1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hal utama yang dituntut oleh perusahaan dari karyawannya adalah prestasi kerja yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi
kerja karyawan adalah sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan Rivai, 2004: 309. Prestasi kerja karyawan akan membawa dampak bagi
karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan tempat ia bekerja. Prestasi kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan memantapkan
manajemen perusahaan. Sebaliknya, prestasi kerja karyawan yang rendah dapat menurunkan tingkat kualitas dan produktivitas perusahaan, menurunnya tingkat
kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya, yang pada akhirnya akan berdampak ada penurunan pendapatan perusahaan.
Bagi karyawan, prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan tersendiri,
seperti meningkatkan
gaji, memperluas
kesempatan untuk
dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan, serta membuatnya semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya Phalestie,
www.rumahbelajarpsikologi.com: 10 November 2014. Sebaliknya, tingkat prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut
sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar
Universitas Sumatera Utara
2
kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja.
Salah satu faktor yang harus menjadi perhatian penting adalah kepuasan kerja karyawan karena akan berdampak pada prestasi kerja karyawan. Kepuasan
kerja mengacu kepada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Robbins dan Judge 2008: 99 menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat
kepuasan yang tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap pekerjaannya, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya mempunyai sikap
negatif terhadap perkerjaannya. Pendapat lain menyatakan, kepuasan kerja merupakan fungsi dari tingkat keserasian antara apa yang diharapkan oleh
karyawan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dengan penghargaan yang didapat oleh karyawan yang bersangkutan. Kepuasan kerja
dapat mempengaruhi perilaku karyawan seperti ketidakhadiran, prestasi kerja, keinginan untuk pindah kerja Panggabean, 2004: 65.
Kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan. Hal ini terutama untuk menciptakan keadaan positif di lingkungan
kerja perusahaan sehingga karyawan merasa nyaman dalam menjalankan pekerjaanya Handoko, 2001.
Selanjutnya untuk mewujudkan karyawan yang memiliki prestasi kerja, tentu dibutuhkan karyawan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
tuntutan pekerjaan. Salah satu cara untuk memiliki kompetensi dan keterampilan adalah melalui pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk membentuk manusia
yang berilmu pengetahuan dan terampil dibidangnya, terlebih jika dikaitkan
Universitas Sumatera Utara
3
degan dunia kerja maka pendidikan menjadi salah satu acuan dalam perekrutan karyawan. Tingkat pendidikan akan disesuaiakan dengan bidang pekerjaan
karyawan. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi faktor penting bagaimana seorang karyawan melakukan pekerjaannya. Karyawan yang tidak memiliki
tingkat pendidikan yang sesuai dengan pekerjaanya akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam bekerja. Sebaliknya karyawan dengan kesesuaian tingkat
pendidikan degan bidang kerjanya akan lebih mampu dalam menyelesaiakan pekerjaanya dengan baik karena telah memiliki kompetensi yang sesuai atau
berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Perusahaan-perusahaan menuntut karyawan dengan kompetensi yang
relevan dengan perkembangan dunia usaha saat ini. Namun disisi lain, kesempatan untuk mengenyam tingkat pendidikan tinggi juga mengalami
keterbatasan khussnya menyangkut biaya yang tidak sedikit. Pendidikan mahal. Itulah wacana yang sering menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Pendidikan
mahal disebabkan banyak komponen yang harus dipenuhi untuk mendukung berlangsungnya pendidikan formal pada suatu institusi pendidikan, komponen itu
sendiri memerlukan biaya yang tidak sedikit. Harian Analisa, 23 Oktober 2014. Pendidikan yang mahal mengakibatkan adanya masyarakat yang tidak
mampu melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya sehingga memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan kompetensi dan skill SMA saja. Menurut data
dalam Sumatera Utara Dalam Angka SUDA tahun 2013 jumlah pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan di Sumatera Utara pada tahun 2013
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 1.1 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2013 No
Keterangan Jumlah Orang
1 Tidak pernah sekolah
- 2
SD dan Tidak Tamat 985 Orang
3 SMP dan Setingkat SMP
35.890 Orang 4
SMA dan Setingkat SMA 180.935 Orang
5 Diploma IIIIII
116.985 Orang 6
Sarjana 89.780 Orang
Total 424.575 Orang
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dalam Angka, 2013
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tenaga kerja di Sumatera Utara masih didominasi oleh tingkat pendidikan SMAsederajat. Dengan kompetensi dan
keterampilan terbatas yang dimiliki tenaga kerja lulusan SMAsederajat cenderung hanya dapat bekerja di sektor informal sebagai buruh kasar. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SMAsederajat secara umum dinilai masih kurang memiliki kompetensi yang memadai untuk bekerja di sektor formal.
Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada kompetensi yang dimiliki karyawan serta berdampak pula pada kesempatan untuk mendapat pekerjaan maupun
mengembangkan karir dengan sejumlah kriteria yang disyaratkan perusahaan untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan merupakan salah satu perusahaan Pelayanan Jasa Pengiriman terbesar di Sumatera Utara yang mempekerjakan
lebih dari 500 tenaga kerja hingga saat ini. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan melayani jasa pengiriman barang dan logistik dengan memberikan
pelayanan yang terbaik bagi konsumen dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
5
Pada pra penelitian yang dilakukan, penulis menemukan adanya perbedaan mengenai tingkat kepuasan kerja karyawan dari beberapa karyawan
yang diwawancarai, menunjukkan bahwa beberapak karyawan menunjukkan rasa puas dengan pekerjaannya namun sebagian lainnya menyatakan masih kurang
puas bahkan ada yang menyatakan tidak puas untuk beberapa indikator kepuasan khususnya mengenai pemberian bonus dan tunjangan yang dinilai masih kurang
sesuai dengan beban kerja yang ada, terbatasnya kesempatan untuk mengembangkan karir serta hubungan dengan rekan kerja yang masih kurang
optimal terutama dalam hal kerja sama dengan rekan kerja yang oleh sebagian karyawan masih kurang sehingga terkadang pekerjaan mengalami kendala berupa
kesalahan pengepakan, pencatatan serta keterlambatan dalam menyelesaikan tugas. Hal-hal inilah yang menjadi fenomena utama dalam penelitian ini
mengenai kepuasan kerja. Sebagai perusahaan jasa pengiriman, hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian penting mengingat nilai utama yang ditawarkan kepada
konsumen adalah pelayanan. Sehingga karyawan yang puas cenderung bersikap positif terhadap pekerjaannya sehingga akan bekerja dengan sebaik-baiknya dan
memiliki prestasi kerja yang memuaskan, sebaliknya karyawan yang kurang puas atau bahkan tidak puas dengan pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif
terhadap pekerjaannya seperti, sering tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, terlambat, tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan, serta kurang
bertanggung jawab terhadap tugas. Pada Tabel 1.2 berikut dapat dilihat tingkat ketidakhadiran karyawan
periode Januari-Desember 2014.
Universitas Sumatera Utara
6
Tabel 1.2 Tingkat Ketidakhadiran Karyawan Januari-Desember 2014
Alasan Ketidakhadiran Persentase
Ketidakhadiran Standar Kritis
Ketidakhadiran Bulan
Sakit Izin
Alpha Januari
2 2
2.67
5
Februari
4 3
3 6.67
Maret
4 4
5.33
April
3 3
2 5.33
Mei
3 5
3 7.33
Juni
2 3
2 4.67
Juli
4 6
3 8.67
Agustus
4 6
3 8.67
September
2 4
1 4.67
Oktober
2 1
2 3.33
Nopember
5 4
4 8.67
Desember
1 4
2 4.67
Sumber: PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan 2014
Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa selalu ada karyawan yang tidak hadir di setiap bulannya dengan berbagai alasan baik karena alasan sakit, izin, maupun
tanpa keterangan alpa. Tingkat ketidakhadiran karyawan juga secara umum jika dirata-ratakan adalah sebesar 5,89 melebihi batas standar kritis yang ditentukan
perusahaan yaitu ketidakhadiran sebesar 5 dari jumlah karyawan untuk setiap bulannya.
Dari data tersebut terlihat tingginya angka ketidakhadiran dengan alasan izin. Ketidakhadiran karyawan karena izin ini dimungkinkan karena adanya rasa
kurang puas ataupun tidak puas dalam bekerja. Akibatnya banyak diantara karyawan memakai alasan izin ataupun sakit agar tidak dikenakan potongan gaji
karena alpha tanpa keterangan. Jika hal ini terus berkelanjutan akan berdampak pada prestasi kerja karyawan itu sendiri. Karena jika karyawan sering tidak
masuk kerja, maka produktivitas kerjanya secara umum juga akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
7
Jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka tentunya akan merugikan perusahaan karena tidak mampu memberikan pelayanan yang prima bagi
pelanggannya demikian halnya dengan karyawan itu sendiri jika kinerjanya tidak optimal karena adanya ketidakpuasan dalam bekerja tentunya akan berdampak
langsung pada prestasi kerja karyawan. Selanjutnya fenomena lain yang diamati penulis adalah adanya perbedaan
tingkat pendidikan antar karyawan. Tingkat pendidikan karyawan terdiri atas tingkat pendidikan Sarjana, Diploma, dan SMAsederajat. Pada Tabel 1.3 berikut
dapat dilihat jumlah karyawan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Medan berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Medan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan Jumlah Orang
1 SMA
85 2
Diploma 48
3 Sarjana
27 Jumlah
150
Sumber: JNE HRD, Oktober 2014 data diolah
Pada Tabel 1.3 terlihat bahwa jumlah karyawan dengan tingkat pendidikan SMA adalah yang paling dominan dibanding tingkat pendidikan lainnya yaitu
sebanyak 85 orang, tingkat pendidikan Diploma berjumlah 48 orang, dan tingkat pendidikan Sarjana 27 orang. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang berbeda
kemungkinan akan menimbulkan kemampuan dan pola pikir yang berbeda yang pada akhirnya menimbulkan perilaku kerja yang berbeda yang berpengaruh
terhadap prestasi kerjanya. Karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya lebih baik dalam melayani pelanggan khususnya mengenai cara
Universitas Sumatera Utara
8
berkomunikasi dengan pelanggan, selain hal tersebut, karyawan dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memungkinkan untuk mengembangkan karir
karena dinilai lebih kompeten dibanding karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Dengan demikian, perbedaan tingkat pendidikan ini akan
menimbulkan prestasi kerja yang berbeda. Pada Tabel 1.4 berikut dapat dilihat realisasi pencapaian target periode
Juli-Desember 2014
Tabel Tabel 1.3 Realisasi Pencapaian Target Juli - Desember 2014
Bulan Target
Realisasi Persentase
Juli 397
385 96,98
Agustus 308
290 94.16
September 507
501 98.82
Oktober 517
498 96.32
November 346
304 87,86
Desember 472
459 97.25
Sumber: JNE Cabang Medan, 2014
Dari Tabel 1.4 dapat terlihat bahwa realisasi pencapaian target PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Medan pada bulan Juli adalah sebesar 96,98,
kemudian menurun menjadi 94,16 pada bulan Agustus, kemudian 98,82 di bulan Sepetember, 96,32 dibulan Oktober, dan kemabali menurun menjadi
87,86 di bulan November serta 97,25 pada bulan Desember. Dengan demikian, realisasi pencapaian target PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang
Medan cenderung fluktuatif setiap bulannya dan belum bisa mencapai target 100 yang telah ditetapkan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
9
Kinerja karyawan pada periode Juli-Desember 2014 ini tentunya dipengaruhi oleh perbedaan kepuasan kerja dan perbedaan tingkat pendidikan
karyawan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai perbedaan prestasi kerja karyawan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan jika ditinjau dari kepuasan kerja dan tingkat pendidikan dengan judul:
“Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Berdasarkan Kepuasan Kerja Dan Tingkat Pendidikan Karyawan Pada Divisi Umum dan Logistik PT. Tiki
Jalur Nugraha Ekakurir Medan ”.
1.2. Perumusan Masalah