Analisis Program Kemiskinan Kebodohan Dan Ketertinggalan Infrastruktur Ke 21 Pemerintah Daerah Riau Tahun 2004-2008 : studi kasus di kota Dumai

(1)

ANALISIS PROGRAM

KEMISKINAN KEBODOHAN DAN KETERTINGGALAN INFRASTRUKTUR (K2I)

PEMERINTAH DAERAH RIAU TAHUN 2004 – 2008 (STUDI KASUS DI KOTA DUMAI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Sebagai Syarat Untuk

Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Nasro Parlaungan

NIM. 103054028797

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 H./1429 M.


(2)

ii

ANALISIS PROGRAM

KEMISKINAN KEBODOHAN DAN KETERTINGGALAN

INFRASTRUKTUR (K2I)

PEMERINTAH DAERAH RIAU TAHUN 2004 – 2008

(STUDI KASUS DI KOTA DUMAI)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Sebagai Syarat Untuk

Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

Nasro Parlaungan

NIM. 103054028797

Dibawah Bimbingan

Tantan Hermansah

NIP. 150 370 228

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 H./1429 M.


(3)

iii

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Juni 2008

Nasro Parlaungan

NIM. 103054028797


(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Program Kemiskinan Kebodohan dan

Infrastruktur (K2I) Pemerintah Daerah Riau”, telah diujikan dalam siding

munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, tanggal 7 Juni 2008. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) Pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 14 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. Mahmud Djalal, MA

Dra. Mona Eliza, MA

NIP. 150202342

NIP. 150232028

Anggota,

Penguji I

Penguji II

Wati Nilamsari, M.Si

Dra. Hj Mahmudah

NIP. 150293223

NIP. 150282125

Pembimbing

Tantan Hermansah, M. Si

NIP. 150370228


(5)

v

ABSTRAK

Nasro Parlaungan

Analisis Program Kemiskinan Kebodohan dan Ketertinggalan Infrastruktur (K2I)

Pemerintah Daerah Riau

Kemiskinan merupakan penyakit masyarakat yang mewabah tanpa

henti-hentinya, dengan terjadinya hal seperti ini, peneliti melakukan temuan kajian

langan untuk mengetahui sebab musabab terjadinya kemiskinan yang ada di Riau,

serta penanganan apa saja yang dilakukan oleh pemerintah untuk

menanggulanginya dan melihat sejauh mana kepedulian pemerintah Riau terhadap

masyarakat miskin yang ada di daerah tersebut.

Penelitian ini dilakuakan untuk mengetahui bagaimana Pemerintah daerah

Riau, khususnya Pemerintah Kota Dumai membuat kebijakan, serta mengetahui

bagaimana pengaplikasiannya dimasyarakat, dan mengetahui strategi apa saja

yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melakui program

K2I ini.

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara

kepada masyarakat yang menjadi tujuan utama program tersebut serta kepada staf

pemerintah pusat bagian Informasi dan Komunikasi (INFOKOM), Ka. Bag.

Humas Riau dan Ka. BAPPEDA Provinsi Riau sebab program ini didalam

pengawasan dinas tersebut, dan juga dinas-dinas tingkat Kota Dumai, seperti

Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Perkebunan Pertanian dan

Kehutanan, Peternakan Perikanan dan Kelautan, Pendidikan dan Perindustrian

Perdagangan Koperasi dan Investasi yang menangani program pengentasan

kemiskinan di Kota Dumai.

Hasil penelitian yang ditemukan, ternyata masyarakat masih banyak yang

belum mengetahui secara rinci apa itu program K2I. Pemerintah yang menangani

program ini juga kurang menjalani pendekatan kepada masyarakat yang

membutuhkan bantuan program K2I tersebut, sehingga tercipta kesimpangsiuran

program yang dijalani.


(6)

vi

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robbil’alamin

, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena

hanya dengan kasih sayang-nya kita dapat menikmati indahnya kehidupan di

dunia ini, dan semoga kasih sayang-nya menyertai kita sampai di kehidupan

mendatang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah dan dilimpahkan

kepada Rasulullah SAW, sebagai suri teladan kita menuju jalan yang diridhoi-nya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kategori

sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun

masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi atau tekhnik

penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima

masukan dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan skripsi dan diri penulis

sendiri sebagai bahan evaluasi dan introveksi diri sekarang dan untuk yang akan

datang.

Sejujurnya penulis akui, bahwa ketika akan menentukan tema skripsi

penulis sempat mengalami kebingungan “harus mengambil tema apa, dan dimana

lokasi penelitian atau lembaga yang akan diteliti?”kemudian jawaban itu

terungkap dengan berusaha banyak membaca skripsi-skripsi dan sumber berita

lainnya sehingga didapatlah dengan judul “

Analisis Kebijakan Pemerintah

Daerah Riau Dalam Pengentasan Kemiskinan

”.

Dengan penyelesaian skripsi ini tak lupa pula penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada:

1.

Ayahanda Burhan Batubara dan Ibunda Masleni Siregar yang bersusah

payah mencarikan serta mengusahakan biaya untuk menjalani aktifitas

perkuliahan sampai dengan selesai, juga yang senantiasa mendo’akan

penulis agar menjadi manusia yang bermanfa’at.

2.

Abangku Jean dan Doan yang selalu mensuport agar cepat selesai,

kakakku Elvyanora yang bersedia menemani saat penelitian untuk

memenuhi data yang dibutuhkan, adikku Nurhasanah yang

memberikan motifasi dan agar bisa ikut ke Jakarta, dan sanak saudara

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

3.

Bapak Dr. Murodi, M.A yang memberi motifasi dengan pertanyaan

Lae kapan selesai?

”.


(7)

vii

4.

Ibu Dra, Mahmudah yang selalu mengingatkan jangan sampai lalai

dengan pergaulan tanpa memikirkan perkuliahan.

5.

Ibu Wati Nilamsari, M.Si yang selalu mempermudahkan masalah tanpa

harus berbelit-belit kesana kemari.

6.

Bapak Tantan Hermansah sebagai pembimbing skripsi yang

betul-betul memperhatikan apa yang akan ditulis.

7.

Para Bapak/Ibu Dosen yang pernah/belum memberikan ilmunya

walaupun sedikit.

8.

Adikku Ivo Lestari yang cengeng, centil dan keras kepala akan tetapi

itu semua membuat suka dan duka.

9.

Teman-teman PMI (Pengembangan Masyarakat Islam) khususnya

angkatan 2003. Nurul Zamal, Roy, Ilham, Datam, Iskandar, Fahmi,

Tubagus SA, M Al-Kahfi, Afrin, Siti Nur Afidah, Cucu S.

10.

Teman-teman HIPEMARI (Himpunan Pelajar Mahasiswa Riau)

Jakarta. Herman Apriadi RN, M. Ichsan Ray, Agus Salim, Lukman,

Wiwin AR, Hendra Noer, Hadi Ismanto, Katon, Mahyudi, Jamal, Rozi,

Ali, Marni, dan juga sejajaran Pengurus HIPEMARI dan Alumni

HIPEMARI.

11.

Teman-teman SEMARI (Serumpun Mahasiswa Riau) UIN Jakarta.

Hanif, Nandar, Andi, Oki, Ulum, Samsul, Arizan, Hafiz, Safi’i,

Tamrin, Rizal, Didin, Bayu, Rudi, Erdiansyah, Wahyu, Halsah,

Sangidun, Karyono, Apriadi, Ade, Nia, Nana, Lilik, Rere, Eli, Luluk,

Nita, Pengurus SEMARI.

12.

Teman-teman IKPMD (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Dumai)

Jakarta. Riki, Jordan, Zero, Putra, Jhon, Pengurus IKPMD.

13.

Teman-teman seperjuangan yang pernah tidur bareng dalam kosan

mini, sekretariat dan asrama, dan semua teman-teman yang pernah

memasuki didalam persahabatan yang pernah terjalin tanpa terkecuali.

Ciputat, 23 Juni 2008


(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ………...………....

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………...………...

iv

ABSTRAK ………...………...

v

KATA PENGANTAR ………...

vi

DAFTAR ISI ………...………...

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar

Belakang Masalah ………..

1

B.

P

embatasan dan Perumusan Masalah ……….

9

1.

P

embatasan Masalah …………..……….

9

2.

P

erumusan Masalah ………....

10

C.

T

ujuan dan Manfaat Penelitian ………..

11

1.

T

ujuan Penelitian ………

11

2.

M

anfaat Penelitian ………..

11

D.

M

etodologi Penelitian ……….

12

1.

P

aradigma Penelitian ………...

12

2.

M

etode Penelitian ………...……

12

3.

W

aktu dan Lokasi Penelitian ………..

15

4.

T

ekhnik Pemilihan Subjek Penelitian ……….

15

5.

S

umber Data ………

16


(9)

ix

6.

T

ekhnik Pencatatan Data ………

17

7.

T

ekhnik Analisa Data ………..

18

E.

T

eknik Penulisan ………

18

F.

T

injauan Pustaka ………

19

G.

S

istematika Penulisan ………

19

BAB II TINJAUAN TEORETIS KEMISKINAN DAN K2I

A. Analisis Program …...……….

21

B. Kemiskinan ...……….

21

1. Defenisi Kemiskinan ……….…………..

21

2. Dimensi Kemiskinan ……..……….

24

3. Strategi Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan ……

28

4. Strategi Pemerintah Daerah Riau dalam Pengentasan

Kemiskinan ……….

28

5. Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam Pengentasan

Kemiskinan ……….………

30

C. Kebodohan ………...……….

32

D. Infrastruktur ………...…………

33

BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM K2I DAN KOTA DUMAI

A. Program K2I ………...….

36

1. Sejarah Lahirnya K2I ………...

36

2. Visi dan Misi ………...………

38

3. Program ………...……

41


(10)

x

B. Kota Dumai ………...…….

54

1.

K

eadaan Geografis dan Demografis ………...

54

2.

S

truktur Ekonomi ………

55

3.

K

ondisi Sosial Budaya ………

55

4.

T

ingkat Pendidikan ………...…...

56

5.

T

ingkat Pendapatan ………...

56

6.

J

enis Pekerjaan ………...…

57

BAB IV UPAYA

PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA

DUMAI

A.

K

ebijakan Pemerintah Daerah Riau, Khususnya Pemerintah

Kota Dumai untuk mengatasi Kemiskinan Melalui Program

K2I ...

58

B.

P

engaplikasian Kebijakan Pemerintah Kota Dumai di

Lapangan ...

62

C. Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam Pengentasan

Kemiskinan dengan Menggunakan Program K2I …...

64

BAB V PENUTUP

A.

K

esimpulan ………

69

B.

S

aran ………...…….

70

DAFTAR PUSTAKA ……….………..

73


(11)

xi

Daftar Tabel

Table 1 Rekapitulasi Penyerapan, Peminjam, Posisi Kas UED, Bank

DUD/K & BANK UED Dana Usaha Desa PPD Tahun 2005

………...……

41

Table 2 Rekapitulasi Penyerapan, Peminjam, Posisi Kas UED, Bank

DUD/K & BANK UED Dana Usaha Desa PPD Tahun 2006

………...……

42

Table 3 Rekapitulasi Penyerapan, Peminjam, Posisi Kas UED, Bank

DUD/K & BANK UED Dana Usaha Desa PPD Tahun 2007

………...………

43

Table 4 Bantuan 5 Ekor Sapi .……...………..

46

Table 5 Bantuan 250 Ekor Kambing .…...………..

47

Table 6 Bantuan 200 Ekor Ayam Buras .…...……….

48

Table 7 Bantuan Lahan Perkebunan ………...………

49

Table 8 Bantuan Bibit Dan Pupuk Perkebunan …...….

50

Table 9 Bantuan Beasiswa ………...…….

51

Table 10 Bantuan Binaan ………...………

51

Table 11 Bantuan Pinjaman Modal Usaha …...

52

Table 12 Program K2I Pemerintah Daerah Riau Di Kota Dumai …...……

66


(12)

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang

memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya

melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya

dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya

digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".

1

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

mencakup:

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

1


(13)

xiii

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Beragam masalah yang tiada henti-hentinya dihadapan masyarakat, baik masalah individu maupun masalah kelompok-kelompok besar seperti masyarakat yang berada didaerah Kota Dumai pada khususnya. Kota Dumai ini terletak di Pulau Sumatera, Propinsi Riau. Masyarakat Kota Dumai mayoritas penduduk aslinya adalah Suku Melayu Riau yang masih berdomisili di tempat-tempat yang jauh dari peradaban kota, sedangkan masyarakat yang ada di kota tersebut kebanyakan penduduk transmigran dari berbagai tempat.

Dalam pengentasan kemiskinan ini banyak kebijakan yang diberikan oleh pemerintah daerah di berbagai provinsi lainya. Sedikit penulis memberikan gambaran tentang kemiskinan yang ada di Indonesia, seperti Provinsi Gorontalo, Bali dan Kalimantan Timur.

Kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur Gorontalo. Dihadapan peserta rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) di lingkungan Dinas Kesejahteraan Sosial se-Provinsi Gorontalo, Gubernur Fadel Mohammad, menerapkan agar jumlah masyarakat miskin yang kini masih 20 % atau 79.200 KK bisa di minimalisir pada periode lima tahun kedua ini sampai di bawah rata-rata Nasional 16 persen2. “Kemiskinan menjadi musuh utama kita harus segera dientaskan dengan berbagai cara, seperti dengan lintas sektor atau lainnya sehinga kedepan nanti jumlahnya akan berkurang di Provinsi Gorontalo.” Tegas Fadel sambil menambahkan bahwa ke depan nanti Gorontalo akan memiliki sebuah masterplan kemiskinan.

2

http://www.gorontaloprov.go.id/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id =5&itemid=89.html


(14)

xiv

Kondisi kesehatan dan pendidikan masyarakat yang baik memungkinkan masyarakat tumbuh cerdas sehingga dapat mengatasi berbagai persoalan pembangunan. Fakta yang ada di Gorontalo bahwa masyarakat yang pendapatannya Rp 500 ribu perbulan hanya 4,7 persen, mereka yang pendapatannya Rp 300 ribu perbulan hanya 9 persen, sementara yang pendapatannya Rp 200-300 ribu terbanyak yakni 75,3 persen terakhir yang di bawah itu sebanyak 18 persen, ini menandakan masih harus di carikan solusi yang lebih bagus.

Sementara di provinsi Bali, pengurangan angka kemiskinan di Bali tidak jelas. DPRD Bali mengkritik startegi Pemprov Bali dalam mengentaskan kemiskinan di Bali. DPRD Bali menilai tidak ada tolak ukur yang jelas dalam upaya tersebut dan perlu adanya tolak ukur yang jelas dalam mengentaskan kemiskinan di Bali. Ini bertujuan agar mengetahui penurunan angka kemiskinan tiap tahunnya.

Wakil Gubernur Bali I Gusti Ngurah Alit Kelakan berpendapat bahwa pemerintah memiliki target penurunan angka kemiskinan di Bali mencapai 5% per tahun. Kelakan mengakui kesulitan mengatasi kemiskinan di Bali karena telah bersifat struktural serta kodrat. Kelakan menyatakan akan membuatkan kartu identitas penduduk miskin agar pemberian bantuan tidak salah sasaran.3

Berbeda dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Kaltim memasang target tahun 2009 mendatang bisa menekan tingkat kemiskinan di Kaltim yang saat ini jumlahnya cukup tinggi. Apalagi menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim H Sulaiman Gafur, setiap tahun rata-rata tingkat kemiskinan di Kaltim terus meningkat.

3

http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=kemiskinan+dibali


(15)

xv

Berdasarkan data statistik tahun 2005, dari jumlah penduduk Kaltim yang mencapai 2.957.465 orang, 561.287 orang di antaranya tergolong warga miskin. Kalau melihat angka ini, tingkat kemiskinan Kaltim mencapai 18,98 persen, sementara bila dilihat dengan nilai rata-rata per tahun, tingkat kemiskinan Kaltim mencapai 3,9 persen per tahun. Bila di banding provinsi lain Kaltim cukup kesulitan menurunkan angka kemiskinan karena penduduknya sebagian besar adalah pendatang. Bayangkan, dari 3,9 persen, 1,2 persen merupakan penduduk alamiah, sementara 2,7 persen adalah pendatang. Bila pendatang membawa skill mungkin tidak ada masalah, tapi mayoritas mereka tidak memiliki skill.4

Kemiskinan di Provinsi Riau

Dari gambaran kemiskinan serta penanganannya dari Pemda masing-masing, Riau juga mempunyai arah kebijakan tersendiri dalam penanggulangan kemiskinan ini.

Dalam hal ini Riau andalkan Program Pemberdayaan Desa (PPD) untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat desa, PPD terbukti sukses menekan angka kemiskinan masyarakat desa, karena itu program ini terus jadi andalan mengentaskan kemiskinan. Setiap tahun angka kemiskinan di Riau terus mengalami penurunan secara signifikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2004 silam Riau diketahui jumlah penduduk miskin sebesar 14,67 persen, 2005 jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi 12,51 persen dan 2007 kembali menurun menjadi 11,20 persen.5

Hal itu disampaikan Gubernur Riau MA Rusli Zainal dalam pidato tertulis yang dibacakan Asisten III Setdaprov Riau Raja Marjohan Yusuf dalam temu

4

http://www.kaltim.bps.go.id/miskin07.pdf.html

5


(16)

xvi

konsultasi/identifikasi kebutuhan pemberdayaan masyarakat Se-Sumatera 2008 di Pekanbaru. Menurut Gubernur, penurunan angka kemiskinan tersebut lebih disebabkan adanya kebijakan pemerintah Riau dalam menanggulangi kemiskinan melalui program K2I yaitu program pengentasan kemiskinan, pemberantasan kebodohan dan peningkatan infrastruktur.

Tahun 2008, arah kebijakan strategis Riau dalam mengentaskan kemiskinan lebih diarahkan kepada Program Pemberdayaan Desa (PPD) sebagai gerakan menyeluruh masyarakat dan pemerintah secara terpadu serta berintegrasi, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat miskin di pedesaan, seperti menumbuh kembangkan usaha kecil dan semangat kewirausahaan masyarakat pedesaan. ''Dalam program ini, lembaga keuangan non bank atau lembaga keuangan mikro, sangat berperan aktif menggerakkan usaha ekonomi masyarakat di desa,'' ujarnya.

Apa yang diupayakan dan dilakukan ini, sesuai semangat otonomi daerah sebagaimana Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dengan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas serta peran serta masyarakat.

Dengan kata lain, dapat ditegaskan bahwa setiap upaya yang dilakukan dalam rangka pemantapan dan penguatan otonomi daerah, adalah suatu upaya yang akan memberikan dampak positif secara langsung untuk terciptanya upaya pemberdayaan masyarakat, dan setiap upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, adalah bagaimana langkah-langkah yang secara langsung akan mendukung bagi pemantapan dan peningkatan ekonomi daerah, sebagaimana yang diselenggarakan hal ini sangat penting artinya bagi upaya pemerintah di daerah untuk melakukan langkah-langkah yang bersinergi dan sinkronisasi melalui kegiatan-kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat.


(17)

xvii

Keterkaitannya dengan masalah ekonomi pun sangat rentan, apalagi tentang Kemiskinan yang pada saat ini menjadi salah satu Peraturan Daerah Riau yang membahas tentang “Pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan Ketertinggalan Infrastruktur (K2I)”. Peraraturan ini belum lama dibuat oleh Pemerintah Daerah Riau dan program ini dilakukan untuk merubah pola hidup masyarakat primitif menjadi masyarakat modern.

Tema ini mungkin sudah banyak referensi atau sudah banyak yang membahas lebih dalam, akan tetapi tema ini sangat menarik diperbincangkan kembali tentang bagaimana cara atau metode yang akan dilakukan oleh seorang Pengembangan Masyarakat atau sarjana lulusan dari Pengembangan Masyarakat? Bagaimana memanfaatkan peluang ini menjadi satu titik tempuh yang nantinya akan menjadi batu loncatan bagi kita? Dan bagaimana Pengembangan Masyarakat mengkaji dan mengkaitkanya kembali kepada budaya yang mereka miliki? Semuanya ini akan menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Pesatnya perkembangan sains dan teknolgi dewasa ini, telah membawa perubahan diberbagai sektor kehidupan masyarakat Melayu Riau. Mulai dari sektor pedidikan, pekerjaan, pergaulan, kehidupan berkeluarga, serta berbagai tatanan kehidupan mayarakat lainnya. Namun disisi lain tidak dapat dipugkiri bahwa kemajuan sains dan teknologi itu telah menimbulkan virus yang berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat tersebut. Salah satu dampak negatif dari kemajuan itu adalah menjamurnya pemerosotan pendidikan yang mengakibatkan banyak hal, termasuklahKemiskinan yang pada saat ini mulai menjamur dari berbagai kalangan masyarakat modern maupun masyarakat primitif.

Kemiskinan merupakan problematika sepanjang zaman. Ini bukanlah masalah baru dalam kehidupan akan tetapi hal ini telah membumi dan selalu hadir dari zaman ke


(18)

xviii

zaman dalam paradigma yang berbeda. Permasalahan ini sangat berkaitan antara satu sama yang lain, kemiskinan sebagai faktor kebodohan dan dengan keduanyalah yang akan menciptakan efek infrastruktur akan sulit dibangun karena pada dasarnya masyarakat kurang memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan di millenium sekarang ini. Ada banyak hal yang vital untuk diketahui masyarakat dalam pengentaan kemiskinan ini, khususnya masyarakat Riau. K2I ini adalah salah program Gubernur Riau yang pada saat ini masih hangat untuk diperbincangkan kepada seluruh kalangan masyarakat yang berada di Riau maupun non-Riau, sebab dengan adanya gambaran program seperti ini akan timbul ide-ide cemerlang di mata Gubernur lainnya untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas masyarakat setempat.

Gubernur Riau ternyata masih belum bisa mengatasi sepenuhnya terhadap program ini karena diperlukan banyak tim untuk menangani hal seperti ini, apalagi masyarakat yang dikhususkan tersebut berada di daerah yang sulit terjangkau oleh kendaraan. Pada dasarmya masyarakat yang berada diberbagai daerah mengalami problematika yang sama hanya saja tekhnis yang ditempuh agak sedikit berbeda. Penanganan problem seperti ini akan terkait dengan berbagai kalangan ilmuan lokal maupun interlokal karena disini sangat mementingkan teori dan praktikum yang luar biasa dan juga terkait dengan adanya pengembangan masyarakat yang dianggap mampu mengemban serta menjalankan amanat seperti ini.

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Di dalam pembatasan masalah ini dapat dilihat bahwa Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastruktur memerlukan kajian yang sangat luas, didalam


(19)

xix

pembahasan ini K2I dapat dibagi menjadi tiga unsur yang harus dibahas yaitu: (1). Kemiskinan; yang mencakup dalam jajaran dibidang perekonomian masyarakat. (2). Kebodohan; dalam artian pentingnya pendidikan yang akan menunjang masa depan masyarakat primitif menuju masyarakat yang mengerti akan etika serta peradaban masyarakat modern. (3). Infrastruktur; bagian yang menjadi sarana penunjang bagi masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya. Kalau saja pokok permasalahan ini dibahas secara keseluruhan maka akan luas perrmasalahan yang nantinya akan ditempuh, serta penyatuan masalah akan melebar.

Dalam pembatasan masalah ini yang berkaitan dengan K2I, penulis hanya membahas pada satu pokok permasalahan saja, yaitu Kemiskinan di Kota Dumai melalui program ‘K2I’. Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemiskinan struktural karena berhubungan dengan tanggapan Pemda mengenai hal ini. Adapun kemiskinan yang dimaksud adalah rendahnya daya beli, kurangnya akses kepada sumber ekonomi, dan kebodohan. Sedangkan kemiskinan non-struktural akan dijadikan sebagai latar permasalahan saja agar konteks kemiskinan yang dibahas tetap utuh.

2. Perumusan

Masalah

Disini dapat dirumuskan berbagai masalah dalam menyikapi

masalah kemiskinan di Kota Dumai, yaitu:

1)

Bagaimana Pemerintah Daerah Riau, Khususnya Kota Dumai,

dalam membuat kebijakan untuk mengatasi masalah

kemiskinan melalui program K2I?


(20)

xx

2)

Bagaimana Pemerintah Kota Dumai mengaplikasikan

kebijakan K2I tersebut kemasyarakat di lapangan?

3)

Strategi apa yang dilakukan Pemerintah Kota Dumai dalam

pengentasan kemiskinan dengan menggunakan program K2I?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1)

Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Daerah Riau,

Khususnya Kota Dumai, dalam membuat kebijakan untuk

mengatasi masalah kemiskinan melalui program K2I

2)

Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Kota Dumai

mengaplikasikan kebijakan K2I tersebut kemasyarakat di

lapangan

3)

Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan Pemerintah

Kota Dumai dalam pengentasan kemiskinan dengan

menggunakan program K2I

2. Manfaat

Penelitian

Manfaat penelitian ini dilakukan adalah:

1) Memberikan solusi kepada masyarakat minimal memberikan informasi mengenai maksud dan tujuan program pengentasan kemiskinan melalui K2I di Kota Dumai.


(21)

xxi

2) Membuka akses kepada Pemerintah Daerah Riau dan Pemerintah Kota Dumai dalam menyikapi kemiskinan.

3) Memberikan gambaran bagaimana tanggapan masyarkat dalam menerima program pengentasan kemiskinan.

D.

Metodologi Penelitian

1.

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain., secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.

6

2.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam mencari data-data penelitian antara lain:

a. Observasi

Observasi merupakan usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan pengamatan langsung dilapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

6


(22)

xxii

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut7. Dan data yang digunakan adalah data yang dihasilkan dari tinjauan lapangan serta melihat kondisi masyarakat miskin yang ada di tempat penelitian.

Peneliti melakukan observasi dilapangan dengan cara mengumpulkan data-data lapangan serta data-data-data-data yang ada di Dinas-Dinas yang mengolah data-data Program Kemiskinan, baik dibagian Dinas tingkat Provinsi seperti BAPPEDA Riau, Dinas Humas Provinsi dan lain-lain maupun yang berada di Dinas tingkat Kota Dumai seperti Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Perkebunan Pertanian dan Kehutanan, Peternakan Perikanan dan Kelautan, Pendidikan dan Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Investasi.

b. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada masyarakat. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara8. Data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada instansi yang terkait khusus didalam bidang pengentasan kemiskinan.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditujukan kepada Dinas yang berhubungan dengan Program K2I. Di tingkat Provinsi peneliti melakukan wawancara sebanyak tiga kali yaitu kepada Ka. Infokom Riau, Assisten BAPPEDA Riau dan Sekretaris Humas Pemprov Riau. Sedangkan di

7

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: LPSP 3 – VI, 1998), Cet ke-1, h. 62.

8


(23)

xxiii

Pemkot Dumai, peneliti melakukan wawancara kepada lima dinas seperti diatas (yang ada di Observasi).

Proses wawancara yang dilakukan berjalan lancar serta data-data yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk melengkapi data-data Kemiskinan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis. Menurut Lexy dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.9

Hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mendokumentasikan berapa besar tingkat kemiskinan yang ada di Riau pada umumnya dan tingkat kemiskinan Kota Dumai pada khususnya. Bukan hanya itu saja, peneliti juga dapat mendokumentasikan nama serta alamat orang-orang yang termasuk kategori masyarakat miskin serta program-program yang ditawarkan Pemerintah Kota Dumai dalam pengentasan kemiskinan. Akan tetapi yang disayangkan pada saat itu peneliti tidak menggunakan alat perekam dan kamera.

3.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan lebih dari tanggal 20 Februari sampai 26 maret 2007. Meskipun demikian, untuk keperluan penetian ini, penulis

9


(24)

xxiv

tetap melakukan kontak-kontak dengan pihak lapangan terutama untuk keperluan melengkapi data dan crosscheck informasi.

Lokasi penelitian ini dilakukan di enam Kecamatan Kota Dumai setempat, yaitu Dumai Timur, Dumai Barat, Sei Sembilan, Bukit Kapur dan Medang Kampai. Lokasi penelitian ini dipilih karena wilayah penelitian merupakan wilayah tempat tinggal peneliti, jadi memudahkan peneliti untuk meneliti serta memberikan gambaran bagaimana keadaan masyarakat miskin di wilayah tersebut. Selain itu, wilayah ini juga menjadi salah satu target dari program K2I.

4.

Teknik Pemilihan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Staff Pemerintah Pusat Bagian Informasi dan Komunikasi (INFOKOM), Ka. Bag. Humas Riau dan Ka. BAPPEDA Provinsi Riau sebab program ini didalam pengawasan dinas tersebut, dan juga Pemerintah Kota Dumai, yaitu dinas-dinas yang terkait dalam pengentasan kemiskinan yang menurunkan kebijakan kepada masyarakat miskin menurut kriteria yang diberikan oleh Pemerintah Kota Dumai berdasarkan hasil dari kesepakatan yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah Riau, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan Investasi.


(25)

xxv

5. Sumber

Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) dalam buku Lexy J Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain10. Sumber data ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Data Primer: data yang diperoleh secara langsung dari partisipan. Dan data primer ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

Utama: data yang didapat melalui hasil wawancara kepada Kepala bagian atau pejabat dinas yang terkait dalam pengentasan kemiskinan.

Umum: data yang diperoleh dari wawancara kepada masyarakat baik yang mendapat bantuan dari pemerintah setempat, maupun masyarakat yang tergolong miskin tetapi tidak mendapat bantuan dari pemerintah.

Untuk data primer peneliti memperoleh gambaran tentang program K2I serta berbagai keluhan-keluhan dialami masyarakat miskin dengan program yang diberikan oleh Pemerintah.

b. Data Skunder: data yang diperoleh dari catatan-catatan lapangan atau dokumentasi yang ada di bagian dinas terkait.

Pada data skunder, peneliti memperoleh buku-buku khusus tentang program K2I, fhoto copy data-data kemiskinan yang sudah

10


(26)

xxvi

dirangkum secara khusus dan data tingkat kemiskinan dari BPS Kota Dumai.

6.

Teknik Pencatatan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pencatatan data dengan menggunakan alat tulis tanpa memakai tape recorder sebagai alat perekam ketika wawancara dilakukan. Catatan data ini menurut Lexy adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan difikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.11

7.

Teknik Analisa Data

Sebagaimana karakter dari penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar bukan angka-angka. Yang dikutip dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.12

Data yang didapat merupakan data yang sudah ada dari hasil yang didapat oleh pemerintah Kota Dumai di lihat kebenarannya kemudian dianalisis seperti apa yang terjadi dilapangan, apakah sesuai atau tidak dengan fenomena yang ada.

Langkah-langkah yang digunakan dalam tekhnik analisis data adalah:

11

Ibid. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 209.

12

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remadja Rosdakarya, 1993), h. 5.


(27)

xxvii

1) Pemrosesan Satuan: memperoses hasil data temuan dilapangan, kemudian dapat dibatasi dan dibedakan.

2) Kategorisasi: menyusun data atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.

3) Penafsiran Data: mengkaji data berdasarkan argumentasi, deskripsi, pembandingan, analisis proses, analisis sebab akibat, dan pemanfatan analogi.

4) Koding: membaca teks yang diteliti berdasarkan pertimbangan dari makna jamak yang terdapat dalam teks (misalnya asosiasi, kaitan, dan implikasi)

E.

Teknik

Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini dibuat menurut rujukan pada Pedoman Penulisan Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang di terbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

F.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini diambil dari tesis saudara Muhammad Yunal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Otonomi Dan Pembangunan Lokal Universitas Indonesia. Dengan judul tesis Program Pemberdayaan Desa Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Provinsi Riau. Study Kasus Di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pekanbaru.


(28)

xxviii

Didalam pembuatan skripsi ini dari segi persamaan penelitian ini adalah dengan mengandalkan Program K2I. Akan tetapi dari segi perbedaannya dapat dilihat dari study kasus dilapangan, kemudian tesis ini hanya mengangkat pemberdayaannya saja dan fokus kepada Ilmu Politik serta strategi pemerintah dalam meninjau pelaksanaan program tersebut.

G. Sistematika

Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini, peneliti dapat merangkum menjadi lima Bab serta sub-sub Bab yang sudah dirangkum, yaitu:

BAB I Pendahuluan, sebagai gambaran garis besar permasalahan yang ada yaitu mencakupi: Latar Belakang Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tekhnik Penulisan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan

BAB II Kerangka Teoretis dan Tinjauan Umum Tentang Kemiskinan, mencakupi: Analisis Program, Kemiskinan, Kebodohan, dan Infrastruktur

BAB III Gambaran Umum Program K2I dan Kota Dumai, cakupannya adalah: Program K2I, dan Kota Dumai

BAB IV Upaya Penanggulangan Kemiskinan Kota Dumai, meliputi: Kebijakan Pemerintah Daerah Riau, Khususnya Pemerintah Kota Dumai untuk Mengatasi Kemiskinan Melalui Program K2I, Pengaplikasian Kebijakan Pemerintah Kota Dumai Dilapangan, dan Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam Pengentasan Kemiskinan dengan Menggunakan Program K2I


(29)

xxix

BAB II

TIJAUAN TEORETIS KEMISKINAN DAN K2I

A.

Analisis Program

Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah penelitian guna

meneliti struktur kegiatan tersebut secara mendalam. Kata analisa atau analisis

dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk memeriksa seberapa

pengaruh kegiatan itu dilakukan.

Sedangkan program adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi

pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,

dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok sektor swasta, serta individu.

Jadi yang dimaksud dengan analisis program adalah suatu kajian yang

meneliti tentang kegiatan yang akan dilakukan, baik itu jangka panjang maupun

jangka pendek, guna untuk mengetahui sejauh mana kegiatan itu dilakukan.

B.

Kemiskinan

1.

Definisi Kemiskinan

Pengertian Kemiskinan13 adalah suatu masalah bisa kita lihat sebagai masalah sosial ataupun personal. Sifat personal atau sosial suatu masalah itu bergantung dari segi cause atau sebabnya. Sebagai contoh, masalah kemiskinan

13


(30)

xxx

bisa kita lihat sebagai masalah personal atau masalah sosial, bergantung pada penyebabnya. Kalau kita temukan orang itu bodoh karena memang otaknya tidak cerdas, malas atau tinggal di rumah yang tidak kondusif untuk belajar, maka kemiskinan yang disebabkan oleh kebodohannya itu adalah masalah personal.

Kemiskinan yang disebabkan oleh apa yang disebut Oscar Lewis sebagai

Culture ofPoverty (budaya kemiskinan) seperti kemalasan bekerja, perasaan tak berharga, perasaan tidak memiliki (Feelings of Not Belonging), keminderan dan sebagainya adalah masalah personal. Pendek kata, masalah sosial personal adalah masalah yang bermula dari Individual Qualitties (kualitas-kualitas individual) atau dari lingkungan terdekat.

Sebaliknya masalah sosial bermula dari faktor atau lingkungan sosial. Kemiskinan bisa kita pandang sebagai masalah sosial apabila masalah itu kita kaitkan dengan faktor-faktor sosial seperti keadaan ekonomi, resesi atau krisis moneter. Jadi, menurut peneliti, kemiskinan di Indonesia karena sistem sosial yang menindas dan karena kekayaan negara dikuasai oleh segelintir orang.

Sebelum dikemukakan kerangka teori yang digunakan, terlebih

dahulu perlu dijelaskan siapakah orang miskin dan tolak ukur kemiskinan.

Secara umum, yang dimaksud dengan orang miskin dalam buku Planning And Management of Social Sector Programme, didefinisikan sebagai orang yang hidupnya berada dibawah garis kemiskinan, yakni orang yang tertutup baginya


(31)

xxxi

kesempatan untuk mendapatkan nafkah untuk makan dan kebutuhan lainnya seperti pakaian, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya.14

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.15

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak

16

. Kemiskinan merupakan

sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan

minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis

kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis

kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu

untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilo kalori per

orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan,

pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa

lainnya.

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan

dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material

yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan

14

Parsudi Suparlan, Kemiskinan Diperkotaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993) Cet ke-2, h. 20.

15

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), Cet ke-4, h. 365.

16

Departemen Sosial (Depsos), Penduduk Fakir Miskin Indonesia Tahun 2002 (Jakarta: Depsos, 2002).


(32)

xxxii

atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk,

kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. (SMERU

dalam Suharto dkk, 2004).

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi

kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi

tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.

17

Menurut Friedman Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan

untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial

meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi,

kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c) organisasi sosial

dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama

(koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk

memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan

keterampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.

18

2.

Dimensi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah.

Kemiskinan dapat di bagi kedalam beberapa dimensi:

a.

Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi

menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang

17

Departemen Sosial (Depsos), Penduduk Fakir Miskin Indonesia Tahun 2001 (Jakarta: Depsos, 2001).

18

Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran (Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS), 2004), h. 6.


(33)

xxxiii

umumnya adalah negara maju. Sedangkan

negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh

persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat

globalisasi.

b.

Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.

Kemiskinan subsisten (kemiskinan akibat rendahnya

pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat

peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),

kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh

hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).

c.

Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh

perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.

d.

Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat

kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si

miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan,

dan tingginya jumlah penduduk.

19

Seperti pendapat para ahli kemiskinan merupakan penyakit masyarakat yang sangat sulit untuk dibasmi secara keseluruhan. Apalagi kemiskinan ini sudah tersebar dikalangan masyarakat kota-kota besar serta negara-negara besar juga masih mengalami hal semacam ini.

19

David Cox, “Outline of Presentation on Poverty Alleviation Programs in the Asia-Pacific Region” makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum Development for Social Work Education in Indonesia, Bandung: (2004), Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2 Maret, h. 1- 6.


(34)

xxxiv

3.

Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan

Pemerintah Riau pada khususnya harus mempunyai strategi untuk

menangani hal semacam ini dengan diadakannya suatu kegiatan positif dan

menghasilkan, itu akan berdampak bagi masyarakat setempat, baik itu

keterampilan maupun kegiatan yang bisa dimanfaatkan dari apa yang ada

di masyarakat, contohnya hasil sumber daya alam yang mereka tempati

juga biasa menjadi objek agar masyarakat tidak lagi bersusah payah

mencari pekerjaan diluar. Dalam usaha pemerintah ini setidaknya

memerlukan 3 (tiga) komponen utama dalam penanganan masyarakat

setempat, yaitu: (1) menggali keahlian sumber daya manusia untuk

melaksanakan kegiatan/keterampilan, (2) menyediakan tekhnologi modern

yang akan digunakan, dan (3) modal keuangan yang cukup besar untuk

melaksanakan kegiatan tersebut. Penanganan pemerintah terhadap

masyarakat harus mempunyai pedoman sebelum terjadinya permasalah

yang kerap sekali terjadi untuk membackup tiga komponen diatas. Ada

beberapa hal yang harus diketahui dan dijaga oleh pemerintah Riau yang

nantinya menjadi permasalahan

20

, antara lain:

a.

Menciptakan transparansi, konsistensi dan akuntabilitas dalam

perhitungan dana bagi hasil.

b.

Kegiatan usaha yang dilakukan berada ditengah-tengah

masyarakat daerah agar tidak terjadi benturan kepentingan

c.

Perangkat institusi pemerintah pusat yang memegang amanah

20

Persatuan Masyarakat Riau Jakarta (PMRJ), Lima Kebanggaan Anak Melayu Riau


(35)

xxxv

d.

Mengandalkan trickle down effect dari Community

Development (CD) sebagai pembantu

e.

Community Development (CD) harus sesuai dengan harapan

masyarakat karena pelaksanaan CD bersifat button up bukan

top down

f.

Masyarakat tempatan atau daerah diberi kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan khususnya dalam pengelolahan

asset-aset bekas pakai

g.

Tidak boleh terjadi/diadakan pemotongan-pemotongan.

h.

Tidak boleh diadakan pungutan-pungutan lainnya

i.

Transparan antara lembaga yang terkait harus ada, sehingga

data antara institusi tidak berbeda.

Berdasarkan pada identifikasi permasalahan yang ada diatas, maka intervensi yang dilakukan, sebagaimana dijelaskan oleh Adi (2003), sekurang-kurangnya harus meluputi tiga dimensi yaitu dimensi makro (kebijakan di tingkat propinsi atau antar propinsi), mikro (individu, keluarga dan kelompok kecil) serta dimensi mezzo (komunitas dan organisasi). Salah satu perubahan mendasar yang harus dilakukan adalah pada strategi pembangunan pada dimensi makro.21

21

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). h. 333-345.


(36)

xxxvi

4.

Strategi Pemerintah Daerah Riau dalam Pengentasan

Kemiskinan

Pelaksanaan pengentasan kemiskinan yang telah berjalan selama lima tahun, telah banyak mengalami perubahan dalam bidang penyelenggaraan pemerintah, pembangunan maupun dibidang kemasyarakatan. Tujuan utama penyelenggaraan pengentasan kemiskinan adalah meningkatkan pelayanan publik (publik Service) dan memajukan perekonomian daerah. Disamping itu terkandung tiga misi utama dalam pengentasan kemiskinan daerah, yaitu22:

a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

b) Menciptakan efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya daerah

c) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan

Dengan dilaksanakannya pengentasan kemiskinan sesuai dengan ketiga misi utama tersebut, diharapkan pemerintah memberikan keluasan dalam menentukan arah dan kelanjutan pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang melibatkan peran serta DPRD dan partisipasi masyarakat.

Strategi yang digunakan aparatur Pemerintah Daerah Riau dalam mengatasi kemiskinan23 adalah:

a. Meningkatkan kualitas penyelenggara pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan dalam pengentasan kemiskinan yang menuju

22

Ibid., h. 9-11.

23


(37)

xxxvii

arah clean government dan good governance sesuai dengan perkembangan lingkungan dan tuntutan global

b. Meningkatkan mutu sumber daya pemerintah agar mampu menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dibidang pengentasan kemiskinan secara lebih profesional, penuh dedikasi, loyalitas, sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen pemerintahan dan pembangunan yang berlaku

c. Memantapkan sistem kelembagaan, organisasi dan tatalaksana pemerintahan pada segala jenjang pemerintahan agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki secara efesien, efektif, akuntabel dan transparan

d. Memantapkan mutu pelayanan sistem kearsipan pemerintah sebagai sumber pendokumentasian berbagai aktifitas administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam mendata masyarakat miskin di berbagai Kabupaten/Kota

e. Memantapkan sistem manajemen perencanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan agar lebih taat azas, tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan

Dengan dilakukannya starategi seperti diatas, masyarakat miskin yang ada di Provinsi Riau semakin lama akan mengalami penurunan sebagai mana yang telah dilaksanakannya program ini selama empat tahun dari tahun 2004 – 2008 secara indikatif akan dapat dilihat dari penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau 0,9 % pertahun.


(38)

xxxviii

5.

Strategi Pemerintah Kota Dumai Dalam Pengentasan

Kemiskinan

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat

bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Pemerintah

dan masyarakat harus mampu menciptakan sinegri. Tanpa melibatkan

masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan

secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru

yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari

pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak

terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain

memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan

strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan

efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena

akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat,

sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis.

Pemerintah Kota Dumai menegaskan bahwa usaha pembangunan

pedesaan melalui strategi pengentasan kemiskinan perlu didekati dengan

berbagai cara yaitu :

a.

Penggalian potensi-potensi dapat dibangun oleh masyarakat

setempat


(39)

xxxix

pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi

itu oleh masyarakat pedesaan

c.

Pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana yang

melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk

mencapai tujuan pembangunan

d.

Pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang

menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh

individu-individu warga masyarakat pedesaan dengan lembaga

lain atau dengan tingkat yang lebih tinggi (kota, kecamatan,

kabupaten, propinsi, nasional)

e.

Pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input,

biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang

serasi untuk pembangunan

C.

Kebodohan

Menanggulangi ketertinggalan sumberdaya manusia, kebodohan sebagai cerminan dari rendahnya mutu sumberdaya manusia dan rendahnya sumberdaya manusia memunculkan stigma “bermarwah rendah”. Hal tersebut disebabkan oleh karena kebodohan adalah merupakan faktor causa prima dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga individu ataupun kelompok masyarakat yang mengalami kondisi ini akan selalu mengalami objek pembangunan dan sangat terbatas kemampuannya untuk menjadi subjek yang berperan secara aktif dalam pembangunan. Rendahnya mutu sumberdaya manusia Dumai ditandai dengan cukup besarnya jumlah penduduk yang berusia 10 tahun keatas yang pada tahun 2007 tidak memiliki ijazah


(40)

xl

sekitar 24,48% dan 30,43% berijazah tinggi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Sementara itu yang berijazah pendidikan tertingginya Diploma I. II sekiatar 0,57%, Diploma III sekitar 0,87% dan yang berijazah SI hanya sekitar 1,69%.24

Kondisi tersebut telah menyebabkan rendahnya kemampuan dalam menyerap kemajuan tekhnologi dan memnikmati hasil-hasil pembangunan termasuk mempersiapkan diri dalam meningkatkan daya sain dibidang ketenaga kerjaan. Instrumen kebijakan pada pembangunan bidang peningkatan sumberdaya manusia, mutlak dilakukan untuk 5 tahun mendatang, mengingat bahwa tingginya tingkat mutu sumberdaya manusia adalah merupakan cerminan dari tingkat peradaban dan martabat manusia atau kelompok masyarakatnya. Untuk itu harus terdapat upaya kongkrit untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara merata, adil dan terjangkau dan mudah dimanfaatkan oleh seluruh lapisan dan golongan masyarakat Dumai. Berbagai kendala yang menghambat masyarakat untuk mengakses dunia pendidikan umum dan kejuruan, harus diminimalisir dan pada akhirnya dihilangkan.

Oleh karenanya pada masa 5 tahun mendatang Pemerintah Daerah Riau memprioritaskan dan mengedepankan berbagai kebijakan bidang pendidikan yang dapat menjamin terwujudnya kemudahan dalam mengakses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang (terutama jenjang pendidikan dasar dan lanjutan) oleh segenap lapisan dan golongan masyarakat, terutama bagi golongan masayarakat miskin dan suku terkebelakang dalam suasana agamis.

24


(41)

xli

D.

Infrastruktur

Peningkatan infrastruktur sangat diperlukan untuk melancarkan dan mensukseskan pencapaian berbagai tujuan dan keinginan berbagai aspek kehidupan, terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan mengatasi kebodohan. Meningkatkan dalam arti kualitas dan kuantitas, yang meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas komunikasi dan fasilitas air bersih sangat diperlukan. Dengan tersedianya infrastruktur yang memadai, di samping akan mengembangkan potensi sumberdaya manusia juga akan mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal dan mengeliminasi kesenjangan antar kelompok masyarakat, antar wilayah Kecamatan dan antara perdesaan dengan perkotaan, yang pada akhirnya akan semakin mengangkat derajat, harkat, martabat dan marwah rakyat dan Kota Dumai yang eksistensinya akan semakin diakui dan diperhitungkan dalam konteks persaingan di tingkat Provinsi Riau.

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan perekonomian suatu daerah. Semakin panjang jalan yang memiliki kondisi baik maka akan mempermudah dan mempercepat arus mobilitas barang dan jasa balik antar Kecamatan yang terdapat di Kota Dumai maupun antar Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Peranan pemerintah dan rakyat sangat diharapkan dalam memelihara dan menjaga kondisi jalan agar tetap terjaga dan terawat dengan baik.

Kondisi geografis Kota Dumai yang mempunyai karateristik lain dengan daerah Kabupaten/Kota lainnya memerlukan pembangunan struktur yang kuat, dalam rangka membuka akses ke daerah terpencil, membuka akses ekonomi dan pengembangan potensi-potensi yang dimiliki dan masih yang belum di kelola. Oleh karena itu persoalan-persoalan infrastruktur ini harus menjadi prioritas program pembangunan di Kota Dumai.


(42)

xlii

Keberadaan infrastruktur yang memadai akan dapat mempercepat pengurangan angka kemiskinan dan kebodohan yang merupakan program utama Provinsi Riau saat sekarang ini. Masalah Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastruktur (K2I) akan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Dumai, hal ini disebabkan kondisi masyarakat Dumai yang masih banyak dibawah garis kemiskinan, sehingga dengan adanya program K2I diharapkan angka kemiskinan di Kota Dumai bisa di turunkan dari yang ada sekarang ini. Untuk melihat panjang jalan masing-masing Kecamatan Kota.

Lancarnya akses menuju Kecamatan tidak saja ditentukan oleh sarana dan prasarana jalan yang mendukung, tetapi juga ketersediaan jembatan yang menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya. Melihat kondisi geografis Kota Dumai yang terdiri dari banyak sungai, sehingga sebagai penghubung ke daerah lain harus menggunakan jembatan.


(43)

xliii

BAB III

GAMBARAN UMUM PROGRAM K2I DAN KOTA DUMAI

A.

Program K2I

1.

Sejarah lahirnya K2I

Maksud K2I ini secara rasional kenapa Provinsi Riau mengusung masalah Kemiskinan, Kebodohan dan Ketertinggalan Infrastruktur (K2I) sebagai program strategis pembangunan Tahun 2004-2008; di mana K2I menjadi prioritas utama bagi memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Riau sekarang dan ke depan. Tanpa program tersebut, masyarakat tidak dapat bekerja dengan produktif, merawat kesehatannya, bertahan dan melindungi diri dan keluarganya. kemiskinan membuat manusia sukar berinteraksi di masyarakat dalam semangat kesepahaman, kedamaian di antara kelompok dan semua umat manusia.25

K2I adalah Kemiskinan, Kebodohan dan ketertinggalan Infrastruktur. K2I ini merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh Pemda Riau untuk pengentasan penyakit masyarakat yang sudah sulit untuk dicegah secara total. Gubernur Riau HM Rusli Zainal menjelaskan bahwa K2I adalah program pengentasan kemiskinan, kebodohan dan pembangunan infrastruktur (K2I) yang

25

Firdaus, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Prof Dr Ashaluddin Jalil MS, Rektor Universitas Riau. Tulisan ini disarikan dari Makalah yang telah dibentangkan dalam Seminar Temu Karya Studi Lapangan Diklatpim TK II Lembaga Administrasi Negara di Kantor Gubernur Riau,Pekanbaru, 23 Agustus 2007. Riautoday.


(44)

xliv

mengutamakan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendidikan dan pembangunan infrastruktur.26

SDM yang bermutu dan berdaya saing tinggi merupakan salah satu indikator kejayaan daerah di era otonomi dalam membangun Riau kedepannya yang pada dekade terakhir ini dipandang sebagai komponen paling menentukan dalam proses pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan. Tanpa itu, kekayaan daerah yang melimpah ruah tidak akan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat Riau. Rendahnya mutu SDM akan menjadi faktor penghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi Riau karena kurang mampu menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki daya saing. Lemahnya daya saing Riau juga bertaut rapat dengan mutu sumber daya manusianya.

Masyarakat sebagai objek kajian program yang dilakukan dan masyarakat juga harus menjadi partisipan. Partisipan masyarakat terutama masyarakat pedesaan dalam pembangunan sebenarnya menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda, yaitu (1) partisipasi proyek masalah pembangunan yang khusus; (2) partisipasi sebagai individu diluar aktifitas-aktifitas bersama dalam pembangunan.27

Dalam partisipasi yang pertama rakyat pedesaan diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa dari wakil-wakil dari beraneka departemen atau oleh

26

http://www.mambangmit.com/index.php/20080507386/berita/riau-tawarkan-program-k2i-di-musrenbangnas

27

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1990), Cet. 12, h. 79.


(45)

xlv

pamong desa untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program yang diadakan pemerintah.

2.

Visi dan Misi

Visi Pembangunan Daerah Riau untuk jangka panjang hingga tahun 2020 yang merupakan kristalisasi komitmen seluruh lapisan masyarakat Riau, telah disepakati dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor: 36 tahun 2001 tentang pola dasar pembangunan Daerah propinsi Riau Tahun 2001 – 2005, yakni: Terwujudnya Propinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara Tahun 2020.28

Untuk memberikan gambaran secara nyata sebagai upaya penjabaran Visi Pembangunan Riau 2020, maka perlu visi antara dalam visi 5 tahun agar setiap tahap untuk periode pembanguna jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi, kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan. Untuk itu pada tahun 2004 – 2008 kedepan sebagai penggalan lima tahun kedua dari RENSTRA (Rencana Strategi) Propinsi Riau Tahap Pertama priode Tahun 2001 – 2003 guna mewujudkan Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan visinya adalah Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mengentaskan kemiskinan, melalui kemudahan aksesibilitas, peningkatan pembangunan sektor pendidikan, serta

28

Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor: 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang rencana strategis (RENSTRA) Provinsi Riau Tahun 2004 – 2008, h. 3.1


(46)

xlvi

memberikan jaminan kehidupan agamis dan pengembangan budaya melayu secara proporsional dalam kerangka pemberdayaan.29

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Propinsi Riau selama kurun waktu 2004 – 2008, sebagai tahapan kedua dalam perwujudan Visi Pembangunan Riau 2020, maka kedepan Misi Pembangunan Riau yang dilaksanakan bertumpu pada komitmen yang tertuang sebagai berikut:

a. Mewujudkan kresibilitas Pemerintah Daerah dengan kemampuan profesional, moral dan keteladanan pemimpin dan aparat (Reinventing Government).

b. Mewujudkan supermasi hukum (Law Enforcement) dan penegak Hak Azasi Manusia (Human Right).

c. Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar kelompok masyrakat (Spread of Development Equilibrium between Region and Society).

d. Mewujudkan perekonomian bebasis potensi sumberdaya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (Empowerment of Society Base Economy).

e. Mengembangkan sarana dan prasarana untuk menciptakan kehidupan masyarakat agamis.

f. Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia dengan penekanan kemudahan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan pengembangan manajemen pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan pendidikan tinggi, kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang

29


(47)

xlvii

berkualitas, serta pembangunan agama, seni budaya dan moral (Human Resources Development).

g. Mewujudkan kemudahan untuk mengakses dalam bidang transportasi, produksi, komunikasi dan informasi serta pelayanan publik (Accessibility on Infrastructure and Public Service).

h. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa agar mampu berperan sebagai lini terdepan daam mengatasi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan (Empowestment of Social and Rural Institution).

i. Mewujudkan sebuah payung kebudayaan daerah, yakni kelangsungan budaya melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada (Strengthening of Malay Culture).

j. Mewujudkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development).

3.

Program

Didalam program K2I ini peran Pemerintah Provinsi Riau dengan Pemerintah Kota Dumai dalam penanggulangan kemiskinan mempunyai perbedaan dalam program yang ditawarkan.

Program K2I Pemerintah Daerah Riau


(48)

xlviii

Menurut hasil data yang diperoleh dari BAPPEDA Provinsi Riau,

alokasi dana Bantuan Tunai Langsung menurut Data Laporan Pelaksanaan

Akhir Tahun Desember 2007 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi

Pedesaan (PPLEP) mulai dari tahun 2005 – 2007seperti yang tertera

dibawah ini sejak tahun 2005 – 2007.

Tabel 1

REKAPITULASI PENYERAPAN, PEMINJAM, POSISI KAS UED, BANK DUD/K & BANK UED DANA USAHA DESA PPD

Tahun 2005

Nama Desa

Alokasi

Dana Terserap % LK PR Jumlah

Buluh Kasab 500 500 100 148 99 247

Sukajadi 500 500 100 111 75 186

Rimba Sekampung 500 500 100 106 79 185

Simpang Tetap 500 500 100 68 36 104

Sub Total Thn 2005 2.000 2.000 100 433 289 722 Sumber: dari Pemerintah Provinsi Riau, Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat , Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007, Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan (PPLEP). Ket: alokasi dana dan terserap merupakan kelipatan jutaan.

Menurut data Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007 yang mendapat bantuan desa dari Kota Dumai pada tahun Pertama, yaitu tahun 2005 adalah Desa Buluh Kasab, Desa Sukajadi, Rimba Sekampung dan Desa Simpang Tetap. Setiap desa mendapat dana bantuan dari Provinsi Riau sebesar Rp. 500.000.000,-


(49)

xlix

Menurut data ini juga, dana yang disalurkan sudah terserap secara keseluruhan dengan total secara keseluruhan sebesar Rp. 2.000.000.000,-

Tabel 2

REKAPITULASI PENYERAPAN, PEMINJAM, POSISI KAS UED, BANK DUD/K & BANK UED DANA USAHA DESA PPD

Tahun 2006

Nama Desa

Alokasi

Dana Terserap % LK PR Jumlah

Pelintung 500 500 100 82 30 112

Lubuk Gaung 500 500 100 134 27 161

Sub Total Thn 2005 1.000 1.000 100 216 57 273 Sumber: dari Pemerintah Provinsi Riau, Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat , Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007, Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan (PPLEP). Ket: alokasi dana dan terserap merupakan kelipatan jutaan.

Menurut data Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007 yang mendapat bantuan desa dari Kota Dumai pada tahun Kedua, yaitu tahun 2006 adalah Desa Pelintung dan Desa Lubuk Gaung. Setiap desa mendapat dana bantuan dari Provinsi Riau sebesar Rp. 500.000.000,-

Menurut data ini juga, dana yang disalurkan sudah terserap secara keseluruhan dengan total secara keseluruhan sebesar Rp. 1.000.000.000,-


(50)

l

REKAPITULASI PENYERAPAN, PEMINJAM, POSISI KAS UED, BANK DUD/K & BANK UED DANA USAHA DESA PPD

Tahun 2007

Nama Desa

Alokasi

Dana Terserap % LK PR Jumlah

Tanjung Penyembal 500

Bukit Nenas 500 500 100 71 7 78

Pangkalan Sesai 500

Mundam 500 Bagan Keladi 500

Bukit Kayu Kapur 500 500 100 70 10 80 Basilam Baru 500

Sub total Thn 2007 3.500 1.000 28.6 141 17 158 Total Kabupaten/Kota 6.500 4.000 61.5 790 363 1.153 Sumber: dari Pemerintah Provinsi Riau, Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat , Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007, Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan (PPLEP). Ket: alokasi dana dan terserap merupakan kelipatan jutaan.

Menurut data Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007 yang mendapat bantuan desa dari Kota Dumai adalah Desa Tanjung Penyembal, Desa Bukit Nenas, Desa Pangkalan Sesai, Desa Mundam, Desa Bagan Keladi, Desa Bukit Kayu Kapur, dan Desa Basilam Baru. Setiap desa mendapat dana bantuan dari Provinsi Riau sebesar Rp. 500.000.000,-


(51)

li

Menurut data ini juga, dana yang disalurkan belum terserap secara keseluruhan, yang dapat diserap hanya tida desa saja, sedangkan empat desa lagi belum terserap. Secara keseluruhan dana yang dikeluarkan secara keseluruhan sebesar Rp. 6.500.000.000,-

b)

Sapi K2I

Selain dan bantuan desa per-Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah

Riau Khususnya di Dinas Peternakan diadakan program Sapi K2I. Pada

anggaran ini Dinas Peternakan kembali akan menyerahkan bantuan Sapi

K2I kepada masyarakat sebanyak 1.700 ekor. Terdiri dari 600 ekor sapi

Brahman Cross dan 1.100 ekor sapi Bali, 500 ekor diantaranya untuk

pembibitan dan 100 ekor untuk penggemukan.

30

Sapi ini dimanfaatkan untuk diternak sehingga berkembang biak

menjadi banyak, kemudian hasil dari ternak tersebut akan menjadi

penghasilan dari masyarakat miskin yang mengelolahnya.

c)

Sawit K2I

Sumber penghasilan penduduk Riau sebagian besar dari sektor pertanian, yaitu dari subsektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan hortikultura. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat karena daerah ini memang sesuai untuk kegiatan pertanian terutama sub sektor perkebunan (kelapa sawit, karet). Dari sektor perkebunan menunjukkan hasil yang cukup

30

http://www.bangrusli.net/index.php?option=com_content&task=view&id=1698&Itemid =2.html


(52)

lii

menggembirakan petani, karena dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan keluarga.31

Namun sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam kegiatan perkebunan kehidupannya sangat memprihatinkan, karena keterbatasan sumberdaya yang mereka miliki, antara lain: modal, tingkat pendidikan, dan keterbatasan pengetahuan mereka terhadap pemasaran produk pertanian maka diadakanlah program Sawit K2I ini.

Proram K2I Pemerintah Kota Dumai

Didalam penangan K2I, Walikota Dumai memberikan peran terhadap Dinas-dinas yang terkait dalam penanggulangan K2I, yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Investasi. Dinas inilah yang akan manangani segala bentuk kinerja program yang diberi amanat dari Pemerintah Kota Dumai.

Berikut data-data yang dikutip dari beberapa Dinas yang terkait dalam program pengentasan K2I.

a)

Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial

Data yang diperoleh dari DISNAKERKESOS ini ada 320 KK dan dibagi perkelompok 10 orang, jadi terdapat 32 kelompok. Dalam perkelompok DISNAKERKESOS memberikan Bantuan Ternak Sapi sebanyak 3 ekor sapi. Total secara keseluruhan bantuan yang diberikan sebanyak 96 ekor sapi.

31

http://erik12127.wordpress.com/2007/09/22/pembangunan-agro-estate-kelapa-sawit-dalam-upaya-percepatan-pemberdayaan-ekonomi-pedesaan/.html


(53)

liii

Disamping itu DISNAKERKESOS juga memberikan bantuan Pengadaan Bahan Rumah Tidak Layak Huni Kota Dumai yang diberikan kepada masyarakat miskin sebanyak 70 KK dan masing-masingnya mendapat Rp. 10.000.000,- total dana bantuan yang diberikan sebesar Rp. 700.000.000,-.

b) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

Table 4

BANTUAN 5 EKOR SAPI

N0 NAMA KELOMPOK JENIS BANTUAN TERNAK

1. USAHA BERSAMA 50 EKOR SAPI

2. LESTARI 50 EKOR SAPI

3. MAKMUR 50 EKOR SAPI

4. MEKAR SARI 50 EKOR SAPI

5. TRI REZEKI 50 EKOR SAPI

SUB TOTAL 250 EKOR SAPI

Sumber: dari Data Sasaran Program Kemiskinan Tahun Anggaran 2007 Dinas Peternakan Perikanan Dan Kelautan Kota Dumai

Seperti yang tertera diatas ada lima nama kelompok yang mendapatkan

bantuan ternak sapi, dimana setiap kelompok berjumlah 10 orang/KK yang

mewakili keluarga miskin. Setiap 10 orang tersebut salah satu darinya merupakan

orang yang mampu dan mempunyai lahan untuk dijadikan tempat ternak yang

nantinya ia menjadi ketua kelompok yang akan bertanggung jawab terhadap yang

lainnya.


(54)

liv

Untuk meratakan program ini maka dalam jangka 3 tahun, mereka di

tekankan untuk mengembalikan ternak yang sudah dipelihara, hasil ternak yang

diperoleh selebihnya menjadi hak milik mereka.

Tabel 5

BANTUAN 250 EKOR KAMBING

N0 NAMA KELOMPOK JENIS BANTUAN TERNAK

1. BERJASA III 250 EKOR KAMBING

2. MAPAN JAYA 250 EKOR KAMBING

3. BATANG MERAWAN 250 EKOR KAMBING

4. SUKAMAJU 250 EKOR KAMBING

5. DELIMA JAYA 250 EKOR KAMBING

6. TANI JAYA 250 EKOR KAMBING

7. SUMBER JAYA 250 EKOR KAMBING

8. MURNI 250 EKOR KAMBING

9. SUBUR JAYA 250 EKOR KAMBING

10. SIDOMULYO 250 EKOR KAMBING


(55)

lv

12. TIANG JUNG PERMAI 250 EKOR KAMBING

SUB TOTAL 3000EKOR KAMBING

Sumber: dari Data Sasaran Program Kemiskinan Tahun Anggaran 2007 Dinas Peternakan Perikanan Dan Kelautan Kota Dumai

Seperti yang tertera diatas ada 12 nama kelompok yang mendapatkan

bantuan ternak sapi, dimana setiap kelompok berjumlah 10 orang/KK yang

mewakili keluarga miskin. Setiap 10 orang tersebut salah satu darinya merupakan

orang yang mampu dan mempunyai lahan untuk dijadikan tempat ternak yang

nantinya ia menjadi ketua kelompok yang akan bertanggung jawab terhadap yang

lainnya.

Untuk meratakan program ini maka dalam jangka 3 tahun, mereka di

tekankan untuk mengembalikan ternak yang sudah dipelihara, hasil ternak yang

diperoleh selebihnya menjadi hak milik mereka.

Tabel 6

BANTUAN 200 EKOR AYAM BURAS

N0 NAMA KELOMPOK JENIS BANTUAN TERNAK

1. MUTIARA 2000 EKOR AYAM BURAS

SUB TOTAL 2000 EKOR AYAM BURAS

Sumber: dari Data Sasaran Program Kemiskinan Tahun Anggaran 2007 Dinas Peternakan Perikanan Dan Kelautan Kota Dumai

Seperti yang tertera diatas ada satu nama kelompok yang mendapatkan

bantuan ternak sapi, dimana setiap kelompok berjumlah 10 orang/KK yang

mewakili keluarga miskin. Setiap 10 orang tersebut salah satu darinya merupakan


(1)

lxxv

melakukan program-programnya

Dinas Pendidikan memberikan bantuan dalam bentuk bea siswa transisi yang diberikan kepada siswa-siswi yang tergolong masyarakat miskin tingkat SD / MI, SMP / MTs

Program ini tidak berjalan sepenuhnya, masih banyak bea siswa yang belum tersalurkan dan masih ditahan oleh Ka. Bag. Keuangan Kota Dumai

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan Investasi Kota Dumai memberikan bantuan peminjaman modal dana usaha sebesar Rp. 2.500.000.- yang nantinya akan dicicil Rp. 100.000.- selama 25 bulan.

Program yang direncanakan tidak sepenuhnya berjalan disebabkan kendala dana yang terlalu besar dan kurang terkontrol dilapangan

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan Investasi ini juga memberikan bantuan kepada masyarakat miskin Rp. 100.000.-/bulan

Dana yang dibutuhkan kurang maksimal sehingga sulit untuk berjalan disebabkan banyaknya masyarakat miskin di Kota Dumai

Sumber: dari hasil wawancara kepada masyarakat desa yang mendapat bantuan program K2I Kota Dumai yang sudah di tetapkan.

Dari Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi ternyata belum begitu membuahkan hasil yang maksimal untuk menjadi pembelajaran selanjutnya, akan tetapi usaha untuk mengurangi angka kemiskinan selalu ada.


(2)

lxxvi

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

1. Kebijakan yang ditempuh Pemerintah Provinsi Riau dalam pengentasan kemiskinan berupa Dana Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp. 500.000.000,-/Desa Kecamatan/Kota yang ada di Provinsi Riau serta bantuan lahan serta bibit Sawit K2I dan juga Peternakan Sapi K2I sekiranya akan memperkecil angka kemiskinan yang ada di Riau, sedangkan Pemerintah Kota Dumai membuat kebijakan dalam pengentasan kemiskinan melalui campur tangan dari beberapa Dinas, yaitu: Dinas Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi berupa bantuan secara langsung dan tidak langsung.

2. Pengaplikasian dana dari Pemerintah Kota Dumai untuk mensejahterakan masyarakat Dumai melalui program K2I masih dianggap belum berjalan dengan sepenuhnya sebab masih banyak kendala yang masih perlu diperbaiki. Program yang selam ini direncanakan oleh Pemerintah Kota Dumai akan terus berjalan seiring kepengurusan Walikota yang sekarang hingga akhir jabatan yang nantinya akan tergantikan.

3. Strategi Pemerintah Kota Dumai dalam pengentasan Kemiskinan dengan menggunakan program K2I ini masih dalam angan yang ingin diraih meski belum tercapai dengan target yang direncanakan dengan tujuan


(3)

lxxvii

memperkecil angka kemiskinan di Kota Dumai melalui program yang masih berjalan sampai sekarang ini.

B.

Saran

1. Kebijakan Pemerintah Daerah Riau, khususnya Kota Dumai untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui program K2I harus lebih dipersiapkan untuk kedepannya, meskipun dengan adanya pergantian Gubernur baru yang akan dipilih oleh masyarakat untuk tahun 2009 kedepan.

2. Pengaplikasian program Pemerintah Kabupaten/Kota harus dibantu para peneliti (tidak hanya dibatasi pada disiplin ilmu ekonomi, tetapi juga disiplin ilmu sosisologi, ilmu antropologi dan lainnya) untuk mengembangkan masyarakat, dengan sistem pemantauan kemiskinan di daerah.

3. Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi pendekatan ekonomi saja, tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan menyeluruh (sistemik) terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal.


(4)

lxxviii

DAFTAR PUSTAKA

Kutipan dari Buku

Adi, Rukminto, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan

Praktis). Edisi Revisi 2003.

Cox, David. “Outline of Presentation on Poverty Alleviation Programs in

the Asia-Pacific Region” makalah yang disampaikan pada

International Seminar on Curriculum Development for Social Work

Education in Indonesia, Bandung: (2004), Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial, 2 Maret.

Deliarnov.

Perbandingan Sistem-sitem Ekonomi. Pekanbaru Riau: UNRI

Pers, 1998.

Efendi, Sofian. dkk. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.

Koentjaraningrat.

Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan Jakarta: PT

Gramedia, 1990.

Moleong J Lexy, Prof. Dr., MA. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remajda Rosdakarya, 2007.

---. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remadja Rosdakarya, 1993.

Poerwandari, Kristi, E. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi.

Jakarta: LPSP 3 – VI. 1998.

Rab, Tabrani, Prof. Dr. H. Pembangunan dan Kerusakan Alam Riau:

Deforestisasi dan Ambruknya Ekonomi Negara. Riau: Riau Cultural

Institute, 2003.

Rahmat, Jalaludin. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi atau Manusia

Besar. Jakarta.

Sadono, Sukirno. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1994.

Setiarso, Bambang. Strategi Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management): Untuk Meningkatkan Daya Saing Pada Kluster Industri Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta: Bank Indonesia: Inovation, 2006.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990.

Soemardjan, Selo. Kemiskinan: Suatu Pandangan Sosiologi. Jurnal

Sosiologi Indonesia, Jakarta: 1997.


(5)

lxxix

Suharto, Edi. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:

Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS

(LSP-STKS), 2004.

Suparlan, Parsudi. Kemiskinan

Diperkotaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1993.

Widjaja, Albert. Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta:

LP3ES, 1982.

Departemen Sosial (Depsos). Penduduk Fakir Miskin Indinesia Tahun 2002.

Jakarta: Depsos, 2002.

---. Penduduk Fakir Miskin Indinesia Tahun 2001.

Jakarta: Depsos, 2001.

Kutipan dari Pemerintah Daerah Riau

BAPPEDA Provinsi Riau dan Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Riau

Dalam Angka “In Figures” 2007. Riau: Pemerintah Provinsi Riau,

2007.

Pemerintah Kota Dumai. Dumai Dalam Angka “Dumai In Figures” 2007.

Dumai: Pemerintah Kota Dumai, 2007.

Pemerintah Kota Dumai. Peraturan Walikota Dumai Nomor 21 Tahun 2007

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Ternak

Untuk Masyarakat Miskin Kota Dumai Tahun Anggaran 2007.

Dumai: Pemerintah Kota Dumai, 2007.

Pemerintah Provinsi Riau. Badan Pemberdayaan dan Perlindungan

Masyarakat. Laporan Pelaksanaan Akhir Tahun Desember 2007.

Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan (PPLEP).

Riau: Pemerintah Provinsi Riau, 2007.

Pemerintah Provinsi Riau. INFO-EKS (Infirmasi Eksekutif). Riau: 2007.

Pemerintah Provinsi Riau. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor: 5

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2004 tentang rencana strategis (RENSTRA) Provinsi Riau

Tahun 2004 – 2008. Riau: Pemerintah Provinsi Riau, 2007.

Persatuan Masyarakat Riau Jakarta (PMRJ). Lima Kebanggaan Anak

Melayu Riau. Jakarta: PMRJ, 2005.

Kutipan dari Internet

Badan Pusat Statistik (BPS). Kategori Keluarga Miskin Kota Dumai.

Dumai: BPS, 2007.

---. Badan Pusat Statistik. No. 38/07/Th. X, 2

Juli 2007. Sumber dari

http://www.bps.go.id/releases/files/kemiskinan-02juli07.pdf

http://www.gorontaloprov.go.id/index.php?option=com_content&task=blog

category&id=5&itemid=89.html


(6)

lxxx

http://www.kaltim.bps.go.id/miskin07.pdf.html

http://www.riautoday.html

http://www.mambangmit.com/index.php/20080507386/berita/riau-tawarkan-program-k2i-di-musrenbangnas

.html

http://www.bangrusli.net/index.php?option=com_content&task=view&id=1

698&Itemid=2.html

http://search.yahoo.com/search?fr=ieas&p=struktur+ekonomi+riau&ei=utf-8.html

http://search.yahoo.com/search;_ylt=A0geu8lygzFI4iYAkNtXNyoA?p=geografis+ dumai&fr=ieas&ei=UTF-8.html

Tim Peneliti Badan Penelitian Kebengsaan (Balitbang) Propinsi Riau,

sumber dari

http://balitbang.riau.go.id/index.php?litbang=isi_artikel&id_artikel=4

http://erik12127.wordpress.com/2007/09/22/pembangunan-agro-estate-

kelapa-sawit-dalam-upaya-percepatan-pemberdayaan-ekonomi-pedesaan/

html