Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori

I.2. Perumusan Masalah

Setelah masalah penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat rumusan dgn jelas. Rumusan masalah harus dibuat secara jelas batasannya karena hal ini berguna bagi pelaksanaan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh konselor dalam pembentukan konsep diri ODHA melalui konseling yang dilakukan di Klinik Voluntary Counselling and Testing Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan”.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Subjek penelitian adalah klien ODHA yang berkunjung ke klinik Voluntary Counselling and Testing RSU Pirngadi Medan untuk melakukan konseling secara sukarela. b. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui komunikasi antar pribadi yang terjadi antara konselor dan klien dalam Voluntary Counselling and Testing konseling dan tes sukarela HIV. Universitas Sumatera Utara 2. Mengetahui cara pelayanan yang tepat dalam usaha pembentukan konsep diri ODHA di Klinik Voluntary Counselling and Testing di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. b. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman penulis mengenai komunikasi antar pribadi, khususnya komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara konselor dan kliennya ODHA dalam usaha pembentukan konsep diri. 2. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya jurusan ilmu komunikasi.

I.5. Kerangka Teori

Kerangka teori berfungsi untuk menguraikan teori, proposisi, konsep, atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini akan diuraikan teori-teori yang menyangkut isi penelitian di antaranya: 1. Komunikasi Ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I. Hovland Purba, dkk, 2006:29 yang mengatakan : “proses di mana seseorang komunikator menyampaikan perangsang-perangsang biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain komunikan”. Universitas Sumatera Utara Dalam proses penyampaian pesan yang terjadi pada konseling ini membutuhkan keterbukaan diri dari kedua pihak, komunikator dan komunikan. Membuka diri adalah sebuah cara untuk memperoleh informasi tentang orang lain. Kita ingin agar kita mampu memprediksikan pemikiran dan tindakan-tindakan orang-orang yang sudah kita kenal. Membuka diri juga merupakan satu cara untuk mempelajari tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Sekali seseorang terikat di dalam keterbukaan diri, secara tidak langsung orang lain juga akan mengungkap informasi pribadinya. Hal ini disebut juga sebagai norma timbal balik, maksudnya kita bisa melihat adanya umpan balik dalam proses ini. Adanya saling keterbukaan dalam sebuah hubungan bisa mempererat kepercayaan dan membantu setiap orang untuk saling memahami. Kita juga bisa merasa bahwa hubungan dan diri kita menjadi lebih baik ketika orang lain mau menerima atau mendengarkan apa yang kita katakan pada mereka. Seperti yang dijelaskan dalam teori self-disclosure atau bisa diartikan sebagai teori keterbukaan diri. Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham 1969 yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui ataupun tidak mengetahui tentang dirinya maupun orang lain. Teori ini dilihat sebagai suatu strategi yang sangat berguna untuk berbagi informasi dengan orang lain. Berbagi informasi dengan orang lain yang mungkin belum pernah dikenal atau ditemui, bisa beresiko dan menyebabkan kerapuhan hati bagi seseorang ketika sedang berbagi informasi. 2. Komunikasi Antar Pribadi Sebelum menganalisa lebih jauh mengenai komunikasi antar pribadi yang terjadi dalam konseling dan tes sukarela HIVAIDS, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu beberapa definisi komunikasi antar pribadi menurut para ahli. Menurut De Vito Universitas Sumatera Utara Liliweri, 1991:12, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. De Vito juga mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri; 1 keterbukaan atau openes; 2 empati atau empathy; 3 dukungan atau support; 4 rasa positif atau positivenes; dan 5 kesamaan atau equality. Sementara itu menurut Dean C. Barnlund Liliweri, 1991:12, mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antar dua orang atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Ada juga definisi lain menurut Rogers dalam Depari Liliweri, 1991:12, mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Pendapat lain dari Tan Liliweri, 1991:12, mengatakan bahwa interpersonal communication komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka antar dua orang atau lebih. 3. Konsep Diri Konsep diri menurut definisi William D. Brooks Rakhmat, 1997:99 adalah “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita tentang diri kita. Seperti yang diungkapkan oleh Anita Taylor et al Rakhmat, 1997:100 bahwa konsep diri adalah “all you think and feel about, the entire Universitas Sumatera Utara complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”. Jadi, konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita. Dengan demikian, ada dua komponen konsep diri, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri self image, dan komponen afektif disebut harga diri self esteem. Keduanya, menurut Wiliam D. Brooks dan Phillip Emmert Rakhmat, 1999:100 berpengaruh besar pada pola komunikasi interpersonal.

I.6. Kerangka Konsep