Teknik Perhitungan Pendekatan Distribusi Binomial oleh Distribusi Normal Contoh Kasus

dengan probabilitas sukses p, 0p1. Misalkan Z n , n = 1, 2, ... barisan variabel random dengan : npq np S Z n n − = , Dan misalkan z suatu tetapan. Maka, bila n menuju ke takberhingga, PZ n z mendekati luas pada distribusi normal standard di sebelah kanan z. Atau dengan pernyataan lain teorema De Moivre-Laplace menyatakan bahwa : Jika S n banyaknya sukses dalam n percobaan Bernoulli dan p adalah probabilitas sukses dan npq np S Z n n − = , maka : dt e z Z P z F z t n Zn ∞ − − → = 2 2 , dimana n . Teorema De Moivre-Laplace merupakan suatu bentuk dari teorema limit pusat yang cukup umum. Teorema ini membicarakan limit distribusi jumlah variabel random, dan limit distribusinya biasanya normal. Pentingnya teorema ini ialah bahwa dengan menggunakannya, dapat di hitung pendekatan peluang untuk jumlah variabel random dengan menggunakan distribusi normal tanpa perlu tahu distribusi jumlah variabel random dengan tepat.

3.4 Teknik Perhitungan Pendekatan Distribusi Binomial oleh Distribusi Normal

Oleh karena distribusi binomial adalah distribusi untuk variabel random diskrit yang mana probabilitasnya berupa ordinat. Sedangkan distribusi normal merupakan distribusi untuk variabel random kontinu yang mana probabilitasnya berupa area luasan, maka perlu diadakan penyesuaian perubahan dari ordinat menjadi luas. panjang dikalikan lebar. Penyesuaian ini dilakukan sebagai berikut : Misalkan X berdistribusi Bn,p, maka PX=x merupakan ordinat pada absis x. Tinggi ordinat sebagai nilai probabilitas dalam distribusi binomial, diambil sebagai panjang dan lebarnya diambil 1 unit. Jadi seolah-olah dibentuk persegi panjang Universitas Sumatera Utara berpusat pada x, dengan panjang setinggi nilai ordinat dan lebarnya adalah 1 unit panjang interval x – 0,5 sampai dengan x + 0,5, sehingga didapatkan probabilitas yang asli probabilitas diskrit = ordinat sama dengan luas persegi panjang tersebut. Dengan memperhatikan proses pendekatan dari distribusi binomial ke distribusi normal yang telah dibahas di atas, maka perhitungan pendekatan distribusi binomial oleh distribusi normal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Jika X ~ Bn,p, maka untuk keperluan penghitungan PX=x dengan menggunakan distribusi normal adalah sebagai berikut: PX = x = P x – 0,5 X x + 0,5 = − + − − − npq np x npq np X npq np x P 5 , 5 , = − + − − npq np x Z npq np x P 5 , 5 , Dengan Z ~ N0,1 P X x = − − ≥ npq np x Z P 5 , P X x = − + ≤ npq np x Z P 5 , P x 1 X x 2 = P x 1 – 0,5 X x 2 + 0,5 = − + − − − npq np x npq np X npq np x P 5 , 5 , 2 1 = − + − − npq np x Z npq np x P 5 , 5 , 2 1 Universitas Sumatera Utara

3.5 Contoh Kasus

Dari data kelahiran bayi menurut jenis kelamin di RS. Bunda Zahara Medan, selama bulan Januari – Juni 2007 diperoleh data seperti tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Tabel Kelahiran Bayi Menurut Jenis Kelamin Bulan Laki-laki Perempuan Jumlah Januari 34 orang 43 orang 77 orang Februari 48 orang 25 orang 73 orang Maret 39 orang 46 orang 85 orang April 26 orang 42 orang 68 orang Mei 47 orang 49 orang 96 orang Juni 32 orang 37 orang 69 orang Jumlah 226 orang 242 orang 468 orang Dari data jenis kelamin bayi yang lahir diatas, dapat di peroleh hasil sebagai berikut : Banyak bayi lahir = 468 orang, yang terdiri dari : Jenis kelamin laki-laki = 226 orang Jenis kelamin perempuan = 242 orang Dari data sampel ini dapat dihitung misalnya : a. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki 0,5 b. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki 0,5 c. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki = 0,5 d. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki antara 0,4 dan 0,5 Penyelesaian : Misalkan X adalah variabel random yang menyatakan banyaknya bayi laki-laki yang lahir. n = 468 orang, p = peluang kelahiran bayi laki-laki = 468 226 = 0,4829, q = 1-0,4829 = 0,5171 npq = σ = 10,8103 Universitas Sumatera Utara a. Probabilitas kelahiran bayi laki-laki = 0,5 berarti : X = 0,5 . 468 = 234, Sehingga : Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki 0,5 adalah: P X 234 = 5 , npq np x Z P − − = 8103 , 10 226 5 , 234 − − Z P = P Z 0,69 = 0,5 - 0,2549 = 0,2451 Jadi probabilitas banyaknya bayi laki-laki lebih dari 234 orang adalah 0,2451. Gambar 3.1 Kurva Kelahiran Bayi Laki-Laki 0,5 b. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki 0,5 P X 234 = 5 , npq np x Z P − + = 8103 , 10 226 5 , 234 − + Z P = P Z 0,78 = 0,5 + 0,2823 = 0,7823 Jadi, probabilitas banyaknya bayi laki-laki kurang dari 234 adalah 0,7823. -4 -2 2 4 .0 .1 .2 .3 .4 x d n o rm x Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Kurva Kelahiran Bayi Laki-Laki 0,5 c. Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki = 0,5 P X = 234 = − + − − npq np x Z npq np x P 5 , 5 , = − + − − 8103 , 10 226 5 , 234 8103 , 10 226 5 , 234 Z P = P 0,69 Z 0,78 = 0,2823 – 0,2549 = 0,0274 Jadi probabilitas banyaknya bayi laki-laki sama dengan 234 adalah 0,0274 Gambar 3.3 Kurva Kelahiran Bayi Laki-Laki = 0,5 -4 -2 2 4 .0 .1 .2 .3 .4 x d n o rm x -4 -2 2 4 .0 .1 .2 .3 .4 x d n o rm x Universitas Sumatera Utara d. Probabilitas kelahiran bayi laki-laki = 0,4 berarti : X = 0,4 . 468 = 187, sehingga : Probabilitas proporsi kelahiran bayi laki-laki antara 0,4 dan 0,5 adalah : P 187 X 234 = − + − − npq np x Z npq np x P 5 , 5 , = − + − − 8103 , 10 226 5 , 234 8103 , 10 226 5 , 187 Z P = P -3,65 Z 0,69 = 0,4999 + 0,2549 = 0,7548 Jadi brobabilitas banyaknya bayi laki-laki antara 187 dan 234 adalah 0,7548. Gambar 3.4 Kurva Kelahiran Bayi Laki-Laki antara 0,4 dan 0,5

3.6 Simpangan Akibat Pendekatan