Negara Hukum dan Rasio-Legis-Falsafi Kenegaraan Indonesia

Merah Putih dan lagu Indonesia Raya. 37 Proklamasi Kemerdekaan ini kemudian menjadi sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 38 Beberapa teori kenegaraan yang terdapat dalam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia adalah: a. Proklamasi sesuai dengan teori kenegaraan modern tentang terbentuknya sebuah negara dalam lingkungan masyarakat negara-negara lainnya secundaire staatswording . Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berarti lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 39 Namun, Indonesia tidak berdasarkan vertrag atau kontrak sosial antar individu ala Barat seperti Locke atau Hobbes, tapi berdasarkan gesamt akt atau konsensus sosial yang mengutamakan mutualism dan brotherhood serta semangat ukhuwah. 40 b. Dengan proklamasi sekaligus terbentuk suatu bangsa yang sadar bernegara natie dari bangsa Indonesia sebagai suatu kelompok manusia yang berkebudayaan yang sama. Dengan kata lain, meminjam istilah Ben Anderson, terbentuklah sebuah “komunitas terbayang”. 41 37 Mengenai proses- proses terjadinya “Revolusi Indonesia”, lihat selengkapnya dalam M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern…, h. 317-320; lihat juga Kahin, Nasionalisme…, h. 170-175. 38 Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H., dan Cristine S.T. Kansil, S.H., M.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Huk um Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 1993, cet. IX, jilid II, h. 14. 39 Padmo Wahjono, Negara Republik Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1986, cet. II, h. 4; Kansil, Pengantar Huk um Indonesia , jilid II, h. 15. 40 Sri- Edi Swasono, “Berkeley Mafia vs Pemikiran Hatta”, h. 13-14. Makalah Seminar 50 Tahun Mafia Berkeley, Jakarta, 2006. 41 Padmo Wahjono, Negara Republik Indonesia, h. 4. Benedict Anderson mendefinisikan bangsa nation sebagai ko munitas politis dan dibayangkan, sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa terkecil pun tidak bakal tahu dan tidak akan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun di benak anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka. Lihat Benedict c. Proklamasi kemerdekaan berarti puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuang bertahun-tahun sejak 21 Mei 1908. 42 Pada masa-masa tersebut, para pemuka Indonesia berupaya membangun hukum Indonesia dengan sedapat mungkin melepaskan diri dari ide-ide hukum kolonial. 43 Sehari setelah pembacaan proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI 44 mengadakan sidang dan menetapkan: a Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, b Undang-Undang Dasar 1945, 45 c memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI, dan d pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional. Kemudian sidang pada tanggal 19 Agustus 1945 Anderson, Imagined Communities; Komunitas-komunitas Terbayang, penerj.: Omi Intan Nao mi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar-Insist Press, 2001, cet. I, h. 8. 42 Kansil, Pengantar, jilid II, h. 15. Dalam hal ini, Kansil menjad ikan berdirinya organisasi Boedi Oeto mo sebagai pijakan lah irnya gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Lihat selengkapnya Akira Nagazu mi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia; Budi Utomo, terj.: Pustaka Utama Grafiti- KITLV, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989. 43 Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional; Suatu Kajian tentang Dinamik a Sosial-Politik dalam Perk embangan Huk um Selama Satu Setengah Abad di Indonesia 1840-1990 , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994, cet. I, h. 187. 44 Pada tanggal 9 Agustus 1945, Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan BPUPK d ibubarkan dan diganti dengan Dokuritsu Zyunbi Iinkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI yang beranggotakan 21 orang dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua dan Wakilnya R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, h. 104- 105. BPUPK sendiri adalah bentukan pemerintah Jepang di Indonesia pada 1 Maret 1945 dengan mengangkat Dr. Radjiman Widyadiningrat sebagai ketuanya dan dua orang wakil dari Jepang dan Indonesia; Ichibangase Yoshio dan Suroso. Selengkapnya, lihat Kansil, Pengantar, jilid II, h. 15-16; George McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi...h. 153-154. 45 Yang dimaksud dengan UUD 1945 meliputi a pembukaan yang terdiri atas 4 alen ia yang berasal dari Naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 yang disusun oleh 9 orang Panitia Kecil dari BPK pada 22 Juni 1945, b Batang Tubuh atau isi yang meliputi 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Peraturan Peralihan dan 2 Aturan Tambahan yang berasal dari rancangan UUD tanggal 16 Juli 1945 yang disusun oleh BPK, dan c penjelasan resmi UUD 1945. Kansil, Pengantar, jilid II, h. 17. menetapkan Pembentukan 12 Departemen Pemerintahan dan Pembagian wilayah Indonesia dalam 8 Propinsi dan tiap propinsi dibagi menjadi beberapa karesidenan. 46 Dengan demikian, syarat-syarat sebagai sebuah negara sudah dipenuhi oleh Republik Indonesia, yaitu: 47 a. Rakyat Negara Indonesia; Bangsa Indonesia; b. Wilayah Negara Indonesia; tanah air yang semula dinamakan Hindia Belanda; c. Pemerintahan Negara Indonesia; sejak terpilihnya Presiden beserta Wakil-nya atas dasar UUD 1945 sebagai pucuk pimpinan pemerintahan dalam negara; d. Tujuan Negara, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. e. Bentuk Negara Indonesia, menurut Pasal 1 UUD 1945 ialah Negara Kesatuan. f. Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Terkait dengan konsep rechtstaat dan rule of law dalam terminology Negara Hukum, Mahfudz MD mengatakan bahwa Negara Hukum Indonesia tidak mengambil salah satu dari dua konsep itu, tapi memadukan keduanya dengan mengambil unsur baiknya, yaitu dengan memadukan prinsip “kepastian hukum” dalam Rechtstaat dengan prinsip “keadilan” dalam rule of law. Selain itu, kini terlalus sulit untuk 46 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, jilid II, h. 16. 47 Ibid , h. 17. menarik perbedaan substantif antara rechtstaat dan rule of law . 48 Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Azhary 1936-?, mengatakan bahwa secara formal, istilah Negara Hukum di Indonesia bisa disamakan dengan rechtstaat dan rule of law . Perbedaan dari tiga istilah ini hanya terletak pada arti materiil atau isinya karena perbedaan latar belakang dan pandangan hidup. 49 48 Moh.Mahfudz MD, Membangun Politik Hukum..., h. 26-27. 49 Azhary, Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, Jakarta: UI-Press, 1995, h. 33-34. 36

BAB III TINJAUAN KONSTITUSI ATAS HUKUM DAN KEPENTINGAN; STUDI

ATAS MODAL ASING DAN KEPEMILIKAN DALAM UU PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Pasal 33 UUD 1945 dan Rasio-Legis-Falsafi Perekonomian Indonesia

1. Konteks Historis Pasal 33 UUD 1945 Dalam bab terdahulu telah disinggung bahwa Proklamasi Kemerdekaan merupakan syarat dan tonggak lahirnya negara Republik Indonesia yang merdeka dan badaulat. Bagi Bung Karno, kemerdekaan adalah syarat utama untuk melepaskan diri dari stelsel kapitalisme dan imperialisme. Bung Karno mengatakan: Kita bergerak karena kita tidak sudi kepada stelsel kapitalisme dan imperialisme, yang membikin kita papa dan membikin segundukan manusia tenggelam dalam kekayaan dan harta, dan karena kita ingin sama rata merasakan lezatnya buah-buah dari kita punya masyarakat sendiri. Kita, oleh karenanya, harus bergerak untuk menggugurkan stelsel kapitalisme dan imperialisme. 1 Senada dengan Bung Karno, Tan Malaka berkata: Urusan politik dan ekonomi tak bisa dipisah-pisahkan di Indonesia Perang kemerdekaan Murba Indonesia berarti kedua-duanya, kemerdekaan politik dan perjuangan buat jaminan ekonomi. Artinya kemerdekaan nasional dalam arti yang sepenuhnya, yang serentak menjamin keadaan ekonomi dan sosial. Hasrat Perang Kemerdekaan Indonesia tidak saja untuk melenyapkan tindasan 1 Sukarno, Mencapai Indonesia Merdeka, Jakarta: Haji Masagung, 1989, cet. III, h. 43. politik imperialisme, tetapi juga untuk melenyapkan pemerasan dan mendapatkan jaminan hidup dalam masyarakat baru yang diperjuangkan. 2 Sebagaimana dikemukakan Sritua Arif, Bung Karno berpendirian bahwa revolusi kebangkitan bangsa Indonesia sebagai bekas bangsa terjajah dan sebagai bangsa yang telah hidup dalam alam feodalisme ratusan tahun lamanya, haruslah mengandung dua sisi; pertama, sisi revolusi nasional untuk mengenyahkan kolonialisme dan imperialisme asing; kedua, revolusi sosial untuk mengoreksi struktur sosial-ekonomi yang ada dalam masyarakat. Bagi Bung Karno, kemerdekaan bukan untuk kepentingan kemerdekaan itu sendiri tetapi kemerdekaan adalah syarat untuk melakukan koreksi yang fundamental terhadap tatanan sosial dan tatanan hubungan ekonomi di dalam masyarakat. 3 Menurut Revrisond Baswir, ciri ekonomi kolonial dalam pandangan Bung Karno setidaknya dapat ditelusuri pada tiga hal. Pertama, pada ekspor yang didominasi oleh ekspor bahan mentah. Kedua, pada impor Indonesia yang didominasi oleh impor barang-barang konsumsi. Ketiga, pada pasar keuangan Indonesia yang dimanfaatkan oleh para pemodal asing untuk memutar kelebihan modal mereka. 4 Berikut pernyataan Bung Karno: Ciri dari ekonomi kolonial tempohari adalah ketergantungan dalam banyak hal, termasuk pangan, dan sebaliknya yang diutamakan oleh ekonomi kolonial 2 Tan Malaka, Gerpolek; Gerilya-Politik-Ekonomi, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000, cet. I, h. 17. 3 Lihat Sritua Arif, Pemikiran Pembangunan dan Kebijaksanaan Ekonomi, Jakarta: Lembaga Riset Pembangunan, 1993, cet. I, hal. 335-337. 4 Revrisond Baswir, “Ekonomi Kolonial”, artikel diakses pada Minggu, 2 Desember 2007 dari http:republika.co.idkoran_detail.asp?id=274212kat_id=15kat_id1=kat_id2 = adalah bahan-bahan ekspor, umumnya bahan mentah. Dekon menghendaki perombakan ekonomi kolonial itu. 5 Sebagai koreksi atas struktur ekonomi kolonial itulah Bung Hatta merumuskan paham ekonominya yang kelak menjadi Pasal 33 UUD 1945. Jauh sebelum Indonesia merdeka Bung Hatta telah mempersiapkan paham ekonomi tersebut, sejak di pembuangan Banda Neira. Bahkan, sudah tercermin sejak ia memimpin Pendidikan Nasional Indonesia PNI. Istilah “perekonomian Rakyat” dimunculkan Hatta pada 1931, kemudian menjiwai semangat kemerdekaan Indonesia yang menggantikan “Daulat Tuanku” menjadi “Daulat Rakyat”. Pada 1932 Bung Hatta menulis brosur politik bagi kadernya dengan judul “Ke Arah Indonesia Merdeka”. 6 Menurut Bung Hatta perekonomian suatu negara pada umumnya ditentukan oleh tiga hal; 1 kekayaan tanahnya, 2 kedudukannya terhadap negeri lain dalam lingkungan internasional, dan 3 sifat dan kecakapan rakyatnya. Namun, Bung Hatta mengingatkan bahwa untuk Indonesia harus ditambah satu pasal lagi, yaitu 5 Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta; Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1965, cet. ke-1, jilid II,h. 588. 6 Sri Edi-Swasono, Ekspose Ekonomika Globalisme dan Kompetisi Sarjana Ekonomi, h. 62. Bung Hatta mengatakan bahwa Pasal 33 UUD 1945 berbeda dengan pasal-pasal lainnya yang tumbuh dan jadi dalam beberapa minggu saja pada tahun 1945. Ide yang tertanam dalam Pasal 33 mempunyai sejarah yang panjang. Berhadapan dengan kapitalis me yang begitu hebat, maka harus dihadapi dengan organisasi rakyat jelata yang kuat pula. Bahkan, Budi Uto mo dan Sarekat Islam pun tidak lupa menganjurkan anggota-anggotanya agar ekonomi rakyat dibangun dengan mengadakan koperasi. Hatta, “Cita-Cita Koperasi..”, dalam Sri Edi, Membangun Sistem Ekonomi.., h. 14-15. Sebagaimana dikutip Sritua Arif, Bung Hatta menegaskan: “Pasal 33 UUD 1945 ialah kebulatan pendapat yang hidup dalam perjuangan k emerdek aan pada zaman Hindia Belanda dahulu . Lihat, Sritua Arif, Pemik iran Pembangunan , h. 294.