morbiditas pasien PPOK. Kontribusi kronik, dan low-grade inflammation akan menyebabkan resiko penyakit sistemik lainnya, sebagai contoh meningkatnya resiko arterosklerosis, gagal
jantung kronik, obesitas maupun diabetes. Meningkatnya inflamasi sistemik akan merangsang peningkatan mediator seperti C-reactive protein CRP yang memberikan kontribusi terhadap
terjadinya disfungsi otot skeletal, berat badan menurun, depresi, osteoporosis dan berkurangnya status kesehatan. Meningkatnya TNF-α dan IL-6 berhubungan dengan arterosklerosis. Dan yang
terbaru didapatkan bahwa meningkatnya IL-6 berhubungan dengan meningkatnya prevalensi resistensi insulin pada pasien PPOK.
19,20
Intensitas inflamasi sistemik akan meningkat saat PPOK eksaserbasi. Asal inflamasi sistemik pada pasien PPOK yaitu dari asap rokok, hiperinflasi paru,
hipoksia jaringan, disfungsi otot, dan bone marrow.
20
Penurunan VEP
1
berasal dari inflamasi dan penyempitan saluran napas perifer, sementara penurunan pertukaran gas yang berasal dari
kerusakan parenkim dari empisema. Pada inflamasi yang berlanjut, fibrosis dan eksudasi pada saluran napas kecil berhubungan dengan penurunan VEP
1
dan perbandingan VEP
1
KVP. Obstruksi saluran napas perifer yang progresif akan memerangkap udara selama ekspirasi menghasilkan
hiperinflasi yang akan mengurangi kapasitas inspirasi dan akan menyebabkan sesak napas dan keterbatasan kepasitas latihan. Abnormalnya pertukaran gas menyebabkan hipoksemia dan
hiperkapnia pada pasien PPOK yang beratnya sejalan dengan perjalanan penyakit.
11
2.3. Diagnosis dan Klasifikasi PPOK
Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan sampai kelainan jelas dan dijumpai tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK dipertimbangkan pada pasien dengan gejala klinis berupa sesak
napas, batuk kronik atau produksi sputum. Pada pasien PPOK derajat ringan sering dijumpai batuk berdahak pada pagi hari sementara pada pasien PPOK derajat sedang gejala klinis jelas
terlihat, dan pada pasien PPOK derajat berat sesak napas terjadi bahkan pada aktivitas yang ringan.
Universitas Sumatera Utara
Dijumpainya riwayat pajanan seperti riwayat merokok, terpajan zat iritan inhalasi yang bermakna di tempat kerja. Dari pemeriksaan fisis pada PPOK dini tidak dijumpai kelainan, sedang pada
PPOK yang lanjut dari inspeksi dapat dijumpai pursed-lip breathing, barrel chest, penggunaan otot bantu napas, hipertropi otot bantu napas, pelebaran sela iga. Dari pemeriksaan fremitus
melemah, pada perkusi dijumpai hipersonor, sedangkan dari auskultasi dijumpai suara napas melemah, ekspirasi memanjang, terdapat ronki kering atau mengi, bunyi jantung terdengar jauh.
Pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran hiperinflasi, hiperlusen, diapragma mendatar, corakan bronkovaskuler meningkat, bulla, jantung pendulum.
1,15
Diagnosis harus dikonfirmasi lagi dengan spirometri. Pada PPOK derajat ringan terkadang spirometri didapat normal. Hasil
spirometri berupa VEP
1
KVP 70 dan VEP
1
80 prediksi dianggap sebagai adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
10
Apabila fasilitas spirometri tidak tersedia, peakflow meter dapat digunakan untuk mengukur Arus Puncak Ekspirasi APE walau kurang
tepat tetapi dapat dipakai sebagai alternatif untuk memantau variabiliti harian pagi dan sore dengan nilai yang didapat tidak lebih dari 20 prediksi.
15
Pemeriksaan khusus yang tidak rutin dilakukan antara lain : uji bronkodilator yang dilakukan sekali saja pada saat penegakkan diagnosis, dapat
menyingkirkan diagnosis asma. Setelah pemberian inhalasi bronkodilator sebanyak 8 hisapan, sekitar 15 sampai 20 menit kemudian diukur perubahan nilai VEP
1
atau APE, akan dijumpai perubahan VEP
1
atau APE 20 nilai awal. Uji kortikosteroid dilakukan dengan menilai perbaikan faal paru setelah pemberian oral kortikosteroid prednison atau metilprednisolon
sebanyak 30 sampai 50 mg per harinya selama 2 minggu atau dengan inhalasi steroid selama 6 minggu hingga 3 bulan,dan dijumpai peningkatan VEP
1
sebanyak 200 ml atau 15 dari nilai awal. Adanya respon terhadap kortikosteroid akan menjadikannya salah satu terapi regular bersama
dengan bronkodilator pada pasien PPOK stabil.
15,21,22
Universitas Sumatera Utara
ATS dan ERS beserta GOLD membuat suatu sistem penderajatan untuk PPOK berdasarkan nilai VEP
1
prediksi. Ada 5 derajat untuk klasifikasi PPOK dari ringan derajat I hingga berat derajat IV seperti yang terlihat pada tabel 2.1.
12
Tabel 2.1. Klasifikasi PPOK
11
Gold 2009 Derajat
Karakteristik
Derajat I : PPOK Ringan
VEP
1
KVP 70 VEP
1
≥ 80 prediksi Derajat II :
PPOK Sedang VEP
1
KVP 70 50≤ VEP
1
80 prediksi Derajat III :
PPOK Berat VEP
1
KVP 70 30≤ VEP
1
50 prediksi
Derajat IV : PPOK Sangat Berat
VEP
1
KVP 70 VEP
1
30 prediksi atau
VEP1 50 dengan gagal napas kronis
Alat ukur kualitas hidup umumnya meliputi spektrum fungsi yang luas berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat dipakai sebagai alat ukur berbagai macam penyakit.
Beberapa contoh kuesioner yang dapat dipakai adalah Chronic Respiratory Diseases Questionnaire CRDQ dari Guyat dkk dan St. George’s’s Respiratory Questionnaire SGRQ dari
Jones dkk. SGQR merupakan kuesioner spesifik untuk mengukur kualitas hidup penderita saluran napas kronik. Terdiri dari 76 butir yang dibagi dalam 3 komponen yaitu :
- Gejala penyakit yang berhubungan dengan gejala saluran napas, frekwensi dan beratnya
gejala tersebut. -
Aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan yang menyebabkan sesak napas atau terhambat karena sesak.
- Dampak yang meliputi rangkaian aspek yang berhubungan dengan fungsi sosial dan
gangguan psikologis akibat penyakit saluran napas.
Universitas Sumatera Utara
Setiap jawaban kuesioner mempunyai bobot yang diambil secara empiris. Bobot paling kecil = 0, bobot paling besar = 100. Setiap komponen bobot untuk jawaban positip dijumlahkan. Nilai
dihitung dengan membagi jumlah bobot dengan nilai maksimum untuk komponen tersebut dan hasil dinyatakan dalam persen. Nilai yang lebih rendah menggambarkan keadaan kesehatan yang
lebih baik.
5
Saat ini telah dibuat suatu metode yang lebih sederhana, dapat dipercaya yaitu COPD assessment test CAT Uji penilaian PPOK yang terdiri dari 8 pertanyaan dengan skor antara 0 sampai 40. Hal
ini memudahkan pasien untuk mengisinya. Pertanyaan ini diambil dari derajat penyakit, dengan kesimpulan berupa ringan hingga berat. Skor yang tinggi menunjukkan status kesehatan yang
buruk. Pertanyaan meliputi tentang batuk, dahak, dada tertekan, sesak napas, kemampuan menaiki tangga, keterbatasan aktivitas di rumah, kepercayaan diri untuk meninggalkan rumah, tidur dan
energi. Pertanyaan lebih ditekankan pada sesak saat menaiki tangga pada pasien dengan keadaan ringan, pertanyaan untuk pasien dengan keadaan berat lebih ditekankan pada kepercayaan diri
untuk meninggalkan rumah. Skor diatas 30 menunjukkan keadaan yang sangat berat, skor diatas 20 menunjukkan keadaan yang berat, skor antara 10 sampai 20 menunjukkan keadaan yang sedang
dan skor dibawah 10 menunjukkan keadaan yang ringan.
23
2.4. Penatalaksanaan PPOK