xxxii atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk,
kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. SMERU dalam Suharto dkk, 2004.
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.
17
Menurut Friedman Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial
meliputi: a modal produktif atau asset tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan, b sumber keuangan pekerjaan, kredit, c organisasi sosial
dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama koperasi, partai politik, organisasi sosial, d jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, e pengetahuan dan keterampilan, dan f informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
18
2. Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. Kemiskinan dapat di bagi kedalam beberapa dimensi:
a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi
menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang
17
Departemen Sosial Depsos, Penduduk Fakir Miskin Indonesia Tahun 2001 Jakarta:
Depsos, 2001.
18
Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum
Pemikiran Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS LSP-STKS, 2004, h. 6.
xxxiii umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-
negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat
globalisasi. b.
Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten kemiskinan akibat rendahnya
pembangunan, kemiskinan pedesaan kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan,
kemiskinan perkotaan kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan.
c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh
perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas. d.
Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si
miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.
19
Seperti pendapat para ahli kemiskinan merupakan penyakit masyarakat yang sangat sulit untuk dibasmi secara keseluruhan. Apalagi kemiskinan ini
sudah tersebar dikalangan masyarakat kota-kota besar serta negara-negara besar juga masih mengalami hal semacam ini.
19
David Cox, “Outline of Presentation on Poverty Alleviation Programs in the Asia- Pacific Region” makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum
Development for Social Work Education in Indonesia, Bandung: 2004, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2 Maret, h. 1- 6.
xxxiv
3. Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan
Pemerintah Riau pada khususnya harus mempunyai strategi untuk menangani hal semacam ini dengan diadakannya suatu kegiatan positif dan
menghasilkan, itu akan berdampak bagi masyarakat setempat, baik itu keterampilan maupun kegiatan yang bisa dimanfaatkan dari apa yang ada
di masyarakat, contohnya hasil sumber daya alam yang mereka tempati juga biasa menjadi objek agar masyarakat tidak lagi bersusah payah
mencari pekerjaan diluar. Dalam usaha pemerintah ini setidaknya memerlukan 3 tiga komponen utama dalam penanganan masyarakat
setempat, yaitu: 1 menggali keahlian sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatanketerampilan, 2 menyediakan tekhnologi modern
yang akan digunakan, dan 3 modal keuangan yang cukup besar untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Penanganan pemerintah terhadap
masyarakat harus mempunyai pedoman sebelum terjadinya permasalah yang kerap sekali terjadi untuk membackup tiga komponen diatas. Ada
beberapa hal yang harus diketahui dan dijaga oleh pemerintah Riau yang nantinya menjadi permasalahan
20
, antara lain: a.
Menciptakan transparansi, konsistensi dan akuntabilitas dalam perhitungan dana bagi hasil.
b. Kegiatan usaha yang dilakukan berada ditengah-tengah
masyarakat daerah agar tidak terjadi benturan kepentingan c.
Perangkat institusi pemerintah pusat yang memegang amanah
20
Persatuan Masyarakat Riau Jakarta PMRJ, Lima Kebanggaan Anak Melayu Riau
Jakarta: PMRJ, 2005, Cet. ke-1, h. 201.
xxxv d.
Mengandalkan trickle down effect dari Community Development CD sebagai pembantu
e. Community Development CD harus sesuai dengan harapan
masyarakat karena pelaksanaan CD bersifat button up bukan top down
f. Masyarakat tempatan atau daerah diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan khususnya dalam pengelolahan asset-aset bekas pakai
g. Tidak boleh terjadidiadakan pemotongan-pemotongan.
h. Tidak boleh diadakan pungutan-pungutan lainnya
i. Transparan antara lembaga yang terkait harus ada, sehingga
data antara institusi tidak berbeda.
Berdasarkan pada identifikasi permasalahan yang ada diatas, maka intervensi yang dilakukan, sebagaimana dijelaskan oleh Adi 2003, sekurang-
kurangnya harus meluputi tiga dimensi yaitu dimensi makro kebijakan di tingkat propinsi atau antar propinsi, mikro individu, keluarga dan kelompok kecil serta
dimensi mezzo komunitas dan organisasi. Salah satu perubahan mendasar yang harus dilakukan adalah pada strategi pembangunan pada dimensi makro.
21
21
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. h. 333-345.
xxxvi
4. Strategi Pemerintah Daerah Riau dalam Pengentasan