Teori Pengungkapan Diri Self Disclosure

komunikasi yang baik karena membuat orang tersebut merasa diterima, dan kita dapat menanggapinya dengan baik. 5. Gaya sosial social style, kecakapan ini membantu kita dapat berperilaku menarik, khas, dan dapat diterima oleh orang yang berkomunikasi dengan kita. 6. Kecemasan komunikasi communication anxiety, dengan kecakapan ini kita dapat mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran, tubuh gemetar, dan rasa demam panggung yang muncul dalam komunikasi dengan orang lain.

II.3. Teori Pengungkapan Diri Self Disclosure

Membuka diri adalah sebuah cara untuk memperoleh informasi tentang orang lain. Kita ingin agar kita mampu memprediksikan pemikiran dan tindakan-tindakan orang-orang yang sudah kita kenal. Membuka diri juga merupakan satu cara untuk mempelajari tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Sekali seseorang terikat di dalam keterbukaan diri, secara tidak langsung orang lain juga akan mengungkap informasi pribadinya. Hal ini disebut juga sebagai norma timbal balik, maksudnya kita bisa melihat adanya umpan balik dalam proses ini. Adanya saling keterbukaan dalam sebuah hubungan bisa mempererat kepercayaan dan membantu setiap orang untuk saling memahami. Kita juga bisa merasa bahwa hubungan dan diri kita menjadi lebih baik ketika orang lain mau menerima atau mendengarkan apa yang kita katakan pada mereka. Menurut Morton Dayaksini, et al, 2003:87 pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh Universitas Sumatera Utara pendengar seperti jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita suka i atau kita benci. Pengungkapan ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dari pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan kita menyenangkan dan membuat kita merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu kita dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya, seperti pernyataan de Vito Dayaksini, et al, 2003:88. Seperti yang dijelaskan dalam teori self-disclosure atau bisa diartikan sebagai teori keterbukaan diri, yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui ataupun tidak mengetahui tentang dirinya maupun orang lain. Teori ini dilihat sebagai suatu strategi yang sangat berguna untuk berbagi informasi dengan orang lain. Berbagi informasi dengan orang lain yang mungkin belum pernah dikenal atau ditemui, bisa beresiko dan menyebabkan kerapuhan hati bagi seseorang ketika sedang berbagi informasi. Johari window atau lebih lanjut disebut juga jendela Johari, nama ini berasal dari para penemunya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham. Teori ini adalah salah satu model yang paling berguna untuk menggambarkan proses interaksi antar manusia. Sebuah “jendela” berkaca empat yang membagi kewaspadaan pribadi ke dalam empat jenis yang berbeda, seperti yang diwakili oleh keempat kuadrannya; terbuka, buta, tersembunyi dan Universitas Sumatera Utara tidak dikenal. Garis-garis yang membagi keempat kuadran tersebut terlihat seperti bidang jendela, yang dapat bergeser ketika sebuah interaksi mengalami kemajuan. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Jendela Johari. Dalam gambar Jendela Johari berikut ini diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran diri kita Rakhmat, 1997:108. Kita ketahui Tidak kita ketahui Orang lain tahu publik Orang lain tidak tahu privat Johari melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar manusia terdapat empat kemungkinan sebagai mana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela. • Jendela 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. • Jendela 2, melukiskan bidang buta,masalah hubungan antara kedua pihak yang hanya diketahui orang lain, tapi tidak diketahui diri sendiri. • Jendela 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain. • Jendela 4, bidang tidak dikenal, di mana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka. Menurut Powell Dayaksini, et al, 2003:89 terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengungkapan diri, yaitu: 1. Terbuka 2. Buta 3. Tersembunyi 4. Tidak Dikenal Universitas Sumatera Utara 1. Basa-basi, merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan di antara individu, tetapi tidak terjadi hubungan antarpribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan. 2. Membicarakan orang lain, yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang di luar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri. 3. Menyatakan gagasan atau pendapat, pada tingkat ini sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain. 4. Perasaan, setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu berbeda- beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan antarpribadi yang sungguh- sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam. 5. Hubungan puncak, pada tingkat ini pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antarpribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak. Selanjutnya Derlega dan Grzelak Dayaksini, et al, 2003:90 mengungkapkan ada lima fungsi pengungkapan diri, yang meliputi: 1. Ekspresi expression Dalam kehidupan ini terkadang kita mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan itu biasanya kita akan merasa senang bila bercerita pada seorang teman yang Universitas Sumatera Utara sudah kita percaya. Dengan pengungkapan diri semacam ini kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita. 2. Penjernihan diri self-clarification Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang kita hadapi kepada orang lain, kita berharap agar dapat memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang kita hadapi, sehingga pikiran kita akan menjadi lebih jernih dan kita dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik. 3. Keabsahan sosial social validation Setelah kita selesai membicarakan masalah yang sedang kita hadapi, biasanya pendengar kita akan memberikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut. Sehingga dengan demikian, kita akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita. Kita dapat memperoleh dukungan atau sebaliknya. 4. Kendali sosial social control Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial, misalnya orang akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang dirinya. 5. Perkembangan hubungan relationship development Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat keakraban. Pengungkapan diri kadang-kadang menimbulkan bahaya, seperti resiko adanya penolakan atau dicemooh orang lain, bahkan dapat menimbulkan kerugian material. Untuk itu, kita harus mempelajari secara cermat konsekuensi-konsekuensinya sebelum Universitas Sumatera Utara memutuskan untuk melakukan pengungkapan diri. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengungkapan diri menurut de Vito Dayaksini, et al, 2003:91 : a. Motivasi melakukan pengungkapan diri Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Sebab pengungkapan diri tidak hanya bersangkutan dengan diri kita saja, tetapi juga bersangkutan dengan orang lain. Kadang- kadang keterbukaan yang kita ungkapkan dapat saja melukai perasaan orang lain. b. Kesesuaian dalam pengungkapan diri Dalam melakukan pengungkapan diri haruslah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Pengungkapan diri haruslah dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. Misalnya, bila kita ingin mengungkapkan sesuatu pada orang lain maka kita haruslah bisa melihat apakah waktu dan tempatnya sudah tepat. c. Timbal balik dari orang lain Selama melakukan pengungkapan diri, berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri. Jika lawan bicara kita tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka ada kemungkinan orang tersebut tidak menyukai keterbukaan yang kita lakukan.

II.4. Konsep Diri