia Berkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, cet. I, h. 17. Menurut Rizal Mallarangeng, sebutan Mafia Berkeley bermu la dari sebuah
kelo mpok d iskusi sabtu malam Emil Salim dan kawan-kawan di Berkeley di bawah bimb ingan para ekonom terkemuka A merika Serikat. Rizal Mallarangeng, Mendobrak Sentralisme Ekonomi Indonesia
1986-1992 , penerj.: Martin Aleida, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, cet. I, h. 43.
disebutlah Mafia Berkeley.
51
Mereka diantaranya adalah: Soemitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, Mohammad Sadli, Emil Salim, Subroto, Barli Halim, dan lain-
lain. Senada dengan Winters, David Ransom mengatakan bahwa dalam
merumuskan UU Penanaman Modal Asing, Soemitro Djojohadikusumo dan Mohammad Sadli, dibimbing David Cole, seorang ekonom lulusan Harvard, Amerika
Serikat, yang baru saja menyelesaikan pembuatan peraturan-peraturan perbankan di Korea Selatan serta banyak mendapat bantuan dari Kedutaan Besar Amerika
Serikat.
52
UU No. 11967 tentang PMA adalah produk pertama Mafia Berkeley, sekaligus menjadi awal liberalisasi ekonomi dan menjadikan Indonesia kembali
kepada kolonialisme.
53
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh David Ransom dan kemudian diperkuat oleh Dewan Redaksi Ramparts,
54
terkuak fakta adanya kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat CIA dan Pentagon dengan lembaga-lembaga pendidikannya seperti
Berkeley University, Cornel University, Massachussete Institute of Technology dan Harvard University. Di universitas-universitas terkemuka inilah, melalui Ford dan
Rockeffeler Foundation, mahasiswa-mahasiswa Indonesia mendapatkan pendidikan
51
Koalisi Anti Utang, ”Mafia Berkeley: Kegagalan Indonesia Menjadi Negara Besar di Asia”,
Jakarta, 2006, h. 1.
52
David Ransom, Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia ”, Jakarta: Koalisi
Anti Utang, 2006, cet I, h 58.
53
Putusan MKRI , h. 57; lihat juga, h. 105-106.
54
Dalam rangka studinya, Ransom sempat singgah di Indonesia sekitar satu tahun. Hasil penyelidikannya kemudian diterbitkan melalui sebuah artikel berjudul ”Mafia Berkleley and
Indonesian Massacre ” di majalah Ramparts pada bulan Oktober 1970 di Amerika Serikat dan
diterbitkan berkala di Indonesia oleh Mingguan Dwiwarna edisi No 103-109 tahun 1970. lihat Pengantar Penyalin dalam Dav id Ransom, Mafia Berkeley... h. 12.
liberal a la Barat. Kelompok “Mafia Berkeley” ini sudah dipersiapkan secara
sistematis selama sepuluh tahun sebelum berkuasa 1956-1965 sebagai bagian dari strategi perang dingin menghadapi kekuatan nasionalis-progresif dan revolusioner
serta komunis di kawasan Asia. Program untuk Mafia Berkeley dirancang khusus untuk mahasiswa Indonesia yang dipersiapkan untuk di kemudian hari menjadi
bagian dari hegemoni global Amerika Serikat.
55
Praktis, setelah Soekarno lengser dan Suharto menjadi presiden, kelompok Mafia Berkeley menduduki pos-pos kementrian penting terutama di bidang ekuin.
56
55
Sementara para mahasiswa Indonesia sedang belajar di Amerika, beberapa sarjana dan profesor dari A merika Serikat g iat melaku kan upaya perombakan kurikulu m d i Faku ltas Ekonomi FE
Universitas Indonesia UI. Bruce Glassbuner mengatakan bahwa Presiden Soekarno pernah keberatan dengan kurikul
um ini dan berkata “yang bisa mereka katakan pada saya hanyalah Schumpeter dan Keynes
teori-teori ekono mi liberal, sedang waktu saya muda, saya membaca Marx ”. Dengan sedikit
rayuan, kurikulu m itu berhasil juga menembus FEUI. Dan, setelah FEUI dikuasai, sasaran “modernisasi” selanjutnya adalah Sekolah Tinggi Komando Angkatan Darat, Seskoad Bandung.
Bukan hanya UI yang “dikomando” dari Amerika Serikat, buku-buku petunjuk dan metode-metode Seskoad juga diimpor dari Sekolah Ko mando di Fort Leavenworth, Kansa s, Amerika Serikat.
Keduanya diarahkan untuk “anti-komunisme”. Menurut Ransom, subversi inilah melalui intelektual UI atau Mafia Berkeley yang terlibat dalam pembunuhan massal 1965 yang berujung pada jatuhnya
Soekarno beserta semangat nasionalisme-p rogresif-nya di Indonesia berganti rezim pro-Barat dan pro modal Asing. Lihat selengkapnya David Ransom, Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di
Indonesia
”, Jakarta: Koalisi Anti Utang, 2006, cet I. Keberadaan Mafia Berkeley ini snagat relevan dengan tesis Ashis Nandy, salah seorang perintis studi Post-kolonial, dalam The Intimate Enemy
1983 yang membag i kolonialis me dalam dua tahap; pertama, yang sederhana, yaitu penaklukan tanah dan teritori, dan kedua, kolonialisme justru lebih tertuju pada penaklukan pikiran dan budaya.
Tahap ini merupakan kerja-kerja para sarjana, kau m rasionalis, modernis dan liberalis . Lihat, Ah mad Baso, Islam Pascakolonial; Perselingkuhan Agama, Kolonialisme, dan Liberalisme, Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2005, cet. I, h. 60.
56
Pada tahun 1968, Jendral Soeharto secara diam-diam mengadakan pertemuan reuni dengan orang-orang binaan Ford Mafia Berkeley, untuk merancang Kabinet Pembangunan. Akhirnya,
sebagai Menteri Perdagangan ditunjuk Dekan Faku ltas Ekono mi Universitas Indonesia Sumitro Djo johadikusumo Doctor of Philosophy dari Rotterdam, sebagai Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional ditunjuk Widjojo Nitisastro Doctor of Philosophy dari Berkeley, 1961, sebagai Wakil Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ditunjuk Emil Salim Doctor of
Philosophy
, Berkeley, 1964 , sebagai Direktur Jenderal Pemasaran dan Perdagangan ditunjuk Subroto Doctor of Philosophy dari Harvard, 1964, sebagai Menteri Keuangan ditunjuk Ali Wardhana Doctor
of Philosophy dari Berkeley, 1962, sebagai Ketua Team Penanaman Modal Asing dirun juk Moh.
Sadli Master of Seience, MIT, 1956, sebagai Sekjen. Departemen Perindustrian ditunjuk Barli Halim Master of Business Administration, Berkeley, 1959 , sedang Sudjatmoko, yang sebelumnya menjad i
Diikuti kemudian dengan perubahan kebijakan dari “mengganyang” modal asing
57
menjadi “bersahabat” dengannya. Berikut pernyataan Ketua Tim Teknis Penanaman Modal kala itu, Mohammad Sadli, yang oleh Ransom masuk salah satu anggota
Mafia Berkeley, berikut: Dalam sejarah Republik Indonesia yang sebelumnya maka penanaman modal
asing itu diharamkan secara politik dan ‟diganyang‟. Perusahaan modal asing mengalami tindakan diambil alih oleh pemerintah dan nasionalisasi. Apakah
Pemerintah Orde Baru dapat menghapuskan segala proses sejarah ini? Tidak. Tuntutan dan kekuatan paham ‟nasionalisme ekonomi‟ tetap diakui syah dan
wajarnya, akan tetapi zaman sekarang memerlukan realisme baru untuk dapat melanjutkan pembangunan ekonomi.
58
Lebih lanjut, Sadli menegaskan bahwa untuk menarik modal asing, pemerintah orde baru mengambil keputusan untuk mengembalikan perusahaan-
perusahaan asing non-Belanda seperti Good Year, Unilever, Union Carbide, BAT,
penasehat Adam Malik, diangkat menjadi Duta Besar di Washington. David Ransom, h. 61. Mengenai Tim Ahli Ekonomi Presiden pada awal Pemerintahan Soeharto, lihat”30 Tahun Indonesia Merdeka;
1965-1973 ”, jilid III, h. 180-181.
57
Selain kebijakan res mi ”mengganyang” modal asing orde lama, Bung Karno kala itu
mempunyai cita-cita agar kekayaan alam Indonesia dikelola sendiri o leh rakyat Indonesia setelah mereka mendapat pendidikan. Mengenai hal ini, simak penuturan Kwik Kian Gie sebagai berikut:
”...Ibu Megawati pernah bercerita kepada saya bahwa Istana selalu ramai dikunjungi para investor asing yang mintak epada Bung Karno supaya dibolehk an mengek splorasi dan mengek sploitasi minyak
dan sumber daya mineral lainnya. Bung Karno selalu menolak k ecuali yang minimal sek ali untuk memenuhi k ebutuhan yang sangat mendesak . Ibu Mega yang ketika itu berusia 13 tahun bertanya
k epada ayahnya mengapa menolak ? Dijawab
oleh Bung Karno: ”Nanti, Dis, kita tunggu sampai kita mempunyai insinyur-insinyur sendir
i.” Bung Karno memanggil Ibu Mega dengan sebutan ”Gadis”. Jadi Bung k arno tidak anti asing, tetapi ingin menggarap sumber daya mineral yang ada di bumi
Indonesia oleh insinyur-insinyur Indonesia sendiri yang sedang disiapkan, terutama oleh almamaternya, ITB....Bung Karno memimpik an bangk itnya perusahaan -perusahaan minyak Indonesia
seperti Shell, ExxonMobil, Chevron, Total dan sebagainya ...” Lihat, Kwik Kian Gie, ”50 Tahun
Berkeley Mafia”, h. 4.
58
Mohammad Sadli, ”Mengenang Masa Pertama Penanaman Modal Asing dan Dalam Negeri”, dalam, Presiden Soeharto Bapak Pembangunan Indonesia, Jakarta: YDBKMI, 1983, h.
300.
Bata, Bir Heineken dan Pekebunan Uniroyal yang diambil alih pada masa pancaroba sebelumnya sebagai tanda bukti kebijaksanaan baru yang pro-modal asing.
59
Setelah terjadi perubahan paradigma ekonomi tersebut, banyak perusahaan asing yang sejak semula berkeinginan untuk menanamkan investasinya di Indonesia
mendapatkan angin segar. Freeport Sulphur membuka pertambangan di Irian Barat, International Nickel mendapatkan tambang nikel di Sulawesi, Alcoa akan
mengadakan perundingan untuk mendapatkan sebagian besar tambang bauxit di Indonesia. Perusahaan-perusahaan kayu dari Jepang, Korea dan Philipina seperti
Weyerhaeuser, International Paper, Boise Cascade akan menebangi kayu-kayu hutan Sumatera, Irian Barat dan Kalimantan. Suatu konsorsium pengusaha-pengusaha
tambang raksasa dari AS dan Eropa yang dipimpin oleh US-Steel akan membuka pertambangan nikel di Irian Barat. US-British dan US-Australian akan membuka
pertambangan timah serta US-New Zealand berusaha untuk mendapatkan batubara.. Selain itu Jepang juga akan menguras udang, ikan tuna dan mutiara dari lautan
kepulauan Indonesia. Hadian terbesar dari perubahan paradigma ekonomi itu terjadi pada tahun 1969. terdapat 23 perusahaan minyak telah mengajukan permintaan untuk
mendapatkan hasil eksplorasi, eksploitasi dan menjual minyak yang terdapat di dasar lautan dan pantai-pantai Indonesia. Dari jumlah tersebut 19 diantaranya berasal dari
59
Lihat, Mohammad Sadli, ”Mengenang...”, h. 301-302.
Amerika Serikat. Natomas dan Atlantic-Ricfield mendapatkan konsesi minyak seluas 21.000 mil persegi di sebelah timur pulau Jawa.
60
Di bawah ekonom Mafia Berkeley, kebijakan ekonomi Indonesia diarahkan untuk mengikuti pola kebijakan dalam WTO, IMF dan Bank Dunia berdasarkan
Washington Consensus . Secara garis besar, arah kebijakan itu, dua yang terpenting
berkaitan dengan pembahasan ini adalah: 1 liberalisasi Impor dan pelaksanaan aliran uang yang bebas, dan 2 pemasukan investasi asing yang lebih lancar. Pilihan
kebijakan “bersahabat dengan investor” investor friendly ini menjadi paradigma mainstream
kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia sejak era Soeharto hingga era pasca reformasi.
61
60
David Ransom, Mafia Berkeley..., h. 68-70. Kekayaan dan sumber daya Indonesia lainnya yang belum dieksploitasi adalah berupa, kala itu, 120. 000.000 orang penduduknya yang merupakan
setengah dari jumlah penduduk Asia Tenggara. Seorang pengusaha elektronik dari California yang sedang melakukan perakitan di Jakarta berkata: ”Indonesia sekarang ini merupakan pusat tenaga buruh
perakitan yang terbesar di dunia, yang cakap- cakap dengan upah murah.” David Ransom, Mafia
Berk eley..., hal. 69.
61
Ichsanuddin Noorsy, ”Indonesia Butuh Pemimpin Sejati”, Investor Daily, 22 Mei 2006; Sri- Edi Swasono, ”Berkeley Mafia dan Pemikiran Hatta”, h. 15-16. Koalisi Anti Utang, ”Mafia Berkeley;
Kegagalan Indonesia Menjadi Negara Besar di Asia”, h. 2-11; Detail kisah petualangan ”Mafia Ekonomi” tersebut lihat misalnya karya Ishak Rafick dan dipertegas Rizal Ramli dalam Kata
Pengantarnya dalam, Ishak Rafick, Catatan Hitam Lima Presiden; sebuah Investigasi 1997-2007, Mafia Ek onomi dan Jalan Baru Membangun Ek onomi
, Jakarta: UfukPress, 2008, cet.I.
63