Penetapan Pengadilan Agama dalam Perkara Pemohonan Pembatalan

nikah pertama. Pemalsuan identitas yang dilakukan oleh tergugat II ini bukan disebabkan oleh wanita lain, melainkan karena istri dan suami ingin cepat-cepat melangsungkan pernikahan, sehingga tergugat II tidak sempat untuk memperbaharui Surat Izin Kawin SIK yang sudah kadaluarsa, sehingga status suami dalam akta nikah pertama itu adalah selaku orang biasa dan bukan POLRI. 88 Pengajuan akta nikah kedua dari tergugat I kepada penggugat disebabkan oleh keinginannya untuk mendapatkan tunjangan gaji dari pemerintah karena setiap anggota ABRI memiliki tunjangan gaji dari pemerintah. Akan tetapi cara yang dilakukan oleh tergugat I ini kurang tepat, solusi yang dilakukan oleh istri seharusnya membicarakannya terlebih dahulu dengan suaminya lalu memperbaharui Surat Izin Kawin SIK kepada atasannya, hal tersebut akan membentuk ketertiban pernikahan dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini pun pihak penghulu mengajukan perkara permohonan pembatalan perkawinan adalah sesuai dengan peraturan, karena pihak-pihak yang bisa mengajukan perkara permohonan perkawinan itu adalah suami, istri dan pejabat yang berwenang yaitu pemerintah, termasuk di dalamnya penghulu Kantor Urusan Agama. Hal ini diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada BAB IV. 89 88 Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ketua majlis hakim, Ibu Hj Yustimar B.SH., ketika penulis melakukan wawancara dengan beliau. 89 Ibid. Disebutkan pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Pasal 37 dan Pasal 38 tentang pembatalan perkawinan, permohonan pembatalan suatu perkawinan diajukan oleh pihak- pihak yang berhak mengajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya perkawinan. Hal ini telah sesuai dengan yang dilakukan oleh Penghulu yaitu diajukan di Pengadilan Agama Jakarta Timur. Majelis Hakim mengabulkan gugatan penggugat untuk membela penggugat agar penghulu tersebut terhindar dari ancaman pidana. Pembatalan akta nikah kedua merupakan hukum baru yang diqiyaskan terhadap Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pernikahan itu mesti dicatatkan di Kantor Urusan Agama untuk menjaga ketertiban, sehingga adanya 2 akta nikah ini akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap masyarakat. Sehingga ijtihad hakim dalam membatalkan pernikahan kedua dan memutuskan akta nikah kedua tidak berkekuatan hukum, ini diambil untuk ketertiban masyarakat. Pemalsuan identitas yang dilakukan oleh tergugat II berdampak pada pembatalan pernikahan kedua dan akta nikah kedua tidak berkekuatan hukum. 90 90 Ibid.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas penulis menyampaikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Majlis Hakim merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Al-quran, As-sunnah, Pasal 2 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam KHI dan pada pasal 130 HIR dan peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang keharusan mediasi. 2. Penyebab terjadinya masalah adalah pernikahan yang terburu-buru tanpa mematuhi syarat-syarat dan rukun-rukun pernikahan. Surat Izin Kawin SIK yang dimiliki oleh calon suami yang berstatus ABRIPOLRI sudah kadaluarsa dan tidak diperbaharui lagi, sehingga status suami dalam akta nikahnya adalah sebagai orang biasa dan bukan POLRI. Selain itu latar belakang terjadinya pemalsuan identitas itu karena hamil di luar nikah yang kemudian ada paksaan dari pihak keluarga untuk melaksanakan pernikahan, hal ini terlepas dari keadaan laki-laki berada dalam kondisi siap nikah atau tidak di perbolehkan melakukan pernikahan seperti seorang anggota POLRI. 3. Pemalsuan identitas mengakibatkan istrinya tidak mendapatkan tunjangan gaji dari pemerintah sehingga istinya mengajukan pernikahan kedua dan akta nikah kedua diajukan agar mendapatkan tunjangan gaji