Kondisi Samosir GAMBARAN UMUM HKBP DI SAMOSIR

BAB II GAMBARAN UMUM HKBP DI SAMOSIR

2.1 Kondisi Samosir

Samosir berada pada 2º24’- 2º45’ Lintang Utara dan 98º21’-99º45’ Bujur Timur, Samosir memiliki luas daerah 2.069,05 km², yang terdiri dari luas daratan 1.444,25 km² dan luas danau 624,80 km². Samosir diapit tujuh kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 904 - 2.157 meter diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Samosir tergolong ke dalam daerah beiklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17ºC - 29ºC dan rata-rata kelembaban udara 85,04. Situasi yang demikian menyebabkan permukiman penduduk cenderung sirkuler dan perkampungan memusat di sepanjang tepian adapun dibagian dalam tengah pulau dengan jumlah hunian yang jarang, permukiman penduduk cenderung acak mengikuti kondisi keberadaan lembah atau lahan-lahan produktif. Universitas Sumatera Utara Sebelum Belanda masuk ke Indosesia, Batak Toba berada pada satu kerajaan Kerajaan Batak yang berpusat di Bakara, Kerajaan Batak yang dalam pemerintahan dinasti Sisingamangaraja membagi Kerajaan Batak dalam 4 empat wilayah yang disebut Raja Maropat, yaitu: 1. Raja Maropat Silindung 2. Raja Maropat Samosir 3. Raja Maropat Humbang 4. Raja Maropat Toba Daerah Batak Samosir masuk dalam wilayah Raja Maropat Samsoir. Raja Maropat Samosir meliput i wilayah Pulau Samosir sekarang dan sekitarnya. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Samosir termasuk ke dalam Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Pada saat itu, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi 4 empat Afdeling Kabupaten, salah satu diantaranya adalah Afdeling Batak Landen dengan ibukotanya Tarutung, dan 5 lima onderafdeling wilayah yang meliputi : Silindu ng, Toba, Samosir, Dairi dan Barus. Setelah kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia tetap menjadikan Tapanuli menjadi sebuah keresidenan. Dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan Residen Tapanuli yang pertama. Ada sedikit perubahan dilakukan pada nama namun pembagian wilayah tetap sama. Nama Afdeling Bataklanden misalnya diubah menjadi Luhak Tanah Batak dan luhak pertama yang diangkat adalah Cornelius Sihombing yang pernah menjabat sebagai Demang Silindung. Nama Onderafdeling pun diganti menjadi urung dan para demang yang memimpin onderafdeing diangkat Universitas Sumatera Utara menjadi Kepala Urung. Onderdistrik pun menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil yang dulu adalah sebagai Assistent Demang Ketika penyerahan kedaulatan ke tangan RI pada permulaan 1950, Keresidenan Tapanuli yang sudah disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 empat kabupaten baru, yaitu: 1. Kabupaten Tapanuli Utara sebelumnya Kabupaten Tanah Batak 2. Kabupaten Tapanuli Tengah sebelumnya Kabupaten Sibolga 3. Kabupaten Tapanuli Selatan sebelumnya Kabupaten Padang Sidempuan 4. Kabupaten Nias Batak Samosir pun masuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang beribukota di Tarutung.

2.2 Sejarah HKBP di Samosir