Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional 1. PPOK stabil :

BAB III MANAJEMEN PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis yang membandingkan kelompok yang diberi inhalasi kombinasi salmeterolflutikason propionat 500µg50µg dalam diskus inhaler dengan kelompok yang diberi inhalasi plasebo.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RS. PTPN II Tembakau Deli Medan dan RS. PTPN II Bangkatan Binjai. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Semua penderita PPOK stabil derajat II-III menurut GOLD 2009 sedang dan berat dengan VEP 1 KVP 70 dan 30 VEP 1 80.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria pasien diterima dan tidak terdapat kriteria pasien ditolak yang dipilih secara acak. 3.4. Perkiraan Besar Sampel Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus 37 : Zα + Z β 2 SD 2 n = X 1 - X 2 2 Universitas Sumatera Utara 1,96 + 1,036 2 0,48 2 n = = 12,93 = 13 orang 0,4 2 Keterangan : 1. Zα : nilai baku dari tabel Z yang besarnya tergantung dari nilai α yang ditentukan, α = 0,05 → Zα = 1,96 2. Z β : nilai baku dari tabel Z yang besarnya tergantung dari nilai β yang ditentukan, β = 0,015 → Zβ = 1,036 3. SD : Simpangan baku faal paru yang mendapatkan terapi salmeterolflutikason propionat 7 → 0,48 4. X 1 - X 2 : beda rata-rata yang bermakna → 0,4 3.5. Kriteria inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria inklusi Pasien PPOK dengan syarat : 1. PPOK stabil 2. Umur lebih besar atau sama dengan 40 tahun 3. PPOK derajat sedang – berat : VEP 1 KVP 70 dan 30 VEP 1 80 4. Memiliki riwayat merokok 5. Tidak menggunakan kortikosteroid sistemik dalam 4 minggu sebelum penelitian 6. Mampu menggunakan terapi inhalasi dengan diskus inhaler 7. Bersedia mengikuti penelitian dengan benar dan menandatangani surat persetujuan. Universitas Sumatera Utara

3.5.2. Kriteria eksklusi

1. Mempunyai penyakit lain selain PPOK seperti asma, rinitis, atopi, atau penyakit lain yang bermakna selain PPOK 2. Insuffisiensi renal dan hepar, riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Adanya riwayat miokard infark 1 tahun, aritmia, dan gagal jantung, stroke, miastenia gravis. 3. Menggunakan oksigen terapi setiap harinya. 4. Infeksi saluran napas atas 4 minggu sebelum pengambilan sampel. 5. PPOK dalam keadaan eksaserbasi 6. Penggunaan bronkodiator kerja panjang dalam terapi sehari-hari kurang 4 minggu sebelum penelitian dilaksanakan.

3.6. Cara Kerja Penelitian

Semua pasien yang memenui kriteria pasien diterima dan tidak terdapat kriteria pasien ditolak diambil dari dasarnya base line. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dikelompokkan secara randomisasi sederhana untuk menentukan penempatan kelompokgrup penelitian. Randomisasi dilakukan dengan menggunakan pencabutan nama didalam amplop secara acak untuk kelompok I dan kelompok II. Kelompok I mendapatkan perlakuan inhalasi kombinasi salmeterol50µg flutikason propionat500µg dalam bentuk diskus inhaler, sedangkan kelompok II mendapatkan inhalasi plasebo dalam bentuk diskus inhaler yang sama persis dengan yang diskus inhaler berisikan obat. Data dasar berupa nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, riwayat merokok, lama menderita PPOK, pemakaian bronkodilator sehari- hari, uji faal paru dengan spirometri VEP 1 , KVP, VEP 1 KVP, penilaian kualitas hidup dengan St Universitas Sumatera Utara George’s Respiratory Questionnair SGRQ dan COPD Assessment Test CAT serta Uji 6 menit berjalan. Kelompok I diberikan inhalasi kombinasi salmeterol50µg flutikason propionat500µg dalam diskus inhaler 2 kali 1 hisapan pagi dan malam. Kelompok II diberi inhalasi plasebo 2 kali 1 hisapan pagi dan malam juga. Baik obat maupun plasebo diberikan selama 1 bulan 30 hari. Minggu kedua hari ke-15 dilakukan pengisian status pasien. Kemudian di minggu keempat penelitian hari ke-30 dilakukan pengukuran ulang uji spirometri, tes 6 menit berjalan, pengisian SGRQ dan CAT serta pengisian status pasien penelitian. Setelah seluruh pasien menjalani penelitian dan data pasien penelitian telah terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis statistik. Universitas Sumatera Utara

3.6.1. Kerangka Operasional

Kriteria inklusi eksklusi PPOK stabil Uji Spirometri St George’s Respiratory Questionnair SGQR Uji Penilaian PPOK Uji 6 menit berjalan Skala Sesak MRC Status pasien penelitian Salmeterol 50 µgflutikason propionat 500µg + Terapi sehari-hari Plasebo + Terapi sehari-hari Pengisian Status pasien penelitian Minggu ke-2 hari ke-15 Minggu ke-2 hari ke-15 Analisis Statistik Uji Spirometri St George’s Respiratory Questionnair SGQR COPD Assessment Test CAT Uji 6 menit berjalan Skala sesak MRC Status pasien penelitian Randomisasi Minggu ke-4 hari ke-30 Minggu ke-4 hari ke-30 Universitas Sumatera Utara

3.7. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : kombinasi salmeterol 50µgflutikason propionat 500µg dalam bentuk diskus 2. Variabel tergantung : Kualitas hidup yaitu - St.George’s Respiratory Questionnaire SGRQ - COPD Assessment Test CAT

3.8. Definisi Operasional 1. PPOK stabil :

- Dahak tidak berwarna atau jernih. - Aktivitas terbatas tidak disertai sesak napas sesuai derajat berat PPOK. - Penggunaan bronkodilator sesuai dengan rencana pengobatan. - Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan.

2. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteri inklusi : - Umur lebih besar atau sama dengan 40 tahun - PPOK derajat sedang – berat : VEP 1 KVP 70 dan 30 VEP 1 80 - Memiliki riwayat merokok - Tidak menggunakan kortikosteroid sistemik dalam 4 minggu sebelum penelitian - Mampu menggunakan terapi inhalasi dengan diskus inhaler - Bersedia mengikuti penelitian dengan benar dan menandatangani surat persetujuan. Kriteria eksklusi : Universitas Sumatera Utara - Mempunyai penyakit lain selain PPOK seperti asma, rhinitis, atopi, atau penyakit lain yang bermakna selain PPOK - Menggunakan oksigen terapi jangka panjang 12 jam setiap harinya. - infeksi saluran napas atas 4 minggu sebelum pengambilan sampel. - PPOK dalam keadaan eksaserbasi - Penggunaan bronkodiator kerja panjang dalam terapi sehari-hari sejak 4 minggu sebelum penelitian dilaksanakan. - Insuffisiensi renal dan hepar, riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Adanya riwayat miokard infark 1 tahun, aritmia, dan gagal jantung.

3. Uji Spirometri

Merupakan pengukuran aliran udara dan volume paru selama manuver ekspirasi paksa setelah inspirasi penuh dengan menggunakan alat yang disebut spirometer. Yang dinilai dalam penelitian ini adalah VEP 1 : Volume Ekspirasi Paksa per 1 detik yaitu volume udara yang dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. KVP : Kapasitas Vital Paksa yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal yang dilakukan secara cepat dan paksa. 4. St George’s Respiratory Questionnaire SGRQ Merupakan kuesioner spesifik untuk mengukur kualitas hidup penderita saluran napas kronik. Terdiri dari 76 butir yang dibagi dalam 3 komponen yaitu : Universitas Sumatera Utara - Gejala penyakit yang berhubungan dengan gejala saluran napas, frekwensi dan beratnya gejala tersebut. - Aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan yang menyebabkan sesak napas atau terhambat karena sesak. - Dampak yang meliputi rangkaian aspek yang berhubungan dengan fungsi sosial dan gangguan psikologis akibat penyakit saluran napas.

5. COPD Assessment Test CAT

Adalah suatu instrumen yang dirancang untuk mengukur status kesehatan pasien PPOK, hampir serupa dan lebih sederhana dibanding SGRQ yang sering digunakan dalam penelitian kualitas hidup PPOK, yang terdiri dari 8 pertanyaan dengan bobot tiap pertanyaan antara 0 sampai 5 sesuai dengan berat yang dirasakan pasien. Jumlah keseluruhan skor dari 0 sampai 40.

6. Tes 6 menit berjalan

Adalah pengukuran kapasitas latihan fungsional dengan mengukur seberapa jauh pasien dapat berjalan dengan cepat pada jalan dengan permukaan rata dan keras dalam waktu 6 menit. Cara melakukan uji jalan 6 menit : - Pastikan pasien dalam keadaan stabil. - Sebelum melaksanakan uji jalan 6 menit, pasien dilakukan nebulisasi dengan bronkodilator. - Pasien duduk didekat garis start 5-10 menit sebelum dilakukan uji jalan 6 menit sambil diberikan penjelasan tentang uji tersebut mengenai; Pengenalan lokasi yang akan ditempuh, pemeriksaan tanda vital. Berjalan di koridor yang telah ditentukan sejauh 30 meter bolak-balik. Kecepatan jalan diatur sendiri oleh pasien sehingga dirasakan tidak cepat lelah dan lebih nyaman maupun sesak skala sesak MRC. Universitas Sumatera Utara Jika pasien merasa lelah ataupun sesak napas selama melakukan uji tersebut, pasien boleh istirahat dan melanjutkan ujinya setelah tenang kembali. - Stop watch diatur untuk waktu 6 menit. - Pasien kemudian mulai melakukan uji dari garis start bersamaan dengan stop watch dihidupkan. - Jika pasien butuh istirahat, stop watch tidak dimatikan, dan apabila pasien tetap tidak sanggup melanjutkan uji maka uji tersebut dianggap batal. - Pasien berhenti melaksanakan uji bila stop watch telah bordering, kemudian pasien diistirahatkan. - Jarak tempuh yang dicapai pasien dicatat dalam meter.

7. Skala sesak

Medical Research Council MRC Terdiri dari 5 pernyataan yang menggambarkan range ketidak mampuan respirasi dari tidak ada derajat 1 sampai hampir sepenuhnya tidak dapat beraktivitas derajat 5 dengan memilih kalimat yang sesuai dengan keadaan pasien yang tercantum pada suatu bentuk format pertanyaan.

8. Status pasien penelitian

Adalah status yang akan diisi oleh peneliti selama penelitian yang terdiri dari data pribadi, pemeriksaan keadaan umum, SGRQ, COPD Assessment Test CAT, uji spirometri serta uji 6 menit berjalan.

9. Kombinasi Salmeterol 50µgflutikason propionat 500µg dalam diskus inhaler

Salmeterol adalah bronkodilator golongan beta 2-agonist kerja panjang, diberikan secara inhalasi dengan dosis 50µg tiap hisapan. Flutikason propionat adalah kortikosteroid inhalasi dengan dosis 500µg tiap hisapan. Kombinasi keduanya diberikan 1 hisapan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk diskus tiap pagi dan malam. Universitas Sumatera Utara

10. Plasebo

Berupa inhaler dalam bentuk diskus yang tidak berisikan obat yang diteliti dengan bentuk sama persis dengan diskus yang berisikan obat yang diteliti. 12. Terapi sehari-hari : Terapi sehari-hari adalah terapi yang selama ini dipergunakan secara teratur dan telah digunakan selama 6 minggu sebelum penelitian. Terapi meliputi inhalasi beta 2-agonist kerja pendek inhalasi kortikosteroid bila diperlukan, tablet teofilin lepas lambat, antioksidan, dan mukolitik.

3.9. Bahan dan Alat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Saturasi Oksigen Pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1 66 64

Pengaruh Rehabilitasi Paru Terhadap MVV dan VEP1 Terhadap Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

6 75 86

Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Dengan Ppok Stabil

0 69 88

Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

8 116 108

Hubungan Nilai Spirometri dengan Lean Body Mass Index pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Di RS Tembakau Deli Medan

1 48 88

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Pengaruh Pemberian Inhalasi Kombinasi Salmeterol / Flutikason Propionat Dalam Bentuk Diskus Inhaler Terhadap Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil

0 44 102

Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Dengan Ppok Stabil

0 0 26

Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Dengan Ppok Stabil

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Analisis Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Setelah Mengikuti Program Rehabilitasi Paru Yang Dinilai Dengan COPD Assessment Test (CAT) dan Uji Jalan 6 Menit

0 0 30