Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia atau Disseminated Intravascular Coagulation DIC dan sindrom uremia hemolitik. c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis. d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolesistitis. e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondalitis dan arthritis g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer dan sindrom katatonia.

2.9. Pencegahan

Pencegahan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat demam tifoid. Pencegahan terdiri dari beberapa tahap yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. 27

2.9.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan timbulnya faktor penyebab demam tifoid pada seseorang yang masih sehat. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, berupa penyediaan air minum dan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan terhadap penjualan dan penyediaan makanan pada industri makanan dan restoran, pembuangan kotoran pada jamban sehat, mencuci tangan sebelum menyediakan dan memakan makanan, dan menjaga kebersihan lingkungan. 32 Siska Ishaliani Hasibuan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008, 2010.

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menemukan kasus secara dini dan pengobatan yang tepat. Pencegahan sekunder dapat berupa : a. Pencarian penderita maupun carrier secara dini melalui peningkatan usaha surveilans demam tifoid b. Perawatan Penderita demam tifoid perlu dirawat yang bertujuan untuk isolasi dan pengobatan. Penderita harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari. Keadaan ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil pada penderita demam tifoid perlu diperhatikan karena dapat terjadi konstipasi dan retensi air kemih. 21 c. Diet Penderita demam tifoid sebaiknya memakan makanan yang cukup cairan, kalori, tinggi protein, lembut dan mudah dicerna seperti bubur nasi. Pemberian bubur tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus karena usus perlu diistirahatkan. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu perlu diberikan 2 kali sehari. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun adalah makanan cair yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Penderita dengan komplikasi Siska Ishaliani Hasibuan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008, 2010. perforasi usus dianjurkan tidak memakan makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan yang pedas dan asam. 19

2.9.3. Pencegahan Tersier