Variasi Dialektis Bahasa Pakpak Tempat dan Situasi Pemakaian Bahasa Pakpak

kecil dari bagian besar Rumpun Bahasa Asia Selatan dan Tenggara. Rumpun bahasa di kepulauan dari Sumatera sampai Polinesia dapat disebut ‘Austronesia atau nusantara’.” Kelompok bahasa Batak sebagai salah satu bahasa di Sumatera Utara adalah termasuk Bahasa Nusantara dan bahasa induknya adalah bahasa Austronesia. Kelompok Bahasa Batak itu adalah: 1 bahasa Batak Toba, 2 bahasa Batak Angkola-Mandailing, 3 bahasa Batak Simalungun, 4 bahasa Batak Karo, dan 5 bahasa Batak Pakpak-Dairi.

2.5 Variasi Dialektis Bahasa Pakpak

Bahasa Batak Pakpak-Dairi mengenal beberapa dialek. a Dialek Pegagan, dipakai di Kecamatan Tigalingga. b Dealek Kepas, dipakai di Kecamatan Silima Pugga-pungga dan Kecamatan Siempat Nempu. c Dialek Simsim, dipakai di Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Salak. d Dialek Kelasan, dipakai di Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Pakkat Kabupaten Tapanuli Utara, dan daerah Simanduamas sampai ke perbatasan Lipat Kajang Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah. e Dialek Boang, dipakai di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Selatan. Universitas Sumatera Utara Di samping dialek, bahasa Pakpak mengenal pula tingkat-tingkat bahasa, yaitu bahasa halus dan bahsa kasar, seperti tergambar pada tabel berikut. Tabel 1. Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Pakpak Kasar Halus Arti neneh penggel kata kono nehe coping rana kene kaki kuping kata engkau Tingkatan bahasa halus dipakai bila berhadapan atau berbicara dengan: para raja, raja-raja adat, tokoh masyarakat, dan orang yang lebih tua dari si penyapa. Sedangkan bahasa kasar dipakai dalam komunikasi orang kebanyakan atau orang yang seusia. Bahasa Pakpak juga mengenal variasi bahasa yang dipakai pada waktu tertentu, seperti: a pada waktu meratapi orang yang meninggal dunia, yakni 1 bahasa yang dipakai sewaktu berbicara disebut rena telangke, 2 bahasa yang dipakai sewaktu menangisi mayat disebut tangis milangi. b bahasa yang dipakai pada waktu pergi ke hutan untuk mencari kapur barus disebut rana merteddung, c bahasa pantangan di tengah-tengah kampung disebut nggane, d bahasa pantangan datu ‘dukun’ disebut pantang rebun Universitas Sumatera Utara

2.6 Tempat dan Situasi Pemakaian Bahasa Pakpak

Bahasa Pakpak sampai sekarang masih dipakai di rumah, di luar rumah dengan tetangga, di pasar, di gereja sewaktu kotbah, pada upacara-upacara adat, upacara kematian, dan pada waktu situasi yang tidak resmi. 2.7 Lingkungan Pemakaian Bahasa Pakpak Bahasa Pakpak dipakai: a intra dan antarkeluarga, bila keluarga itu seluruhnya terdiri dari orang Pakpak, b di kantor, bila lawan berbicara itu orang Pakpak-Dairi atau mengerti bahasa Pakpak pada situasi tidak resmi, tetapi, bahasa Pakpak tidak dipakai jika a di antara anggota masyarakat yang baru dikenalpendatang di pakai bahasa Indonesia dan b di sekolah dasar sebagai bahasa pengantar dipakai bahasa Batak Toba. Sebagai mata pelajaran bahsa daerah di sekolah dasar dipakai bahasa Batak Toba akibat ketidakadaan buku pelajaran bahasa daerah Pakpak dan akibat dari kurangnya guru-guru yang berasal dari orang-orang Pakpak-Dairi. Pada umumnya guru-guru di sekolah dasar yang mengajar di Kabupaten Dairi adalah orang-orang Batak Toba. 2.8 Tradisi Sastra Tulis Sastra tulis dulu memang ada, tetapi karena di sekolah-sekolah tidak dipelajari lagi maka orang-orang yang berusia 50 tahun ke bawah sudah jarang yang mengetahuinya. Universitas Sumatera Utara Sastra tulis itu dahulu ditulis pada kulit-kulit kayubambu dengan tulisanaksara Pakpak. Huruf yang dipakai adalah huruf silabis. Jumlah hurufnya delapan belas buah, yakni:

2.9 Pola Suku Kata