Sejarah HKBP di Samosir

menjadi Kepala Urung. Onderdistrik pun menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil yang dulu adalah sebagai Assistent Demang Ketika penyerahan kedaulatan ke tangan RI pada permulaan 1950, Keresidenan Tapanuli yang sudah disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 empat kabupaten baru, yaitu: 1. Kabupaten Tapanuli Utara sebelumnya Kabupaten Tanah Batak 2. Kabupaten Tapanuli Tengah sebelumnya Kabupaten Sibolga 3. Kabupaten Tapanuli Selatan sebelumnya Kabupaten Padang Sidempuan 4. Kabupaten Nias Batak Samosir pun masuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang beribukota di Tarutung.

2.2 Sejarah HKBP di Samosir

Penyebaran agama di Samosir di mulai pada tahun 1892, pengijilan pertama di lakukan di Naingolan karena dekat dengan Balige, Pendeta G. Pilgram mengirim orang pribumi yang telah mendapat pendidikan tentang Kristen yaitu St. Laban Siahaan, St. Joab dan St. Manase. Mereka berlayar menuju Pulau Samosir tepat daerah Nainggolan dan menjalankan misi yang diajarkan oleh G. Pilgram dengan mendekati para penatua dan memberitakan Kristen. Setelah beberapa lama mereka kembali ke Balige dan melaporkan kepada G. Pilgram tentang peristiwa yang dialami dalam penyebaran agama. Setelah mendapat berita tentang kondisi di Samosir, G. Pilgram melaporkan kepada Dr. Ingwer Ludwig Nommensen bahwa di daerah Samosir telah dimulai pengkristenan. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 6 Mei 1893 Johannes Warneck ditempatkan di Nainggolan. Sebelum melakukan misi zending Johannes Warneck melakukan observasi didampingi oleh para penginjil lainnya seperti G. Pilgram, Pohlig, Jung, dan Bruch selama 3 hari di daerah penginjilan Pulau Samosir yaitu pada bulan Maret 1893. Dalam observasi tersebut mereka mendapat sambutan yang baik dari para raja serta menjamu mereka dengan makan dengan khas Batak. Dari hasil observasi itulah dia memilih daerah Nainggolan sebagai tahap awal untuk melakukan pengabaran Injil dan sebagai pos penginjilan untuk Pulau Samosir. Para pemuka desa di Nainggolan telah membuat sebuah perjanjian menyerahkan tanah adat mereka kepada Zending RMG untuk dijadikan pos penginjilan dan pusat jemaat. 17 Meunurut Dr. Johannes Warneck daerah Nainggolan sangat strategis menjadi pusat pengabaran injil di seluruh Pulau Samosir karena berada pada pertengahan pada garis bawah dari garis segitiga dan mempunyai penduduk yang padat. Pada bulan Mei 1893 Dr Johannes Warneck dan Bruch menempati Nainggolan. Sarana kehidupan mereka sangat sederhana yaitu rumah kediaman mereka sempit dan kecil. Untuk mempermudah program Misi Zending Dr. Johannes Warneck dan Bruch mendirikan sekolah untuk anak-anak, kebaktian minggu untuk anak-anak dan orang dewasa yang mau datang, mengobati orang sakit, dan menyelasaikan perkara antar penduduk. 18 17 J. R. Hutauruk, Tebarkanlah Jalamu, Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 2010, hlm. 23-24 18 Ibid., hlm. 28-29. Penduduk Samosir tidak berbeda dengan penduduk Silindung atau Toba lainnya, dimana orang Universitas Sumatera Utara Batak asli suka mengumbar perang dan mengangkat perselisihan, tidak cermat dan malas bekerja. Kepercayaan masyarakat Samosir sebelum datangnya agama Kristen adalah Debata Mula Jadi Nabolon Allah yang tidak bermula dan berakhir Yang mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu: • Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap menjemput tondi dari sombaon yang menawannya. • Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. • Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Pada saat pengabaran injil daerah Samosir belum masuk pemerintahan Belanda secara administratif. Sebagai akibatnya penduduk masih dikuasai banyak pertentangan dan nafsu saling berperang dengan sesama. Samosir masih tergelogong Universitas Sumatera Utara daerah yang merdeka, bebas dari kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda, dan oleh karena itu berada dalam kekuasaan masing-masing raja huta kampung setempat. 19 Johannes Warneck tidak membatasi penginjilannya hanya di Nainggolan, tetapi dia memperluas medan pelayanannya ke desa-desa di luar Nainggolan. Untuk itu beliau bersama pemuka-pemuka desa yang sudah akrab dengannya melakukan Dalam penyebaran agama yang dilakukan oleh Dr. Johannes Warmeck di Pulau Samosir banyak di jumpai ragam penyakit karena belum ada rumah sakit yang tempat berobat, perkara seperti perselisihan yang mengakibatkan konflik antar individu dengan individu dan antara kampung huta dengan kampung yang sering mengganggu keamanan penduduk. Akan tetapi pertikaian itu tidak menggangu pos penginjilan Nainggolan. Orang sering bertikai sering mengadu kepada Dr. Johannes Warneck, dimana dia bersikap sebagai penengah. Perkara yang sering muncul sering membuat Dr. Johannes Warneck terasa kewalahan karena sikap orang Batak ingin menang sendiri dan ahli dan lihai mempertahankan haknya sekalipun dengan kepandaian memutarbalikkan fakta. Melihat perkembangan penyebaran Agama Kristen di daerah Nainggolan, dimana penduduk semakin banyak menerima ajaran Kristen dan meninggalkan kepercayaan lama Johannes Warneck membangun Gereja sederhana untuk tempat kebaktian. Gereja yang dibuat terbuat dari peralatan yang sederhana, sebagai dinding dibuat dari bambu dan jerami sebagai atapnya. 19 Ibid., hlm. 175 Universitas Sumatera Utara perjalanan mengunjungi daerah-daerah Samosir. Salah satu orang yang membantu dalam pengunjungan ke desa lain adalah Ompu Sibarung yang merupakan salah seorang pandai besi tukkang bosi. Dimana dia telah menerima ajaran kristen dan mau meninggalkan kehidupan lama. Dalam kunjungan ke desa lain Johannes Warneck melihat keadaan penduduk dimana raja yang lebih makmur, yang punya banyak budak yang diperlakukan secara tidak manusiawi. Serta diliputi suasana perang antar huta kampung yang berkepanjan dan penduduk banyak dijumpai yang kecanduan akan mengisap candu atau opium yang didatangkan dari pantai Barat Sumatera daerah Barus. Setelah melakukan observasi ke daerah lain, beliau melihat bahwa penduduk lebih padat di daerah pantai daripada dipedalaman. Menurut beliau daerah Samosir sangat membutuhkan beberapa penginjil untuk mengajarkan Agama Kristen dan serentak dilakukan. Penduduk yang telah mendapat ajaran Kristen, mereka mulai sadar semakin dan tergertak untuk meninggalkan kehidupan lama yang dianggap berusak merugikan secara individual maupun secara kelompok seperti berperang, candu, merjudi dll. Peyebaran agama Kristen yang dilakukan Johannes Warneck tidak begitu lama yaitu 3 ½ tahun karena menggantikan penginjil G. Pilgram yang harus pindah ke Negeri Jerman. Akan tetapi bukan hanya alasan itu beliau dipindahkan, karena masalah keamanan. Dimana Raja Sisingamaraja sedang merencanakan memasuki daerah Pulau Samosir untuk mengusir Zending Jerman. Sisingamangaraja telah sering melakukan tindakan-tindakan mengacaukan dan merusak beberapa pos Zending Universitas Sumatera Utara Jerman di luar Pulau Samosir. Ini diakibatkan oleh pemerintahan Belanda yang telah merebut daerah Sisingamangara. Pada tahun 1899, tibalah Pdt Wilham Barganschil di Samosir untuk menggantikan Pdt. Dr. Johannes Warneck dalam program mengabarkan injil di Samosir. Dalam program pengabaran injil tersebut Pdt W Barganschil mendirikan sebuah gereja untuk tempat kebaktian serta untuk membimbing anak-anak dan orang dewasa. Tahun 1907 Belanda masuk ke daerah Samosir dan mengatur semua tata letak pemerintahan. Sebelum kedatangan Belanda di tanah Batak, Bius lah yang memerintah di setiap huta kampung. Masuknya Kolonial Belanda ke Samosir sangat berpengaruh besar di mana para missionaris untuk menjalan program pengabaran injil dapat berjalan dengan baik dalam bidang keamanan. Belanda melarang di seluruh distrik Samosir melakukan pesta bius pada tahun 1918 karena dianggap merupakan salah satu bentuk penyembahan berhala. 20 Pdt Karlord datang ke Samosir tahun 1911 untuk program Misi Zending. Untuk memulai pekerjaannya Pdt Karlord mengadakan perkumpulan dengan mengundang raja-raja huta kampung serta para orang tua dalam perkumpulan tersebut siarkanlah injil, akan tetapi para raja dan masyarakat sulit menerima ajaran Pada saat itu Belanda dan Jerman masih berhubungan dengan baik sebelum terjadi perang antara kedua belah pihak ini pada tahun 1940, hal ini merupakan salah satu untuk menggahapus acara ritual terbesar yang menyebah berhala dan mempermudah para missionaris untuk menjalankan missinya. 20 Sitor Sitomoarng. Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, hlm. 23 Universitas Sumatera Utara injil tersebut. Berkat kerja keras, ajaran Kristen dapat diterima masyarakat dan diberikanlah sebidang tanah yaitu tempat gereja HKBP Resort pangururan sekarang untuk mendirikan sebuah bangunan tempat untuk mengajari anak-anak dan orang dewasa serta tempat kebaktian. 21 Perkembangan HKBP di Samosir ditandai dengan berdirinya Distirk VII Samosir pada tanggal 25 Nopember 1942. Akan tetapi distrik ini mengalami