HKBP 1986-1992 pun telah berakhir November 1992, setelah sinode gagal membentuk pengurus baru. Konflik antar kelompok dalam HKBP pun dinilai telah
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Atas dasar itu, Mayjen. Pramono menunjuk Pdt Dr SM Siahaan menjadi pejabat ephorus, menggantikan Nababan
bedasarkan surat keputusan No, Skep3StadaXII1992 tanggal 23 Desember 1992.
53
3.3. Adanya Pandangan Bahwa Konflik Dalam Tubuh HKBP Karena Faktor Budaya
Sebelum pelantikan Pdt Dr SM Siahaan, memang ada usaha dari Nababan, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia PGI Sularso Sopater, dan Sekretarisnya J.
M. Patiasina menemui Menteri Agama Munawir Sjadzali. Mereka menyatakan keberatan atas keputusan Bakorstanasda itu. Sehari sebelumnya, PGI juga mengirim
surat ke Panglima ABRI dan meminta agar membatalkan keputusan yang ditandatangani Mayjen Pramono dan jawaban belum ada, tapi Siahaan telah dilantik.
Dalam budaya Batak ada prinsip kehidupan orang Batak terdapat 3 tiga H yaitu Hasangapon, Hagabeon, dan Hamuliaon Kehormatan, Kemakmuran, dan
Kemuliaan yang menjadi semboyan yang diciptakan dan dijalan organ Batak sendiri. Konsep ideologi ini merupakan untuk mencapai tarap hidup yang lebih baik dari
sebelumnya. Antusias orang Batak untuk mencapai semboyan tiga H sering mengarah dalam kebutuhan materi daripada spritualisme yang mendukung fenomena landasan
terjadinya konflik.
53
Lihat Kompas, tanggal 12 januari 1993
Universitas Sumatera Utara
Dalam kehidupan orang batak dalam konteks kristiani, konsep ini sangat mempengaruhi dalam berbagai kepentingan untuk mencapai sesuatu hal. Dalam
tubuh HKBP mayoritas orang Batak, sehingga kebiasaan dalam dalam kehidupan yang membuat mereka eksis akan dipertahankan dalam untuk mencapai cita-cita.
Dalam konflik HKBP yang sering terjadi pada saat periodesasi kepemimpinan, dalam proses kepemilihan adanya orang atau kelompok yang tidak setuju pada pemimpin
yang terpilih saehingga menuai perdebatan yang berujung pada konflik terbuka. Dalam ideologi tiga H mengandung unsur untuk mencapai tarap hidup yang
lebih makmur, akan tetapi banyak orang Batak ideologi dipakai untuk mencari kebutuhan materi dan konflik HKBP ideologi dimaknakan menjadi mencari
kekuasaan untuk menjadikan diri menjadi yang lebih kuat dan berkuasa. Sehingga pola makna dari ideologi ini menjadi tercemar dimana yang seharusnya mecapai tarap
hidup yang ideal. Konflik yang terjadi pada tahun 1962 dan 1988 adalah karena adanya
penempatan pendeta dan pemutasian yang dilakukan secara geneologisemarga. Kasus ini merupakan suatu tindakan yang tidak secara konsisten dalam
keorganisasian yang mempunyai anggaran dasar sebagai acuan untuk membentuk dan mengembangkan penatalayanan dalam tubuh organisasi gereja. Pemutasian dan
penempatan yang dilakukan secara geneologi semarga adalah suatu nepotisme yang terkandung dalam diri seorang pemimpin, yang mengarah pada budaya Batak.
Terjadinnya konflik dalam tubuh HKBP yang sudah beberapa kali terjadi merupakan suatu konflik naturalistik organistik yaitu, konflik yang berakar pada
hubungan primer, keterlibatan emosional, solidaritas yang dalam konteks Batak
Universitas Sumatera Utara
berakar pada marga, dan perkawinan di dalam ikatan Dalihan Na tolu somba marhula-hula, elek marboru, dan manat mardongan tubu.
54
1. Makin besar keterlibatan emosional, solidaritas, dan harmoni diantara masing-
masing kelompok yang terlibat dalam satu konflik maka semakin intens konflik terjadi.
Konflik naturalistik organistik pada dasarnya mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
2. Jika konflik bukan dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan tapi sudah
menjadi tujuan sendiri maka makin intens konflik terjadi. 3.
Jika konflik dipandan oleh mereka yang terlibat dalam konflik sebagai tandensi tujuan itu sendiri dan kepentingan individual, makin intens konflik itu terjadi.
54
Gereja Di Pentas Politik, Yakoma PGI, Jakarta, 1997. Op.cit., Hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENGARUH KONFLIK HKBP TERHADAP JEMAAT DI SAMOSIR