parlapelapean ini sebagian kembali melebur, sebagian dijadikan sebagai gereja. Gereja yang tidak melebur ini dalam adat Batak Toba dikatakan Manjae, dan bentuk
theologis dan nama organisasi sama dari induknya.
4.3. Munculnya Kekerasan
Masalah intern yang merorong keutuhan HKBP membuat banyaknya materi, dan jiwa yang korban dalam konflik. Konflik HKBP 1962 karena perubahan dari
tradisionalisme ke modernnisasi membawa polemik yang menjadikan HKBP goyang dalam eksistensinya untuk mengabarkan Injil. Polemik antara pengurus mengarah
kepada perpecahan sehingga melahirkan GKPI yang langsung menjalar ke sebagian HKBP yang terpropkasi oleh masalah tersebut.
Dalam konflik tersebut timbulnya kekerasan untuk mempertahankan idealisme masing-masing. Untuk mempertahan dealisme ini mereka yang berkonflik
di pusat HKBP memprovokasi jemaat sehingg menimbulkan perpecahan di tingkat jemaat. Perpecahan dalam satu wadah dibentuk dalam dua kelompok yaitu yang pro
dengan Pdt. D.S. Sihombing dan kelompok yang pro dengan Panindangion Reformasi kelompok pembaharu
Kedua kelompok ini secara bergantian untuk menggunakan gereja untuk melakukan acara gereja sebelum perpedacahan, dalam penggunaan gedung gereja
selalu terjadi keributan antara kedua kelompok yang ditimbulkan oleh masalah kecil sehingga menjadi besar. Di Wilayah Samosir pada masa konflik ini tidaklah begitu
Universitas Sumatera Utara
besar terjadi konnflik fisik sehingga tidak menimbulkan korban.
63
Di HKBP Resort Pangururan terjadi perebutan gereja dimana, massa yang Setelah GKPI berdiri masalah belum selesai, dimana terus terjadi perebutan
gedung gereja karena jemaat yang pindah ke GKPI ternyata masih banyak menggunakan bangunan gereja milik HKBP sampai tahun 1978 seperti kasus di
tebing tinggi. Sikap ini dipandang sebagai suatu pola yang konflik yang berkepanjangan dan ketidakpuasan terhadap hasil konflik.
Pada masa konflik tahun 1988 sd 1998 terjadi berbagai bentuk kekerasan yang melandan jemaat dalam konflik HKBP, mempunyai pengaruh besar dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam kemelut HKBP yang melibatkan campur tangan dari luar yaitu militer, preman, dan pengusaha yang ikut berkepentingan dalam
masalah HKBP, sehingga kekerasan yang timbul semakin besar. Kelompok,yang merasa kuat dan mendapat dukungan dari oknum militer yang menjadi alat untuk
memainkan peran sebagai pihak yang benar dan main hakim sendiri sehingga merusak tatanan hukum.
Adanya polarisasi dalam HKBP yaitu kelompok Setia Sampai Akhir SSA yang pro dengan Pdt. Dr. SAE. Nababan yang mengakui sebagai Ephorus, dan
kelompok SAI TIARA yang mengakui Pdt. Dr. PWT. Simanjuntak sebagai Ephorus dan diakui pemerintah. Kedua kelompok tersebut saling mempertahankan
eksistensinya masing-masing. Dalam upaya mempertahankan eksistensi inilah sering muncul kekerasan-kekerasan, bahkan kekerasan sudah menjadi media yang
dipergunakan dalam mencapai tujuan masing-masing kelompok.
63
Wawancara Dengan M. Br Habeahan. Tanggal 24 November 2010
Universitas Sumatera Utara
datang ini adalah preman yang berusaha untuk menguasaui gedung gereja. Dalam hal Jemaat yang berkebaktian dalam gereja HKBP melihat aksi yang dilakukan oleh
preman yang tak dikenal, oleh sebab itu terjadi perebutan antar preman dengan jemaat yang berasumsikan dengan konflik fisik.
64
Konflik ini menimbulkan korban jiwa, mereka ditangkap dan disiksa oleh oknum-oknum militer sejak Januari 1993. Adapun korban yang seperti di di Polsekta
Balige ditahan 7 orang karena menolak mengakui pejabat ephorus, di Polsekta Medan dan Gaperta ditahan 84 orang karena karena unjuk rasa pada tanggal 28 Desenber
1992 ke Makodam I Bukit Barisan dan menolak mengakui pejabat ephorus, mereka yang ditahan sebanyak 96 orang di post SAI Tiara, karena menolak mengakui
dungsionaris SAI Tiara dan diberlakukan dengan cara yang beragam, ditahan di Kodim Medan karena unjuk rasa di Universitas Nommensen pada 14 Januari 1994
sebanyak 21 orang, pada tanggal 16 januari di Poltabes Medan ditahan 13 orang karena mempertahankan gereja HKBP Glugur dari serbuan preman SAI Tiara,
ditahan dan disiksa di Rutan Dumai karena mempertahankan gereja HKBP Dumai dari serangn SAI Tiara, maret dan April 1994 sebanyak 21 organ, ditahan dan disiksa
4 orang di Polres dan Kodim Tarutung 12 sd 22 Mei 1994 tanpa alasan yang jelas, dan dipaksa mengakui fungsionaris SAI Tiara, dan ditahan di Polres Tarutung 16
orang dalam kasus Sirait Uruk Kecamatan Porsea Mei 1994. Dalam konflik banyak ibu-ibu dan
pemuda-pemudi yang terlibat untuk mempertahankan rumah ibadah mereka.
65
Bentuk kekeran ditengah-tengah jemaat menunjukkan tiadanya dialog dalam
64
diskusi bersama dengan
St. P Sitanggang, L Sihotang , dan St M Sinaga, tanggal 12 November 2010
65
Krisis HKBP Ujian Bagi Iman dan Pengalaman Pancasila. Op.cit., hlm. 174-181.
Universitas Sumatera Utara
upaya penyelesaian masalah. Sehingga dapat dikatakan penyelesaian masalah berdasarkan Aturan dan Peraturan gereja tidak pernah ditempuh. Sehingga konflik
menumbuhkan nilai-hilai negative dalam kehidupan bersama. Di Distrik VII HKBP Samosir, kekerasan yang terjadi sangat tinggi dimana
pada saat terjadi perebutan gereja yang dilakukan para preman pada tahun 1993 di HKBP Pangururan, begitu juga di gereja lainnya seperti di HKBP Limbong Sagala
masuk orang-orang yang jarang bergereja dan melakukan pengusiran terhadap pihak SSA. Akibat konflik ini jemaat HKBP Samosir banyak yang mengalami luka-luka
dan menewaskan 1 orang pemuda yaitu Albiner Sitanggang tanggal 31 Januari 1994. Terbunuhnya Albiner Sitanggang karena sejak 23 Oktober 1993 sd akhir Januari
1994 berusaha memberikan penjelasan pada keluarga dan penduduk Nagatimbul Pangururan Samosir agar tidak ikut-ikutan masuk barisan dan rencana jahat SSA.
66
Melihat peristiwa ini sebagian jemaat pindah dan bergereja di gereja lain seperti Katholik, gereja Pentakosta, dan GKPI. Mereka memandang bahwa tidak ada
kenyamanan untuk beribadah. Perpindahan jemaat ini mengakibatkan banyak jemaat Berdasarkan pengakuan dari Jumagar Simbolon, pada saat itu masih berumur
21, pemuda-pemudi Samosir yang berpihak dengan SSA berkumpul dan berangkan melakukan orasi ke Pearaja Tarutung kantor Pusat HKBP untuk menolak Hasil SAI
Tiara. Dalam menuju Pearaja mereka mendapat perlawanan dari pihak SAI Tiara dimana pihak SAI Tiara terlebih dahulu menduduki kantor pusat HKBP, mereka
dilempari dengan batu dari atas jalan menuju kantor pusat HKBP sehingga dalam orasi tersebut banyak yang luka parah dan ringan.
66
Immanuel. No. 31994. hlm. 75.
Universitas Sumatera Utara
HKBP berkurang. Dan sebagian lagi memilih untuk apatis terhadap masalah HKBP dan tidak bergereja sama sekali selama konflik HKBP karena menganggap didalam
gereja banyak orang telah dirasuki oleh nafsu duniawi.
67
4.4. Pengaruh Terhadap Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak