2.4.1. Penatalaksanaan PPOK stabil
Algoritme PPOK stabil
EDUKASI FARMAKOLOGI
NON FARMAKOLOGI
Berhenti merokok Pengetahuan dasar PPOK
Obat-obatan Pencegahan perburukan
penyakit Menghindari pencetus
Penyesuaian aktivitas REGULER bronkodilator
• Antikolinergik
• Β
2
agonist •
Xantin •
Kombinasi SABA+
antikolinergik
• Kombinasi
LABA+ kortikosteroid
• Antioksidan
Dipertimbangkan : mukolitik
• Rehabilitasi
• Terapi oksigen
• Vaksinasi
• Nutrisi
• Ventilasi non
mekanik •
Intervensi bedah
Gambar 2.3. Algoritme penatalaksanaan PPOK stabil
1
Strategi pentalaksanaan berdasarkan penilaian derajat penyakit dan respon terhadap terapi, hal ini tertera pada gambar 3 di atas. Derajat penyakit ditentukan oleh gejala dan hambatan aliran
napas serta frekwensi eksaserbasi, komplikasi, gagal napas, penyakit komorbid serta status kesehatan pasien.
21
Semua golongan bronkodilator akan meningkatkan kapasitas latihan pada pasien PPOK tanpa adanya perubahan VEP
1
yang bermakna evidence A, pengobatan regular
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan bronkodilator kerja panjang lebih efektif dibandingkan pengobatan dengan bronkodilator kerja singkat evidence A.
11
Banyak penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil terapi kombinasi inhalasi
β
2
agonist kerja panjang dan kortikosteroid lebih memberikan efek yang menguntungkan terhadap fungsi paru, penurunan gejala harian, penurunan frekuensi eksaserbasi
dan perbaikan status kesehatan pasien PPOK dibandingkan inhalasi obat tunggal. Pedoman GOLD 2008 merekomendasikan penanganan PPOK dengan pendekatan yang bertahap dimana inhalasi
bronkodilator diperkenalkan sejak awal pada pasien PPOK, dan inhalasi kortikosteroid ditambahkan hanya pada keadaan yang berat VEP
1
50 prediksi, eksaserbasi yang berulang, dan adanya respon uji faal paru terhadap inhalasi kortikosteroid. Pedoman penatalaksanaan PPOK
yang direkomendasikan oleh ATS maupun ERS tahun 2004 juga menyatakan adanya efek yang menguntungkan dari penambahan terapi kombinasi terhadap fungsi paru, berkurangnya gejala,
frewensi eksaserbasi serta kualitas hidup pada pasien dengan pemeriksaan VEP
1
50.
24
Sementara bronkodilator kerja singkat direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan. Bronkodilator yang tersedia untuk dipergunakan terdiri dari 3 kelompok: antikolinergik, agonist simpatomimetik,
dan metylxantin. Ketiganya memiliki kemampuan dalam meningkatkan fungsi paru pada pasien PPOK. Antikolinergik khususnya tiotropium akan menyebabkan relaksasi otot polos saluran
napas melalui antagonis dari asetilkolin reseptor muskarinik M
3
pada otot polos saluran napas, sementara
β
2
-agonist akan menyebabkan bronkodilasi melalui perangsangan reseptor β
2
, meningkatkan cyclic adenosine monophosphate juga terjadi inhibitor phospodiesterase, seperti
metylxantin oral. β
2
-agonist kerja singkat seperti albeterol onsetnya lebih cepat tetapi durasinya lebih singkat dibandingkan antikolinergik, sehingga merupakan obat yang digunakan untuk
mengatasi bronkospasme akut. Inhalasi antikolinergik seperti ipratropium, memiliki onset yang lambat dan kerja yang lebih panjang.
25
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Peranan SalmeterolFlutikason propionat dalam Penatalaksanaan PPOK