Kenotariatan Pascasarjana USU menghasilkan lulusan yang berkualitas, profesional, siap dan mampu berperan dalam era globalisasi dan otonomi daerah
serta mempunyai kemampuan dalam berkompetisi dan bekerjasama di masa depan. Serta dapat menyelenggarakan pendidikan kenotariatan yang selaras
dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan berpikir juridis dalam mengembangkan diri sebagai
ilmuwan maupun profesionalpejabat publik. Dilihat dari Buku Wisuda Universitas Sumatera Utara Periode I sampai
dengan IV Tahun 2009 Jumlah tesis Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU Tahun 2009 adalah 91 judul. Setelah Penulis mengetahui jumlah tersebut
penulis langsung melakukan pengamatan awal pada Sipus USU untuk melihat jenis literatur apa yang digunakan pada tesis Program studi Kenotariatan
Pascasarjana USU Tahun 2009. Dari pengamatan awal tersebut, penulis ingin mengetahui apakah koleksi yang digunakan dalam tesis tersebut tersedia di
Perpustakaan USU. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap ketersediaan koleksi dengan menggunakan analisis sitasi terhadap tesis Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU. Maka, dalam
hal ini penulis mengangkat judul EVALUASI KETERSEDIAAN KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SITASI TERHADAP TESIS
PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PASCASARJANA USU PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2009.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan sekaligus pertanyaan penelitian yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah apakah literatur yang disitir untuk penyusunan tesis Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU Tahun 2009 tersedia pada
Perpustakaan USU?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui jenis literatur yang disitir untuk penyusunan tesis Program Studi Kenotariatan Pascasarjana USU Tahun 2009.
2. Untuk mengetahui bahasa literatur yang dominan disitir dalam tesis Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU Tahun 2009.
3. Untuk mengetahui ketersediaan literatur yang disitir dalam tesis
Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU pada Perpustakaan USU Tahun 2009.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.
Perpustakaan USU, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan pengembangan pengadaan literatur untuk penelitian
bidang kenotariatan untuk masa yang akan datang. 2.
Peneliti, sebagai perbandingan apabila melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan ketersediaan koleksi dengan menggunakan
analisis sitasi terhadap tesis program studi kenotariatan atau program pascasarjana lainnya.
3. Pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
ketersediaan koleksi perpustakaan dengan menggunakan analisis sitasi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang jenis literatur yang disitir, bahasa literatur yang disitir serta ketersediaan literatur yang
disitir. Objek penelitian ini adalah seluruh sitasi yang terdapat pada daftar pustaka tesis yang diteliti oleh mahasiswa Program studi Kenotariatan Pascasarjana USU
Tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran Echols dan Shadily, 2000 :
220. Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis 2000 :
3 evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis 2000 : 3 evaluasi sebagai
perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut Stufflebeam dalam Tayibnapis 2000 : 14 “evaluasi sebagai
suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan”.
Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut:
Menurut Umar 2002 : 36” evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah
dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana
manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan– harapan yang ingin diperoleh”.
Arikunto 2002 : 1 menyatakan bahwa “evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi–informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan.”
Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi
Universitas Sumatera Utara
adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda indifferent, walaupun pada hakikatnya
berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran measurement adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku meter, kilogram, takaran,
dan sebagainya, pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua
langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang
berfungsi sebagai alat evaluasi. Dari kegiatan pengukuran ini proses evaluasi dimulai Kasim, 1993 : 18.
Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan perbandingan antara output
dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses Kasim, 1993 : 18.
Kriteria untuk memilih standar efektifitas Sulistyo–Basuki, 1993 : 198 adalah:
a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang
sebelumnya. b.
Kemudian penerapannya. c.
Informasi standar yang tepat serta terpilih padanya. d.
Pemakaian penerimanya. e.
Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda sesuai terkenal akan mempunyai hasil yang sesuai.
Hal yang sama juga dikemukakan Crawford 2000 : 1 evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga worth. Sesuatu yang berharga tersebut dapat
berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia
sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya
tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula. Dari pengertian–pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan
beberapa orang diatas, kita dapat menarik kesimpulan tentang evaluasi yakni,
Universitas Sumatera Utara
evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauhmana keberhasilan sebuah programkeberhasilan program itu sendiri dapat
dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Menurut Weiss 1972b dalam Euske 1984 : 69 tujuan evaluasi atau evaluation adalah:
1. Continuing or discontinuing a program;
2. Imroving practices and procedures of a program;
3. Adding or dropping specific strategies and tecnigues within a program
or operation. 4.
Instituting similar operations or programs elsewhere; 5.
Allocating resources among competing operation and programs; 6.
Accepting or rejecting a program approach or theory. Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah:
1. Kelanjutan atau pemutusan sebuah program;
2. Peningkatan pelaksanaan dan prosedur sebuah program;
3. Penambahan atau penurunan strategi khusus tanpa sebuah program
atau operasional; 4.
Persamaan lembaga operasional atau program ditempat lain; 5.
Pengalokasian sumber daya atau persaingan opeasional dan program; 6.
Penerimaan atau penolakan sebuah pendekatan program atau teori.
Dari beberapa tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memberikan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan
informasi untuk perbaikan dan pengembangan sebuah program. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan evaluasi.
Menurut Arikunto 2002 : 13 ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing–masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh
mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumya. Tanpa adanya evaluasi, program–program yang
berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan–
Universitas Sumatera Utara
kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi
serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan decicion maker untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
2.1.3 Alat penilaian Evaluasi
Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Alat yang berupa non–tes dapat berupa 1 skala bertingkat
untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan dan nilai, 2 wawancara, dan 3 pengamatan. Penggunaan alat – alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di
evaluasi Umar, 2002 : 45.
2.1.4 Standar Evaluasi
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama Umar, 2002 : 40 yaitu:
a. Utility manfaat
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.
b. Accuracy akurat
Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. c.
Feasibility layak Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara
layak. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa standar
evaluasi bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang memiliki tingkat ketepatan tinggi dan dapat dilaksanakan secara layak.
2.1.5 Evaluasi Koleksi Perpustakaan
Evaluasi koleksi perpustakaan difokuskan dengan penentuan kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan tersebut. Perluasan yang mendukung koleksi
meliputi misi dan tujuan perpustakaan dan nilai koleksi untuk pengguna perpustakaan dan pengguna potensial perpustakaan..
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fleet dalam Wallace 2002 : 117 evaluasi koleksi dilakukan berdasarkan:
1. Providing access to multiple format, including print, audiovisual
material, and electronic information, will continue as an important fuction of the library.
2. Defferent measures and evaluation contexts are appropriate for
different purposes and settings. 3.
Selection and interpretation of measures are grounded in the organization model and philosophical context of the library mission
and goals.
4. Multiple measures or data points reveal a more complete and accurate
picture of the collection, its use, and its value as well as the interaction of the variables studied.
5. Measurement support evaluation. It does not substitute for it.
6. Evaluation leads to decision making.
Dengan kata lain evaluasi koleksi dilakukan berdasarkan: 1.
Penyediaan akses untuk berbagai format, termasuk print, audiovisual, dan format elektronik.
2. Perbedaan ukuran dan isi evaluasi yang memiliki perbedaan tujuan dan
pengaturan. 3.
Seleksi dan penafsiran ukuran berdasarkan model organisasi dan pilosofi konteks perpustakaan misi dan tujuan.
4. Berbagai ukuran atau data yang lebih lengkap dan akurat dari koleksi,
digunakan, dan bernilai baik dalam interaksi variabel pembelajaran. 5.
Pengukuran dukungan evaluasi. Dan 6.
Evaluasi pemimpin untuk pengambilan kebijakan.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi koleksi perpustakaan perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana misi dan tujuan perpustakaan sudah
tercapai. Evaluasi koleksi adalah suatu bagian yang terhubung dengan proses pengembangan koleksi, termasuk kebijakan penambahan koleksi, pengadaan,
penyusunan, pengolahan, dan seleksi koleksi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Ketersediaan Koleksi 2.2.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan
Agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal perpustakaan harus dapat menyediakan dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna demi melaksanakan program kegiatan perguruan tinggi yaitu tri dharma perguruan tinggi.
Menurut Soetminah 1992 : 31 “Koleksi perpustakaan adalah bahan pustaka yang dihimpun oleh suatu perpustakaan yang disediakan bagi masyarakat
yang berminat memanfaatkannya”. Koleksi perpustakaan biasanya diatur dan ditata secara sistematis, sehingga setiap pustaka dapat dengan mudah dicari dan
ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan. Sedangkan menurut Siregar 1999 : 2 ”Yang dimaksud dengan koleksi
perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna
akan informasi”. Selain itu, Sulistyo–Basuki 1993: 132 menyatakan bahwa “Pentingnya
koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang” Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti mencoba menyimpulkan
bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan baik yang lama maupun, mutakhir dan seimbang dikumpulkan, diolah dan disimpan di
perpustakaan yang kemudian disajikan kepada pengguna guna pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi.
2.2.2 Tujuan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan
Tujuan ketersediaan koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, walaupun tujuan penyediaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan
pengguna, namun tujuan penyediaan koleksi tersebut tidaklah sama untuk semua jenis perpustakaan, tergantung pada jenis dan tujuan pada suatu perpustakaan.
Menurut Siregar 1999 : 2 tujuan perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi:
1. Menggumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan
civitas akademika perguruan tinggi induknya,
Universitas Sumatera Utara
2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang–bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang
menyeleggarakan perpustakaan tersebut.
3. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian
dan lain–lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya.
4. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi
induknya 5. Memiliki bahan pustakainformasi yang berhubungan dengan sejarah
dan ciri perguruan tinggi tempat bernaung. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan
perguruan tinggi haruslah lengkap dan relevan dengan kebutuhan setiap program studi perguruan tinggi. Koleksi juga harus sesuai dengan kurikulum perguruan
tinggi serta dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2.2.3 Fungsi Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan juga memiliki fungsi di dalam perpustakaan. Fungsi koleksi tersebut ditegaskan dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan 1993 : 65
adalah sebagai berikut: a.
Fungsi Pendidikan Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran,
perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis tingkat program yang ada.
b. Fungsi Penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi,
perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu mutakhir.
c. Fungsi Referens Fungsi ini melengkapi kedua fungsi diatas dengan
menyediakan bahan referens di berbagai bidang dan alat alat bibliografis yang di perlukan untuk penelusuran informasi.
d. Fungsi Umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi
bagi masyarakat sekitarnya.
Dari pernyataan di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa koleksi perpustakaan mempunyai peranan penting bagi pengguna. Dalam dunia
pendidikan, perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai sumber ilmu
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan. Begitu pentingnya perpustakaan sehingga dilukiskan sebagai inti atau jantung bagi program pendidikan perguruan tinggi.
2.2.4 Jenis Koleksi Perpustakaan
Dalam melaksanakan tujuan penyediaan koleksi serta fungsi koleksi, perpustakaan berusaha untuk menyediakan bahan perpustakaan yang beraneka
ragam jenis dan bentuk serta kandungan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa jenis dan bentuk
koleksi yang terdapat diperpustakaan. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004 : 51 jenis
koleksi yang tersedia di perpustakaan meliputi: 1.
Koleksi rujuka n Koleksi rujukan merupakan tulang punggung perpustakaan dalam
menyediakan informasi yang akurat. Berbagai bentuk dan jenis informasi seperti data, fakta, dan lain-lain dapat ditemukan dalam koleksi rujukan. Oleh
sebab itu, perpustakaan perlu melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedi umum dan khusus, kamus umum dan
khusus, buku pegangan, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, berbagai standar, dan sebagainya baik dalam bentuk buku maupun non buku.
2. Bahan ajar Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi kurikulum. Bahan ajar untuk setiap
mata kuliah bisa lebih dari satu judul karena cakupan isinya yang berbeda sehingga bahan yang satu dapat melengkapi bahan yang lain. Disamping ada
bahan ajar yang diwajibkan ada dan ada pula bahan ajar yang dianjurkan untuk memperkaya wawasan. Jumlah judul bahan ajar untuk setiap mata
kuliah ditentukan oleh dosen, sedangkan jumlah eksemplarnya bergantung kepada tujuan dan program pengembangan perpustakaan setiap perguruan
tinggi.
3 Terbitan berkala
Untuk melengkapi informasi yang tidak terdapat di dalam bahan ajar dan bahan rujukan, perpustakaan melanggan bermacam-macam terbitan berkala
seperti majalah umum, jurnal, dan surat kabar. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan
ilmu dan pengetahuan. Perpustakaan seyogyanya dapat melanggan sedikitnya satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi yang diselenggarakan
perguruan tingginya.
4. Terbitan pemerintah
Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dan sebagainya juga
dimanfaatkan oleh para peneliti atau dosen dalam menyiapkan kuliahnya. Perpustakaan perlu mengantisipasi kebutuhan para penggunanya sehingga
koleksi terbitan pemerintah, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
Universitas Sumatera Utara
departemen, non-departemen, maupun lembaga lainnya dapat memperoleh perhatian.
5. Selain terbitan pemerintah, koleksi yang menjadi minat khusus perguruan tinggi seperti sejarah daerah, budaya daerah, atau bidang khusus lainya juga
perlu diperhatikan. Berbagai macam pustaka ini memuat kekayaan informasi yang penting, tidak saja untuk pengembangan ilmu. Koleksi itu harus selalu
disesuaikan dengan perubahan program perguruan tinggi karena masing- masing bahan tersebut mengandung informasi yang berbeda pula., terutama
bila ditinjau dari tingkat ketelitian, cakupan isi, maupun kemutakhirannya. Dengan koleksi yang jumlah atau jenisnya cukup, diharap program perguruan
tinggi dapat berjalan dengan baik.
6. Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga
menghimpun koleksi pandang-dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio, dan pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket,
compact disc dan online databasebasis data akses maya. Koleksi ini disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda.
7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan
lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca.
Disamping itu, menurut Sumardji 1988: 13 mengenai unsur perpustakaan adalah sebagai berikut:
Koleksi perpustakaan, dari unsur perpustakaan sebagai koleksi bahan– bahan tertulis, tercetak ataupun grafis lainnya, maka koleksi tersebut dapat
dibedakan menurut pengertian lebih lanjut seperti berikut: 1.
Berdasarkan cara menghasilkannya, koleksi perpustakaan terdiri dari: - Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli,
misalnya manuskrip; - Koleksi berupa karya cetakan, misalnya buku–buku, majalah–
majalah, surat kabar. - Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun
karya cetakan ke karya grafis dengan alat elektronik ataupun fotografi, misalnya film, slide, piringan hitam, tape, dan lainnya.
2. Berdasarkan bentuknya. Koleksi perpustakaan terdiri dari: - Buku, seperti buku teks, fiksi maupun non–fiksi dan buku buku
referensi seperti kamus, eksiklopedi, almanak, buku pegangan, bibliografi, indeks, peta dan sebagainya;
- Penerbitan pemerintah, seperti Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, Tambahan Berita Negara,
Himpunan Peraturan –Peraturan Pemerintah dan sebagainya; - Laporan penelitian, Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi;
- Majalah, baik yang umum maupun yang khusus; - Surat kabar;
Universitas Sumatera Utara
- Karya alihan tulisan – tulisan ataupun cetakan–cetakan yang telah dibuat menjadi film, slide, piringan hitam, tape, dan sebagainya;
- Manuskrip Dari berbagai jenis koleksi yang dikemukakan para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa suatu perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memilih dan menentukan koleksi apa saja yang harus dimiliki oleh perpustakaan tersebut yang
sesuai dengan penggunanya, dan semua jenis koleksi tersebut harus dapat dilayankan kepada civitas akademika dengan tujuan membantu mereka dalam
mencari informasi yang dibutuhkan.
2.2.5 Pedoman Penghitungan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Untuk dapat mengetahui besarnya koleksi perpustakaan perguruan tinggi tergantung pada jenjang pendidikan yang dilakukan oleh pergurusn tinggi yang
bersangkutan seperti jumlah mahasiswa. Berdasarkan Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi 1999 : 20 , persyaratan minimal koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
A. Program diploma dan S1 a.
1 satu judul pustaka untuk setiap mata kuliah dasar keahlian MKDK.
b. 2 dua judul pustaka untuk setiap mata kuliah keahlian MKK
c. Melanggan sekurang–kurangnya 1 satu judul jurnal ilmiah untuk
setiap program studi. d.
Jumlah pustaka sekurang–kurangnya 10 dari jumlah mahasiswa dengan memperhatikan komposisi subjek pustaka.
B. Program Pascasarjana a. Memiliki 500 judul pustaka per program studi
b. Melanggan 2 dua jurnal ilmiah untuk setiap program studi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi,
perpustakaan perguruan tinggi dianjurkan memiliki koleksi yang telah ditentukan di atas.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Depdikbud No. 0686 U1991 dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi 1994 : 36 menyatakan bahwa:
1. Buku ajar wajib untuk mata kuliah umum MKU = jumlah MKU x 1
judul. 2.
Buku ajar wajib mata kuliah dasar MKDK = jumlah MKDK x 1 judul.
Universitas Sumatera Utara
3. Buku ajar wajib untuk mata kuliah keahlian MKK atau mata kuliah
bidang studi MKNS = jumlah MKK MKBS x 2 judul. 4.
Buku ajar anjuran dan pengayaan untuk MKU, MKDK, MKK MKBS = jumlah 1,2,3 x 5 judul.
Dari kedua pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa jumlah koleksi untuk mata kuliah dasar keahlian MKDK minimal 1 judul bahan perpustakaan
untuk setiap mata kuliah dan minimal 2 judul bahan pustaka untuk mata kuliah keahlian MKK. Namun pada buku pedoaman perpustakaan tidak dijelaskan
perpustakaan harus memiliki minimal 1 judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi.
2.2.6 Pengadaan Koleksi Perpustakaan
Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan hendaknya relevan dengan
minat dan kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam
sumber, seperti hadiah, tukar-menukar, titipan, dan pembelian.
Menurut Soetminah 1992 : 71 cara Pengadaan koleksi perpustakaan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Hadiahsumbangan
2. Tukar-menukar
3. Titipan
4. Pembelian
Sedangkan menurut Sulistyo–Basuki 1993 : 222 Metode pengadaan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:
1 Pembelian Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko
buku. 2 Pertukaran
Pustaka tertentu tidak dapat dibeli ditoko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah.
3 Hadiah Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya
berkembang, tradisi pengembnagan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4 Keanggotaan Organisasi Kadang–kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan
menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi.
Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa koleksi perpustakaan harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna
agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna.
2.2.7 Pengembangan Koleksi Perpustakaan
Pada hakikatnya perpustakaan bersifat universal, artinya ada dimana-mana baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun kantor pemerintah dan swasta yang
memiliki tugas, fungsi yang sama yaitu menghimpun dan mengumpulkan, mengolah, memelihara, merawat, melestarikan dan melayankan kepada pengguna.
Menurut Siregar 2004 : 121 “Pengembangan koleksi adalah prioritas utama dalam suatu perpustakaan pemilihan koleksi merupakan kunci
pengembangan koleksi kerjasama yang baik antar staf pengajar dengan pustakawan adalah suatu hal yang sangat menentukan dalam pemilihan koleksi
yang mencakup referens kurikulum, umum dan penelitian”. Sedangkan menurut Sutarno 2006 : 113 agar perpustakaan dapat
membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya koleksi perpustakaan memberikan ciri dan warna sebagai berikut :
1. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk. Misalnya
perpustakaan umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu dan dimaksudkan untuk dipakai oleh semua lapisan masyarakat, sehingga
penekanannya terletak pada variasi jenis koleksi.
2. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi
yang makin lengkap dan dengan terbitan yang relative baru, akan dapat memberikan kesempatan yang makin besar kepada pengunjung untuk
memilih dan memperoleh informasi terkini.
3. Meningkatkan citra dan gambaran atas performs dan kinerja
perpustakaan.
Sedangkan menurut Soetminah 1992 : 257 menyatakan bahwa : Pengembangan koleksi menetapkan kegiatan kerja perpustakaan yang
berupa tugas menyediakan sumber informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada pemakai, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya maka
setiap perpustakaan mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan pengembangan koleksi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa dunia pendidikan dengan tugas dan aktivitasnya memerlukan kehadiran sebuah
perpustakaan yang representatif dalam membina suatu perpustakaan yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan serta membangkitkan minat baca
pengguna, maka sudah seharusnya perpustakaan, khususnya bidang pembinaan koleksi harus membenahi diri dengan menyediakan berbagai sumber informasi
yang sesuai dengan kurikulum serta ilmu pengetahuan yang sedang berkembang. Tidak hanya itu perpustakaan haruslah memiliki pedoman pengembangan koleksi
untuk mengumpulkan informasi dan memberikan pelayanan.
2.3. Analisis Sitasi 2.3.1 Pengertian Analisis Sitasi
Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation atau sitasi dalam bahasa inggris. Menurut Harrod’s Library Glossary and Reference Book
1990 : 20 “ citation adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Menurut Lasa
1998 : 24 “ Analisis sitasi adalah cara penghitungan atas karya tulis yang disitir oleh pengarang. Karya itu dugunakan untuk persiapan penulisan karya tulis
mereka”. Sedangkan menurut ALA Glossary 0f Library and Information Science dalam Hasugian 2005 : 5 Sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu
karya yang dikutip atau beberapa sumber yang memiliki otoritas”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sitiran adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau yang dikutip oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut
dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip. Sitiran biasa muncul dalam catatan kaki, catatan akhir, bibliografi ataupun daftar pustaka. Kadang–kadang
citation dianggap sinonim dengan reference, tetapi bila kedua istilah tersebut diteliti dalam kamus bahasa ternyata makna istilah tersebut memiliki makna yang
berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 1078 menyatakan bahwa “sitiran adalah menyebut atau menulis kembali kata–kata yang telah disebut
ditulis orang lain”. Referensi berarti rujukan atau petunjuk, sedangkan citation sitiran berarti kutipan. Purnomowati 2005 : 3 menyatakan bahwa “sitasi,
Universitas Sumatera Utara
sitiran, atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang disitir dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar
referensi”. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskriptif bibliografi dari dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang
disajikan pada akhir bab, artikel atau buku. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis sitasi
merupakan daftar rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen berarti daftar pustaka yang dijadikan acuan oleh penulis dalam menyusun karya tulisnya,
sedangkan sitiran adalah karya yang digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku.
Price dalam Elita 2008 : 4 memberikan pandangan yang membedakan pengertian antara rujukan reference dengan sitiran citation dilihat dari
bagaimana cara menghitungnya bahwa “ jumlah rujukan dari sebuah karya tulis dihitung dari bibliografi, baik itu berupoa catatan kaki maupun catatan akhir,
sedangkan sejumlah sitiran dari sebuah karya tulis didapat dengan menghitung dalam indeks sitiran citation index untuk mendapatkan jumlah karya tulis–karya
tulis lain yang terdaftar didalamnya. Lebih Lanjut, Guha dalam Elita 2008 : 5 menyebutkan beberapa penggunaan sekunder sitiran:
1. Dipergunakan sebagai bibliografi.
2. Mempersiapkan daftar peringkat majalah.
3. Dipergunakan sebagai daftar peringkat.
4. Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen.
5. Mengetahui umur penggunaan dokumen.
6. Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek–subjek.
7. Mengetahui asal–usul atau akar dari subjek ilmu.
8. Kajian sitiran dari abstrakindeks.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran maupun referensi benar–benar dibutuhkan dalam menghasilkan suatu karya tulis
karena dapat membantu argumen peneliti melalui teori dan studi empiris yang terkait dengan literatur, dan membantu pembaca untuk memebedakan antara ide
penulis dengan kesimpulan dari literatur.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Sophia 2002 : 3 menyatakan bahwa arti sitasi atau citation adalah:
1. Action of any word or written passage, quotation
2. A reference to a passage in a book
3. To cie a book, atu etc for a particular statemen or passage.
4. To copy or repeat a passage, statement, etc from book, document,
speech, etc with some indication that one is giving a word of another.
Dengan kata lain sitasi adalah: Sitasi adalah menunjukkan asal–usul atau sumber kutipan, mengutip
pernyataan atau menyalinmengulang pernyataan seseorang dan mencantumkanny didalam suatu karya tulis yang dibuat,namun tetap
mengidentifikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyaan orang lain.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan yang
diterima suatu dokumen sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan oleh sebuah dokumen. Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data, yaitu
data yang disitir cited document dan data yang menyitir citing document. Data yang dikaji dalam analisis sitiran adalah data yang disitir yang terdapat dalam data
dokumen yang menyitir. Menurut Andriani 2003 : 29 “sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen lain”. Dengan demikian, sitiran
mengarah pada karya yang diacu dan dilakukan oleh penulis sesudah karya yang diacu diterbitkan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa sitiran adalah pernyataan dari dokumen lain yang dikutip oleh sebuah dokumen.
Sitiran atau citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Dalam penulisan ilmiah, peneliti memerlukan bahan pustaka pendukung bagi tulisannya.
Seorang peneliti atau penulis ilmiah wajib mencantumkan nama pengarang yang pernyataannya dikutip atau disitir didalam artikel, makalah, laporan hasil atau
penelitian yang ditulisnya. Kewajiban tersebut untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya peneliti tersebut telah menelaah terlebih dahulu bidang yang pernah
dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Analisis Sitiran
Kajian informasi memiliki daftar pustaka, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran citation analysis. Metode analisis sitiran merupakan salah satu
teknik bibliometrika dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mengkaji hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Menurut
Busha dan Harter dalam Elita 2008 : 3 “ analisis sitiran adalah untuk mempertanggung jawabkan karya–karya ilmiah, peringkat majalah penting,
penambahan literatur yang relevan dengan pernyataan penelusuran dan untuk mengevaluasi kebutuhan ilmuan”. Dengan demikian, analisis sitiran digunakan
untuk mengevaluasi karya–karya yang digunakan oleh sebuah dokumen. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2005 : 55 analisis adalah:
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau
berbagai bagiannya, dan penelaahan baik itu sendiri maupun hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan. Sedangkan sitiran dalam Harrod’s Librarian Glossary and Reference Book
1990 : 77 adalah “ suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Dengan demikian,
analisis sitiran adalah penyelidikan terhadap daftar kepustakaan, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran citation analysis.
Elita 2008 : 4 menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual keilmuan
dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan
dan banyak aspek kualitatif dari peneliti dan publikasi.
Selanjutnya, “analisis sitiran adalah cara perhitungan yang dilakukan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang” Lasa, 1998 : 26.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis sitiran adalah suatu cara untuk mengukur atau menghitung karya tulis yang dikutip oleh
sebuah dokumen serta untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan.
Kajian analisis sitiran dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk
mengembangkan metode analisis sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal. Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk grafis. Dengan demikian, objek kajiannya adalah buku, pengarang hasil karyanya, majalah, laporan penelitian, disertasi dan sebagainya.
Analisis sitiran dalam kajian bibliometrika memiliki cara dalam menentukan beberapa kebijakan. Hartinah 2002 : 2 Menyatakan bahwa pada
kajian bibliometrika banyak digunakan analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti:
1. Evaluasi program riset.
2. Penentuan ilmu pengetahuan.
3. Visualisasi suatu disiplin ilmu.
4. indikator iptek.
5. faktor dampak dari suatu majalah journal impact factor.
6. Kualitas suatu majalah.
7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain–lain.
Dengan demikian, analisis sitiran digunakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan. Beberapa cara di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran
sangat berguna untuk menganalisis setiap bidang ilmu untuk mengevaluasi majalahjurnal maupun penulis yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau
penulis lain. Analisis sitiran merupakan penyelidikan terhadap data sitiran. Menurut
Hartinah 2002 : 1 “Analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir”.
Lebih jauh Strohls dalam Hasugian 2005 : 3 merumuskan definisi dari analisis sitiran, yaitu “ sebagai suatu studi terhadap kutipan yang berupa daftar pustaka
dari sebuah teks, artikel jurnal, disertasi mahasiswa, atau sumber lainnya dengan melakukan pemeriksaan terhadap bagian tersebut”.
Mengacu kepada kedua pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa analisis sitiran adalah suatu kajian yang digunakan untuk menyelidiki atau memeriksa
sejumlah data sitiran dari suatu literatur atau dokumen yang menyitir maupun yang disitir.
Analisis sitiran merupakan salah satu jenis evaluasi perpustakaan yang digunakan oleh pustakawan diluar negeri untuk membantu pemeliharaan koleksi.
Smith dalam Elita 2008 : 9 Menyatakan bahwa “kajian sitiran adalah bagian dari bibliometrika berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut”. Analisis
Universitas Sumatera Utara
sitiran merupakan bagian dari bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan
studi mengenai hubungan tersebut”. Analisis sitiran merupakan bagian bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian deskriftif,
misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif, misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran. Menurut Martyn
dalam Elita 2008 : 9 “ analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat dalam tulisan ilmiah atau literatur primer”.
Analisis sitiran umumnya dilakukan terhadap artikel majalah karena sifatnya yang tertib secara teratur, mutakhir, dan dipublikasikan secara umum. Hal yang
diselidiki dalam analisis sitiran mencakup subjek, pengarang, sumber–sumber dokumen dan tahun dokumen.
Sulistyo–Basuki 1998 : 6 menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan
dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek
kualitatif dari penelitian dan publikasi.
Dengan demikian, penulis dapat merumuskan bahwa analisis sitiran adalah bagian dari kajian bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang disitir
dengan dokumen yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam analisis sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang
bersangkutan. Ditegaskan juga oleh Garfield dalam Hartinah 2002 : 3 bahwa “analisis
sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable”.
Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian
2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan.
3. Jenis sumber dokumen artikel, makalah, dan lain–lain.
4. Tidak dibatasi oleh waktu.
5. Untuk bidang yang multi disiplin, kesulitan untuk analisis subjek.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa penegasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian analisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang
perlu dipertimbangkan didalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya
tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis, karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan
rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang menyitirnya.
2.3.3 Kriteria dalam Menyitir Dokumen
Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen akan disitir oleh
pengarang atau peneliti bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah yang dilakukan. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang
berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar–benar relevan dengan topik yang diteliti.
Kegunaan dokumen bagi peneliti tidak hanya menyangkut topik yang relevan tetapi juga kebaruan, kualitas, kepentingan dan kredibilitas. Dengan kata
lain, dokumen yang mempunyai kegunaan utility akan diberi nilai oleh peneliti dan menentukan apakah dokumen itu layak disitir atau tidak.
Pendapat Wang dan Soergel dalam Andriani 2003 : 9 menyatakan bahwa nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
1. Epistemic value : kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi
keinginan atas pengetahuan atau informasi yang tidakbelum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic
merupakan persyaratan bagi semua dokumen. Dokumen yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir.
2. Fuctional value : kegunaan suatu dokumen karena memberi kontribusi
pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
3. Conditional value : kegunaan dokumen akan muncul bila beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi. Dokumen akan diberi nilai yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut.
4. Social value : kegunaan suatu dokumen akan diberi nilai social tinggi
bila dokumen tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur
yang terkenal dibidangnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari poin dua terlihat bahwa kontribusi dari suatu dokumen sangat mempengaruhi dalam sitir–menyitir, yaitu dalam hal teori, data pendukung
empiris, atau metodologi. Demikian juga dengan poin nomor empat terlihat bahwa status kepengarangan dari suatu dokumen juga mempengaruhi dalam sitir–
menyitir. Oleh karena itu, alasan penulis atau peneliti untuk menyitir sebuah dokumen memiliki variasi yang berbeda. Peneliti atau penulis mengambil
keputusan untuk menyitir suatu dokumen tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain.
Margono dalam Silaen 2005 : 26 menyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang untuk menulis karya
ilmiahnya sangat beragam dan tergantung dari permasalahan yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu, bahan rujukan yang diapakainya sangat
bervariasi,namun tetap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis merumuskan bahwa seorang penulis
akan menyitir dokumen yang bervariasi dengan ketentuan bahwa dokumen yang disitir harus berhubungan dengan topik atau permasalahan yang dikaji oleh
penulis. Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan
menerapkan beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani 2003 : 11 “ Kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam
membuat suatu keputusan”. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah :
1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup
Who siapa, when kapan topik tersebut didiskusikan, where di mana topik itu menjadi berarti, dan how bagaimana hubungan topik iti
dengan topik lain.
2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen
tersebut ditujuk. 3.
Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemingkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sam dengan penelitian
yang sedang dilaksanakan.
4. Keklasikankepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang
sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu.
Universitas Sumatera Utara
5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu
jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen. 6.
Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang
besar pula untuk disitir.
7. Noveltykebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang
belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru. 8.
Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan 9.
Recencykemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan
waktu penerbitan.
Berdasarkan kriteria di atas dapat ditemukan bahwa pada poin nomor lima, enam, dan sembilan jelas bahwa nama jurnal atau tipe dokumen, figur
kepengarangan, dan tingkat kemutakhiran dokumen juga mempengaruhi dalam menyitir sebuah dokumen.
Selain kriteria yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya
kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang dalam Andriani 2003 : 12 ada beberapa
kriteria diluar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu: 1.
Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu 1993 : 13 menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar
pustaka secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut diperpustakaan institusi penulis.
2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan
suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan
bahasa, penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalm microfilm.
3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan
terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tabal sehingga tidak sempat terbaca.
Berdasarkan kriteria diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam menyitir sebuah dokumen, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh
penyitir, diataranya adalah kemampuan penyitir dalam hal bahasa, kemampuan dalam menggunakan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya
dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm kemudahan dalam mendapat dokumen serta kendala waktu. Dari kriteria diatas, selanjutnya penulis atau pengarang
membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam membuat penilaian, penulispengarang mengacu pada decision rule yang dikemukakan oleh Soergel dalam Andriani 2003 : 12 -13, yaitu strategi
pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule tersebut adalah sebagai berikut.
1. Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai
bahan rujukan. 2. Multiple–criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan untuk menerima
atau menolak suatu dokumen. 3. Dominance rule. Suatu dokumen memiliki kesamaan dengan dokumen
lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan. 4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit
yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan.
5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai dengan topik yang diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain.
6. Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempunyai hubungan dengan dokumen lain. Misalnya artikel asli dengan dokumen yang
memuat kritik terhadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang memuat pada suatu
jurnal.
Berdasarkan beberapa pandapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam menyitir dokumen, seorang penulispeneliti harus
mempertimbangkan beberapa kriteria dalam menentukan dokumen yang akan dijadikan sebagai rujukan. Kriteria tersebut dapat berasal dari dalam penilaian
suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Disamping kriteria dari
dalam dokumen tersebut, faktor luar dokumen juga mempengaruhi, salah satunya diantaranya adalah kemampuan penulispeneliti dalam hal bahasa. Semua kriteria
yang telah dibahas diatas dapat dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menyitir sebuah dokumen. Denga demikian, banyak faktor yang menentukan
kualitas suatu literatur yang akan dijadikan rujukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah.
2.3.4 Sumber–Sumber Sitiran Seorang peneliti membutuhkan informasi dan data yang akurat. Dengan
demikian, perlu dilakukan studi pada literatur primer dan sekunder. Mengacu pada
Universitas Sumatera Utara
pendapat yang dikemukan oleh Sulistyo–Basuki 1993 : 161 bahwa “literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli, baik penelitian dasar
maupun penelitian terapan”. Selanjutnya, literatur primer didefinisikan secara rinci oleh Sulistyo–Basuki 1993 : 161 :
Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori, atau pun penjelasan teori, ide sehingga merupakan
informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk literatur primer adalah majalah ilmiah selanjutnya disebut majalah, laporan penelitian,
jurnal disertasi, tesis, paten, kertas kerja lokakarya, dan kartu informasi. Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa literatur
primer merupakan literatur yang memuat hasil penelitian asli yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang akurat.
Literatur primer memiliki perkembangan yang semakin pesat. Namun perkembangan tersebut tidak berarti bahwa literatur primer selalu dipublikasikan.
Dengan kata lain bahwa selain dipublikasikan, literatur primer juga ada yang tidak dipublikasikan. Perkembangan yang semakin pesat tersebut disebabkan oleh
kebutuhan dan besarnya rasa ingin tahu manusia dalam meneliti suatu bidang ilmu pengetahuan. Kebutuhan seseorang akan suatu bidang ilmu pengetahuan
dikarenakan oleh tuntutan perkembangan zaman. Disamping menambah pengetahuannya, juga termotivasi untuk mencari bagaimana cara memecahkan
masalah dalam bidang ilmu pengetahuan yang dia kaji. Hal ini juga berdampak pada hasil penelitian, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk elektronik
yang dipublikasikan melalui media internet. Disamping literatur primer, literatur sekunder juga merupakan data dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Peneliti memperoleh informasi dan petunjuk tentang literatur primer dan literatur
sekunder. Dengan demikian, literatur digunakan sebagai alat untuk menelusur dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang keberadaan informasi primer. Lebih
jelasnya dikemukakan oleh Sulistyo–Basuki 1993 : 161 bahwa “literatur sekunder umumnya berupa karya referensi yang berisi penjelasan dan pembahasan
tentang literatur primer secara lebih rinci. Literatur sekunder termasuk bibliografi, indeks, abstrak, ensiklopedia, kamus, dan tabel”.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran
Pada dasarnya bibliometrika mengkaji penggunaan literatur dan perhitungan rujukan dan dokumen yang disitir. Dengan demikian, ruang lingkup
analisis sitiran dalam bibliometrika mencakup tiga jenis kajian literatur. Menurut Sulistyo–Basuki 1988 : 60 Ketiga jenis literatur tersebut adalah :
1. Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau
penerapan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk dalam literatur primer ialah majalah ilmiah selanjutnya disebut
sebagai majalah, disertasi, paten, kartu informasi kartu yang berisi laporan kemajuan sebuah penelitian, lazimnya dikirim oleh lembaga
penelitian kepada ilmuwan dalam bidang yang sama.
2. literatur sekunder adalah literatur yang memberikan informasi tentang
literatur primer, yang terrmasuk didalamnya adalah bibliografi, majalah, indeks, majalah abstrak, katalog.
3. Literatur tersier adalah literatur yang memberikan informasi tantang
literatur sekunder. Contohnya ialah bibliografi dari bibliografi, direktori dan biografi.
Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur diatas, namun kenyataannya yang menjadi objek utama adalah majalah atau jurnal ilmiah. Hal
ini karena bibliometrika menganggap bahwa majalahjurnal ilmiah sebagai : 1.
“Media paling penting dalam komunikasi ilmiah. 2.
Merupakan pengetahuan publik, serta 3.
Arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat” Sulistyo– Basuki, 2002 : 2.
Dari ketiga hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa majalahjurnal ilmiah merupakan media yang diperlukan oleh peneliti dalam hal
komunikasi Ilmiah serta merupakan pengetahuan publik sekaligus sebagai arsip umum.
Majalah sebagai objek kajian memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Parameter majalah ini juga digunakan untuk
mengkaji sitiran karya ilmiah lainnya, misalnya skripsi, tesis maupun disertasi.
Menurut Sulistyo–Basuki 2002 : 4 ada beberapa parameter majalah: 1.
Pengarang 2.
Judu l artikel 3.
judul majalah 4.
Tahun terbit
Universitas Sumatera Utara
5. Referensi ialah acuan atau daftar kepustakaan, lazimnya tercetak pada
bagian bawah setiap halaman dan sering disebut dengan catatan kaki ataupun pada bagian akhir sebuah artikel.
6. Sitiran adalah informasi literatur yang dimuat dalam referensi.
7. Deskriptor yaitu istilah yang digunakan untuk memberi isi artikel
majalah. Semakin tinggi jumlah sitiran terhadap suatu majalah atau jurnal,
dipastikan bahwa majalahjurnal tersebut semakin bermutu dan dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pada umumnya, para ilmuwan mengganggap
bahwa majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar menulis suatu karya ilmiah sesuai dengan bidangnya.
Menurut Korfhage dalam Prawira 2005 : 17 Dalam sitiran bibliografi memiliki beberapa bagian. Materi atau bagian tersebut mungkin atau tidak
mungkin yang termasuk dalam sitiran bibliografi, yaitu : 1.
Satu atau lebih pengarang 2.
Judul 3.
Nama jurnal jika sebuah jurnal 4.
Volume jurnal. 5.
Nama proseding. 6.
Tahun proseding 7.
Sponsor organisasi 8.
tanggal konferensi 9.
Judul buku 10.
Nomor, halaman buku atau jurnal 11.
Editor buku 12.
Penerbitan buku atau jurnal 13.
Tahun penerbitan 14.
Badan koorporasi jika pengarangnya adalah lembaga Objek kajian yang paling sering dalam analisis sitiran adalah daftar
pustaka atau daftar bibliografi yang tercantum dibagian akhir bab dari sebuah dokumen. Adapun syarat sebuah sitiran untuk dapat dianalisis adalah kelengkapan
data sitiran yang mencakup pengarang, tahun, judul, tempat terbit, dan penerbit. Sedangkan menurut Beni dalam Sitompul 2009 : 29
Topik–topik yang dikaji dalam analisis sitiran adalah peringkat majalah yang disitir, pengarang yang disitir, tahun sitiran, asal geografis dan
bahasa sitiran, lembaga yang ikut dalam penelitian, gugus kelompok menurut subjek majalah yang disitir, dan subjek yang disitir.
Universitas Sumatera Utara
Sutardji 2003 : 4 menyatakan bahwa aspek–aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut :
1. Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran, jumlah oto sitiran self–
citation. Otositiran adalah artikel yang pengarangnya menyitir tulisan sendiri.
2. Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang
disitir oleh penulis dalam sebuah jurnal atau buku mencakup jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan
peringkat majalah yang disitir.
3. Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang
paling sering disitir dan pengarang tunggal atau ganda. Kajian sitiran didasarkan pada hubungan antara dokumen yang disitir
dengan dokumen yang menyitir. Menurut Elita 2008 : 5 “Hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir dapat ditelusuri melalui
motivasi, tujuan, dan fungsi sitiran”. Sedangkan Hodges dalam Elita 2008 : 5 Mengidentifikasi bahwa :
Indikator hubungan antara dokumen yang disitir denga dokumen yang menyitir yaitu sebagai penjelasan, memberikan informasi umum,
hubungan historis, hubungan “saudara kandung”, hubungan operasional, hubungan metodologis, dan hubungan korektif.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
indikator hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir diantaranya adalah sebagai hubungan kolaboratif, hubungan operasional, dan
hubungan yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain, dan hubungan ini dapat ditelusuri melalui tujuan, motivasi, dan fungsi
sitiran. Data sitiran merupakan unsur yang diteliti dalam bibliometrika. Menurut
Budd dalam Elita 2008 : 3 “data sitiran dapat diteliti menurut kelompok dokumen dan subjek dokumen”. Selanjutnya Broadus dalam Elita 2008 : 3 juga
mengemukakan bahwa “dari data sitiran dapat dianalisis bidang subjek, bahasa bentuk, serta usia dokumen yang dapat dituangkan dalam bentuk persentase”.
Akan tetapi, pemilihan kriteria yang akan diteliti tergantung dari keperluan tujuan suatu penelitian.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup analisis sitiran adalah termasuk dalam area bibliometrika yaitu
Universitas Sumatera Utara
mengkaji berbagai literatur, seperti literatur primer, literatur sekunder, dan literatur tersier, namun yang lebih sering dijadikan objek kajian adalah majalah
atau jurnal, sedangkan karya ilmiah lainnya seperti tesis, disertasi, dan lainnya masih sedikit yang menelitinya.
Karena majalahjurnal ilmiah yang paling banyak dikaji dalam bibliometrika dan dianggap media paling penting dalam komunikasi ilmiah yang
terus berkembang, maka aspek–aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah pola sitiran, kepengarangan, karakteristik literatur yang mencakup jenis,
tahun terbit, usia, subjek relevansi sitiran dengan dokumen yang menyitir, bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir.
2.3.6 Karakteristik Literatur
Informasi ilmiah dibutuhkan peneliti untuk menunjang kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Informasi ilmiah tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber. Sumber informasi yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan artikel primer antara lain adalah buku teks, jurnal,dan laporan
penelitian. “ Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan mencakup
jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir: Sutardji, 2003 : 3 .
Penggunaan literatur dalam sebuah penelitian perlu dilihat karakteristik maupun ciri–cirinya. Purnomowati 2008 : 4 menyatakan bahwa :
Ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian dapat dilihat melalui analisis sitiran, mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal
dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.
Sedangkan Elita 2008 : 5 menyatakan bahwa : Analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktik seperti untuk
menentukan pengembangan koleksi, manentukan kebijakan penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis
seperti sejarah pengetahuan.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat melihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui karakteristik literatur yang disitir oleh ilmuwan dan peneliti lainnya, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam bidang tertentu. Disamping
itu, salah satu objek kajiannya adalah karakteristik dokumen, yaitu jenis, tahun terbit, usia dan bahasa pengarang literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang
disitir. Selanjutnya, analisis sitiran dapat digunakan untuk melihat ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian yang mencakup jumlah sitiran, jenis
dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.
2.3.7 Manfaat Analisis Sitiran
Dalam analisis sitiran dapat digambarkan adanya hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir.
Dalam hal ini dapat dihitung seberapa banyak karya tulis yang disitir oleh para penulis ilmiah. Saling merujuk atau mengutip dalam penulisan karya ilmiah
merupakan kewajaran selama dilakukan dengan objektif, kejujuran dan saling menghormati.
Menurut Lasa 2005 : 322 adanya penyitiran karya tulis membawa beberapa manfaat, antara lain:
a. menjunjung etika keilmuan;
b. pengakuan terhadap prestasi seseorang;
c. mengenali metode maupun peralatan;
d. adanya penghormatan terhadap karya orang lain;
e. membantu pembaca dalam penemuan kembali akan sumber informasi;
f. memperoleh latar belakang bacaan;
g. mengoreksi karya karya sendiri atau karya orang lain;
h. memberikan kepuasan;
i. mendukung klaim suatu temuan;
j. memberikan informasi tentang karya yang kan terbit;
k. membuktikan keaslian data;
l. menyangkal atau membenarkan pemikiran atau gagasan seseorang,
m. mendiskusikan gagasan dan penemuan orang lain.
Menurut pendapat Hurt dalam Elita 2008 : 9 “analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan literatur pada
subjek tertentu yang juga berkorelasi dengan perkembangan subjek tersebut”. Sehingga dari tiap kelompok subjek dapat diketahui kelas subjek yang dominan.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat Suharjan dalam Sutardji 2003 : 2 bahwa “daftar pustaka yang terhimpun dalam kelompok–kelompok spesifik dapat pula membantu proses
penelitian”. Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manfaat
analisis sitiran adalah untuk mengetahui pertumbuhan maupun keusangan literatur dengan memeriksa daftar pustakanya yang terhimpun secara spesifik sehingga
membantu proses penelitian. Menurut Weinstock dalam Prawira 2005 : 24 pentingnya studi seperti
analisis sitiran yang digunakan untuk mengevaluasi karena koleksi sitiran merupakan uraian untuk menemukan keberadaan dokumen tersebut, serta
merupakan keterkaitan antara dokumen yang menyetir dengan yang disitir, yang berfungsi sebagai :
1. Memberikan penghormatan kepada pelopor bidang ilmu.
2. Mengakui atau memuji hasil karya orang lain.
3. Mengidentifikasi metodologi serta peralatan yang digunakan dalam
menghasilkan karya tersebut. 4.
Mengkoreksi pekerjaan sendiri. 5.
Mengkritik atau mengkoreksi hasil karya orang lain yang telah terbit sebelumnya.
6. Memperkuat klaim terhadap suatu penemuan.
7. Kesiagaan terhadap penelitian berikutnya.
8. Bukti keaslian data.
9. Identifikasi penerbitan yang asli dimana suatu gagasan atau konsep
telah dibahas. 10.
Memberikan latar belakang bacaan. Bagi perpustakaan juga dapat menjadi masukan dalam pengembangan
koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo–Basuki 2002 : 8 bahwa aplikasi kuantitatif dari bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah :
1. Identifikasi literatur inti.
2. Menidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan
pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan. 3.
Menduga keluasaan litertur sekunder. 4.
Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai aspek. 5.
Mengukur manfaat sumber daya informasi dan retropektif. 6.
Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang mendatang.
7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu.
8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat
dalam batasan anggaran belanja.
Universitas Sumatera Utara
9. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati
model yang ada. 10.
Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat.
11. memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif.
12. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi.
13. Mengkaji keusangan dan peneyabaran literature ilmiah.
14. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, Negara
atau seluruh disiplin. 15.
Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto – indexing. 16.
Pengembangkan norma pembakuan. Berdasarkan beberapa penjabaran teori di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa manfaat analisis sitiran adalah mengidentifikasi berbagai literatur, untuk pengembangan koleksi pada perpustakaan, Evaluasi bibliometrika,
mengkoreksi karya sendiri dan karya orang lain, temu kembali informasi, mengetahui keusangan literatur, kajian sejarah, mengetahui pemakaian bentuk
atau jenis literatur, serta kajian pengarang dan pemakai.
2.3.8 Cara Penulisan Sitasi
Gaya penulisan sitasi berbeda–beda dibeberapa tempat, termasuk penulisan urutan informasi tentang referensi. Meskipun penulisan sitasi berbeda–
beda, namun sitasi tetap merupakan rujukan terhadap suatu buku, artikel halaman web, atau publikasi lain dengan rincian yang cukup untuk cara unik
mengidentifikasi sumber tersebut. Pencantumkan sitasi bibliografis dengan cara yang benar dan konsisten sesuai dengan salah satu standar gaya sitasi citation
style yang ada merupakan salah satu keharusan yang harus ditaati sebagai suatu tradisi dalam masyarakat akademik.
Setiap komunitas disiplin ilmu tertentu menggunakan gaya sitasi yang lazim digunakan dalam komunitas mereka. Namun, ada dua divisi utama yang
terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yaitu : Documentary–note style parenthetical style. Documentary–note style is the
standard form of documenting sources. It involves using either footnotes or endnotes so that information about your source is readily available to
your readers but does not interfere with their reading of your work. In the parenthetical style, sometimes called the “ author – date “ style or “ in –
text” style, reference are made in the body of the work itself, through parentheses Johns, 2004 : 1.
Universitas Sumatera Utara
Pendapat di atas mengemukakan bahwa Documentary–note style merupakan bentuk standar yang mendokumentasikan sumber–sumber informasi,
termasuk penggunaan catatan akhir endnotes dan catatan kaki foodnotes sehingga informasi tentang sumber–sumber tersedia bagi pembaca. Sedangkan
dalam Parenthetical style kadang–kadang disebut sebagai gaya author–date atau gaya in–text, referensi dari sumber–sumber informasi dibuat pada badan bagian
dari sitasi tersebut yang ditulis dalam tanda kurung. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya ada
dua divisi yang terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yang pertama mendokumentasikan sumber–sumber informasi pada catatan akhir endnotes dan
catatan kaki footnotes dan yang kedua adalah mendokumentasikan atau mencantumkan sumber–sumber informasi pada badan bagian dari sitasi tersebut
memang berbeda, namun tetap memberikan tujuan yang sama, yaitu memberikan informasi tentang sumber–sumber sitiran kepada pembaca yang
membutuhkannya. Keterangan isi dari berbagai jenis karya berbeda–beda. Berikut adalah isi
sitasi dari beberapa jenis karya, yaitu : 1. Buku
: Pengarang, judul buku, tempat terbit, penerbit, dan tahun publikasi.
2. Jurnal : Pengarang, judul artikel, judul jurnal, volume,
tahun publikasi dan nomor halaman. 3. Karya di internet
: URL dan tanggal karya tersebut diakses Siregar, 1999 : 1.
Ada beberapa gaya sitasi yang dibuat dan diterbitkan oleh berbagai asosiasi atau individu yang digunakan oleh para penulis. Namun lebih baik jika
para penulis menggunakan salah satu gaya sitasi tersebut secara konsisten. Menurut Siregar 1999 : 1 beberapa gaya sitasi tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut : 1.
Chicago Style, semua bidang. 2.
Turabian Style, semua bidang. 3.
MLA Modern Language Association kesusatraan, seni, dan humaniora.
4. APA American Psychological Association, psikologi, pendidikan,
dan ilmu –ilmu sosial lainnya. 5.
AMA American Medical Association, Kedokteran, kesehatan, dan biologi.
Universitas Sumatera Utara
6. NLM National Library of Medicine.
7. ACS American Chemical Society
8. APSA American Political Science Association, politik
9. CBE Council of Biology Editors.
10. IEEE Style
11. ASA American Sociological Association.
12. Columbia Style
13. MHRA Modern Humanities Research.
Selanjutnya, Siregar 1999 : 2 menyebutkan bahwa sebagai perbandingan, ada beberapa contoh cantuman bibliografi yang dibuat berdasarkan beberapa gaya
sitasi, yaitu : 1.
Buku Monograf a. Chicago
Okuda, Michael, and Denise Okuda.1993. Star Trek Chronology :
The History of the future. New York : Pocket Books. b. Turabian
Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology : The History of the future. New York : Pocket Books. 1993.
c. MLN Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology : The
History of the future a.
APA . New York : Pocket Books. 1993.
Okuda, M, Okuda D. 1993. Star Trek Chronology : The History of the future. New York : Pocket Books.
e. AMA Okuda, M, Okuda D. 1993. Star Trek Chronology : The
History of the future. New York : Pocket Books; 1993. f. NLM
Okuda M, Okuda D. Star Trek Chronology : The History of the future. New York : Pocket Books1993.
2. Artikel Jurnal
a. Chicago Wilcox, Rhonda V. 1991. Shifting roles and synthetic women in
Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture 13 2: 53 -65.
b. Turabian Wilcox, Rhonda V. “ Shifting roles and synthetic women in Star
Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13 April 1991: 53 -65.
c. MLA Wilcox, Rhonda V. “ Shifting roles and synthetic women in Star
Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13.2 1991: 53 -65.
Universitas Sumatera Utara
d. APA Wilcox, Rhonda V 1991. Shifting roles and synthetic women in
Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 132, 53 -65.
e. AMA Wilcox, RV. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The
Next Generation. Studies in Popular Culture. 1991; 13: 53 -65.
f. NLM Wilcox, RV. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The
Next Generation. Studies in Popular Culture 1991 13 2: 53 -65.
3. Situs Web a.
Chicago Lynch, Tim. 1996. Review of DS9 trials and trible-ation. Psi Phi:
Bradley’s Science Fiction Club. http:www.bradley.educampusorgpsiphiDS9ep503r.html
Accessed April 6, 2010 b.
Turabian Lynch, Tim. Review of DSN trials and trible-ation review. 1996.
Available from Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. http:www.bradley.educampusorgpsiphiDS9ep503r.ht
ml Accessed April 6, 2010
c. MLA
Lynch, Tim. “DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club.
1996. Bradley University. http:www.bradley.educampusorgpsiphiDS9ep503r.ht
ml Accessed April 6, 2010
d. APA
Lynch, Tim. 1996. DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996. Bradley’s Science
Fiction Club. http:www.bradley.educampusorgpsiphiDS9ep503r.ht
ml Accessed April 6, 2010
e. AMA
Lynch, Tim. DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996.
http:www.bradley.educampusorgpsiphiDS9ep503r.ht ml
Accessed April 6, 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa gaya sitasi dia atas, Penulis mengemukakan bahwa setiap orang maupun lembagainstansi harus konsisten dalam penulisan gaya sitasi
agar dapat memudahkan pembaca dalam memahami referensi yang digunakan dalam penulisan karya ilmiahnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Metode penelitian pada hakikatnya adalah suatu cara yang ditempuh untuk menemukan, menggali dan melahirkan ilmu pengetahuan yang memiliki
kebenaran ilmiah. Menurut Arikunto 2002 : 136 “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Karena
banyak jenis penelitian yang dilakukan para peneliti dari berbagai bidang ilmu, maka tidak mungkin dibuat satu metode penelitian yang dapat digunakan berbagai
macam bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Widodo, 2000
: 15 “metode penelitian deskriftif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas–luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu saat tertentu”. Dalam penelitian deskriptif kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi lebih menggambarkan “apa adanya”
tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
3.2 Lokasi Penelitian