Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI

Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh :

Fitri Handayani Purnama Syari, S.Kep

071101037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

Fitri Handayani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Praktek belajar lapangan komprehensif merupakan suatu praktek pembelajaran pada mahasiswa yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan teori dan konsep yang didapat selama pendidikan. Kegiatan praktek belajar lapangan komprehensif (PBLK) Komunitas dilakukan selama 4 minggu di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor mulai tanggal11Juni 2012 sampai dengan 7 Juli 2012. Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 13 Juni 2012 diperoleh bahwa masyarakat di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang diet diabetes mellitus. Salah satu kasus pada masyarakat saat ini adalah diabetes mellitus yang merupakan kasus yang sangat meningkat dikalangan masyarakat. Praktikan mengangkat kasus diabetes mellitus untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit diabetes mellitus.

Promosi kesehatan adalah sebuah program yang sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Promosi kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya pola hidup atau kebiasaan hidup sehat sehingga diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang sehat. Adapun rumusan masalah yang ditemukan di masyarakat khususnya di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor terhadap pengelolaan asuhan keperawatanya itu masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diet diabetes dan cara mengatur pola makan yang seimbang pada penderita diabetes mellitus. Praktikan telah melakukan implementasi kepada masyarakat di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.


(4)

Management Of Service And Nursing Care Clients Trough Health Promotion Efforts In Patients With Diabetes Mellitus In Lingkungan XI KelurahanGedung Johor Kecamatan Medan Johor

FitriHandayani

Program StudiPendidikanNersTahapProfesiFkep USU

ABSTRAK:

Practice is a comprehensive field study of learning practices that are beneficial to students to enhance skills and apply theory and concepts acquired during the education. Practice activities of a comprehensive field study (PBLK) Community conducted for 4 weeks at the Village House XI Environment Johor Johor Medan District began on June 11, 2012 until July 7, 2012. Based on observations and interviews on June 13, 2012 found that people in the Village Building Environment XI Johor Johor Medan District has a low level of knowledge about diabetes mellitus diet. One case in today's society is diabetes mellitus which is the case are greatly increased among the public. Raised the case of diabetes mellitus Praktikan to provide nursing care to clients with diabetes mellitus.

Health promotion is a very important program in an effort to improve the health of the people of Indonesia. Provide health promotion knowledge to the community of the importance of lifestyle or health habits that will hopefully change attitudes and behavior to healthy behavior. The formulation of the problems found in society, especially in the Environmental XI Field Village District Johor Johor Building on the management of nursing care is still a lack of public knowledge about diabetes diet and how to set up a balanced diet in patients with diabetes mellitus. Praktikan have been implemented to the public in the Environmental XI Field Village District Johor Johor House.

Key Words:


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah, ridha dan pertolonganNya yang telah menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan KlienMelalui Upaya Promosi Kesehatan pada Klien dengan Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor”.

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan Pendidikan Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,MNS, sebagai dosen pembimbing PBLK yang senantiasa memberikan waktu untuk memberi saran yang berharga, motivasi dan membimbing dengan sepenuh hati sehingga laporan PBLK ini dapat selesai pada waktunya serta kepadaIbu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai koordinator PBLK dan seluruh staf pengajar beserta staf administrasi Fakultas Keperawatan USU.


(6)

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Lingkungan XI yang bersedia menjadi membantu penulis selama praktik di Lingkungan XI. Rasa terima kasih dan hormat yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak Imron dan Ibu Rosnah, juga kepada adik (Rica Lestari) yang memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dan semangat kepada Misdarina dan teman-teman seperjuangan saat mengikuti Profesi Ners yaitu Dirayati, Meli, Rahmi, Dewi Lubis, Elisabeth serta semua teman-teman seperjuangan yang tidak dapat ditulis satu persatu. Kenangan bersama kalian tak akan terlupakan.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis tidak menutup diri dari saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menjadi masukan dan pengembangan ilmu keperawatan kedepan.

Medan, Juli 2012


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... xi

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. ... L atar Belakang ... 1

B. ... T ujuan Penulisan ... 5

C. ... M anfaat Penulisan ... 5

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. KONSEP DASAR ... 6

1. Konsep Keperawatan Komunitas ... 8

2. Peran Perawat Komunitas ... 17


(8)

B. ANALISA LINGKUNGAN KOMUNITAS ... 29 1. ... P

engkajian ... 30 2. ... A

nalisa Situasi ... 30 3. ... R

umusan Masalah ... 31 4. ... R

encana Penyelesaian Masalah ... 31 5. ... I

mplementasi ... 31 C. PEMBAHASAN ... 32 BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. LANDASAN TEORI ... 33 1. Konsep Pengetahuan ... 33

1. ... P erilaku ... 35 2. ... P

raktek Atau Tindakan ... 37 3. ... S

ikap... 39 2. Konsep Diabetes Mellitus ... 40


(9)

1. ... D efenisi Diabetes Mellitus ... 40 2. ... A

natomi Fisiologi ... 42 3. ... E

tiologi ... 44 4. ... P

atofisiologi ... 45 5. ... M

anifestasi Klinis ... 47 6. ... K

riteriaDiagnosis DM ... 48 7. ... F

aktor – Faktor Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus ... 49 8. ... K

omplikasi Diabetes Mellitus ... 51 3. Diet Diabetes Mellitus ... 52 1. ... P

enatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 52 2. ... P

enatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus ... 60 1. ... J


(10)

2. ... J enis Makanan ... 66 3. ... J

adwal Makan ... 72 B. TINJAUAN KASUS ... 76

1. ... P engkajian ... 76 2. ... D

iagnosa Keperawatan ... 83 3. ... I

ntervensi Keperawatan ... 83 4. ... I

mplementasi Dan Evaluasi Keperawatan ... 88 5. ... R

ingkasan Keperawatan Klien Setelah Implementasi ... 89 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 93 1. ... P

engelolaan Manajemen Asuhan Keperawatan ... 93 a. ... M

anajemen Asuhan Keperawatan Berkelompok ... 93 b. ... M


(11)

2. ... P

engelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

DAFTAR TABEL Halaman 1. Tingkat Kegiatan Sehari-Hari Untuk Kalori ... 61

2. Kebutuhan Kalori Pada Pasien Diabetes Mellitus ... 63

3. Jumlah Total Zat Makanan Yang di Konsumsi ... 65

4. Bahan Makanan Penukar Karbohidrat ... 67

5. Bahan Makanan Penukar Protein Hewani ... 68

6. Bahan Makanan Penukar Protein Nabati ... 69

7. Bahan Makanan Penukar Sayuran ... 70

8. Bahan Makanan Penukar Buah ... 70

9. Bahan Makanan Penukar Susu ... 71

10.Bahan Makanan Penukar Minyak ... 72


(12)

12.Contoh Penyusunan Menu ... 74 13.Analisa Data ... 82

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema1: Contemporary Nursing Care Model ... 9


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. POA

2. Satuan Acara Penyuluhan 3. Leaflet dan Booklet


(14)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

Fitri Handayani

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fkep USU

ABSTRAK:

Praktek belajar lapangan komprehensif merupakan suatu praktek pembelajaran pada mahasiswa yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan teori dan konsep yang didapat selama pendidikan. Kegiatan praktek belajar lapangan komprehensif (PBLK) Komunitas dilakukan selama 4 minggu di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor mulai tanggal11Juni 2012 sampai dengan 7 Juli 2012. Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 13 Juni 2012 diperoleh bahwa masyarakat di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang diet diabetes mellitus. Salah satu kasus pada masyarakat saat ini adalah diabetes mellitus yang merupakan kasus yang sangat meningkat dikalangan masyarakat. Praktikan mengangkat kasus diabetes mellitus untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit diabetes mellitus.

Promosi kesehatan adalah sebuah program yang sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Promosi kesehatan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya pola hidup atau kebiasaan hidup sehat sehingga diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku masyarakat menjadi perilaku yang sehat. Adapun rumusan masalah yang ditemukan di masyarakat khususnya di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor terhadap pengelolaan asuhan keperawatanya itu masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diet diabetes dan cara mengatur pola makan yang seimbang pada penderita diabetes mellitus. Praktikan telah melakukan implementasi kepada masyarakat di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.


(15)

Management Of Service And Nursing Care Clients Trough Health Promotion Efforts In Patients With Diabetes Mellitus In Lingkungan XI KelurahanGedung Johor Kecamatan Medan Johor

FitriHandayani

Program StudiPendidikanNersTahapProfesiFkep USU

ABSTRAK:

Practice is a comprehensive field study of learning practices that are beneficial to students to enhance skills and apply theory and concepts acquired during the education. Practice activities of a comprehensive field study (PBLK) Community conducted for 4 weeks at the Village House XI Environment Johor Johor Medan District began on June 11, 2012 until July 7, 2012. Based on observations and interviews on June 13, 2012 found that people in the Village Building Environment XI Johor Johor Medan District has a low level of knowledge about diabetes mellitus diet. One case in today's society is diabetes mellitus which is the case are greatly increased among the public. Raised the case of diabetes mellitus Praktikan to provide nursing care to clients with diabetes mellitus.

Health promotion is a very important program in an effort to improve the health of the people of Indonesia. Provide health promotion knowledge to the community of the importance of lifestyle or health habits that will hopefully change attitudes and behavior to healthy behavior. The formulation of the problems found in society, especially in the Environmental XI Field Village District Johor Johor Building on the management of nursing care is still a lack of public knowledge about diabetes diet and how to set up a balanced diet in patients with diabetes mellitus. Praktikan have been implemented to the public in the Environmental XI Field Village District Johor Johor House.

Key Words:


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu penyakit di negara berkembang terjadi akibat meningkatnya kemakmuran suatu negara yang bersangkutan. Tingginya pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain-lain (Suyono, 2007).

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar gula darah yang tinggi (Waspadji, 2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Soegondo (2007), DM adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin.DM merupakan salah satu penyakit


(17)

degenerative yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang dianggap bertanggung jawab terhadap peningkatan ini adalah gaya hidup yang kurang sehat, kurang aktivitas dan stress (Subekti, 2007). Pengelolaan yang tidak baik pada DM dapat mengakibatkan terjadinya penyakit menahun, seperti penyakit serebro-vaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf (Waspadji, 2007).

World Health Organization (WHO) memprediksikan, pada tahun yang akan datang terjadi peningkatan jumlah pasien DM. Di Indonesia, kenaikan jumlah pasien , pada tahun 2000-2030 berkisar dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta. Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) memperkirakan penduduk Indonesia yang memiliki usia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM di daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat pasien diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban 14,7% dan rural 7,2% (Perkeni, 2006).

Peningkatan prevalensi DM menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. Pencegahan DM adalah dengan mengupayakan kadar gula darah dalam tubuh menjadi normal. Upaya untuk menurunkan kadar gula darah yaitu melalui empat pilar penatalaksanaan DM seperti edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan terapi farmakologi (Waspadji, 2007).


(18)

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan prilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya (Waspadji, 2007). Perencanaan makan pada pasien DM ialah makan sesuai kebutuhan kalori dan teratur dalam jumlah, jenis dan jadwal makan.Makanan yang dianjurkan adalah makanan porsi kecil, sedangkan makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi.Latihan jasmani juga sangat berperan dalam mengontrol gula darah. Otot yang aktif kurang memerlukan insulin unuk memasukkan glukosa ke dalam sel, karena pada otot yang aktif lebih sensitive terhadap insulin sehingga kadargula darah menurun. Obat-obatan juga dapat membantu menurunkan kadar gula darah seperti obat yang berkhasiat hipoglemik. (Subekti,2007). Pemantauan kadar gula darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk menentukan diagnosa penyakit DM. Pemantauan kadar gula darah dapat dilakukan secara mandiri, sehingga pasien diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar gula darah secara optimal (Smeltzer dan Bare, 2002).

Basuki (2007) mengatakan bahwa, penderita DM yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian mengubah perilakunya, dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama. Penelitian tentang perilaku dari Rogers yang dikutip kembali oleh Notoatmojo (2004) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku


(19)

yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif, perilaku tersebut akan berlangsung langgeng. Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga, semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti pula bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji , 2007).

Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa orang yang mengalami penyakit diabetes mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor, ditemukan bahwa, pengetahuan masyarakat tentang diabetes mellitus dan pengaturan pola diit diabetes mellitus sangat rendah, itu dikarenakan kurangnya informasi yang mereka dapatkan. Berdasarkan hal di atas, penulis sangat tertarik untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai diit diabetes mellitus pada Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dengan anggota keluarga diabetes mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor dimulai dari tanggal 11 Juni 2012 s/d 7 Juli 2012 sebagai suatu praktik pembelajaran pada penulis yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan teori dan konsep yang telah didapat dari proses belajar mengajar di pendidikan. Pengelolaan pelayanan keperawatan yang dapat diberikan yakni pendidikan kesehatan tentang diit diabetes mellitus sehingga klien dapat mempertahankan kestabilan gula darah. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan sebagai upaya promosi kesehatan bagi pasien hipertensi adalah penyuluhan kesehatan, memberikan booklet dan leaflet, pengaturan menu, dan pengukuran gula darah.


(20)

B. Tujuan Penulisan 1. Perilaku

Membantu klien diabetes mellitus untuk mengubah perilakunya dalam pengolalaan diit dan pengaturan pola makannya.

2. Sikap

Membantu klien dengan diabetes mellitus dalam bersikap positif dalam menjalani hidupnya.

3. Keterampilan

Membantu klien dengan diabetes mellitus untuk meningkatkan keterampilannya dalam mengatur diit, dan membantu meningkatkan keterampilan dalam melakukan perawatan dengan atau tanpa luka.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan praktek belajar lapangan komprehensif ini adalah:

1. Meningkatkan pelayanan yang komprehensif terhadap pasien yang mengalami Diabetes Mellitus.

2. Membuka wawasan perawat tentang cara pemberian pelayanan komprehensif terhadap pasien Diabetes Mellitus terhadap pemberian pendidikan kesehatan tentang diit dan pola makan yang seimbang pada penderita Diabetes Mellitus.

3. Menjadi rekomendasi agar ditambahkan dalam pendidikan keperawatan sehingga menjadi informasi tambahan dan menambah ilmu pengetahuan, khususnya bagi dunia keperawatan.


(21)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR

Pelayanan Kesehatan Utama atau Primary Health Care yang dideklarasikan di Alma Ata tahun 1978 memiliki kesepakatan global untuk mencapai kesehatan bagi semua tahun 2010 (Health for All 2010) dengan sasaran utama adalah tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination) (Mubarak dan Cahyatin, 2009).


(22)

Definisi lain mengatakan pelayanan kesehatan utama adalah pelayanan kesehatan yang esensial yang berdasarkan pada metode teknologi yang praktis secara umum dapat dijangkau individu dan keluarga dalam masyarakat melalui peran serta penuh dari mereka dan dengan beban biaya yang dapat dipikul oleh masyarakat dan negara dalam suasana kepercayaan atas kemampuan sendiri dan menentukan nasib sendiri (Freeman & Henrich, 1992).

Sasaran pelayanan kesehatan Utama adalah individu, keluarga atau kelompok dan masyarakat dengan focus upaya kesehatan primer, sekunder, dan tersier.strategi Pelayanan Kesehatan Utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Dengan demikian diharapkan yang tadinya tidak mau, tidak tahu dan tidak mampu akan mendiri dalam menangani masalah kesehatannya sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat tercapai.

Tujuan Primary Healt Care (PCH) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum yaitu: mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.

2. Tujuan Khusus yaitu:

a.Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai b.Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani

c.Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani


(23)

d.Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Prinsip dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Utama berorientasi pada distribusi pelayanan kesehatan yang merata dengan melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna yaitu menggunakan sarana dan fasilitas yang ada didalam masyarakat itu sendiri berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral. Ada delapan unsur utama Pelayanan Kesehatan Utama yaitu : 1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan panyakit

serta pengendaliannya.

2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi 3. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Dasar

4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB

5. Imunisasi terhadap Penyakit – penyakit Infeksi Utama 6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Endemik Setempat 7. Pengobatan Penyakit Umum dan Ruda Paksa

8. Penyediaan Obat – obat Esensial

1. Konsep Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.Model praktek keperawatan kesehatan komunitas


(24)

dimodifikasi sesuai dengan model yang terkait dengan kesehatan masyarakat.Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Comtemporary Nursing Center (Barger, 1995) yang menekankan pada pendekatan sistem unutk mengatasi masalah kesehatan.

Purpose of the nurse center Community Community

Community

input in center Client-centered Community

evaluation of the center

Client

Community

Community Improved community

estexem,


(25)

Skema 1: Contemporary Nursing Center Model

Model temporary Nursing Center tersebut akan ditetapkan perawan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan (lingkaran ke-3) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Advanced Practice Nurse (APNs)

Perawat dengan pendidikan tambahan unutk memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas (perawat pelaksana/perawat bidan, perawat spesialis, APNs)

2. Community Health Nurse

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan health promotion di komunitas yang melakaukan perencanaan, implementasi, evaluasi dan home visite sesuai dengan kebutuhan (kelompok khusus)

3. Nurse Executive

Perawat yang menjalankan fungsi manajemen yaitu perencanaan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperwatan sesuai dengan kebutuhan komunitas. Perawat ini memiliki pendidikan tambahan dibidang manajemen dan kepemimpinan

4. Clinical Nurse

Peran perawat tersebut akan menentukan jenis pelayanan keperwatan yang akan diberikan kepada masyarakat (lingkaran ke-4), misalnya: APNs di


(26)

Nursing Center melakukan Pelayanan Kesehatan Utama dan Community Health Nursing akan melakukan home visite. Tetapi secara umum perawat juga harus dapat merumuskan diagnosa keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, meningkatkan derajat kesehatan dan mengoptimalkan fungsi kesehatan masyarakat.

Sedangkan pada lingkaran yang paling dalam menunjukkan inti dari pelayanan keperawatan berorientasi pada klien dimana Nursing Centerakanmemberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien (individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat). Fokus pelayanan keperawatan tidak hanya pada satu masalah yang spesifik teteapi lebih pada keperawatan yang komprenensif sehingga pelayanan yang diberikan dapat diketahui melalui umpan balik dari klien atau evaluasi dari Nursing Center

sendiri terhadap pelayanan yang diberikannya.

Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang yang membentuk masyarakat (Anderson, 1988) yaitu individu, keluarga, dan masyarakat.

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan (missal : ISPA, penyakit kulit, diare, DBD) yang dijumpai di puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan secara individu.


(27)

Sasaran kegiatan adalah anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengguanakan pendekatan proses keperawatan keluarga serta menilai sejauhmana telah tercapainya tugas kesehatan keluarga berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan

2) Mengambil keputusan untuk mengatsi masalah kesehatan tersebut 3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga

4) Menciptakan lingkungan yang sehat

5) Memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan (Mubarak, 2005).

d. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu dan keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas.Asuhan keperawatan ini diberikan pada kelompok beresiko atau diwilayah binaan di masyarakat. Pada tingkat komunitas asuhan keperawatan diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien, dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek, pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier melalui proses individu,


(28)

kelompok dan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dan bekerjasama merupakan upaya untuk meningkatkan motivasi peran serta masyarakat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu :

1. Pencegahan Primer

Pencegahan dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit dan diaplikasikan kepada populasi yang sehat pada umumnya.Pencegahan primer ini mencakup identifikasi faktor-faktor terjadinya penyakit, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup kegiatan peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit seperti simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga, asuhan anak dan balita, imunisasi, penyuluhan gizi dan balita, penyuluhan pencegahan terhadap kecelakaan, asuhan prenatal, pelayanan KB, perlindungan gigi dan lain-lain.


(29)

Adalah intervensi atau kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosaa dini, intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau tingkat keseriusan penyakit, contohnya mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk gigi dan mata pada balita.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersierpada tingkat pencegahan ini adalah mempertahankan kesehatan setelah terjadinya gangguan beberapa system tubuh, yaitu pada saat-saat atau terjadii ketidakmampuan sampai stabil atau menetap dan tidak dapat diperbaiki (irreversible). Rehabilitasi sebagai tujuan, pencegahan tersiertidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya tetapi juga mengembalikan individu kepada tingkat fungsi yang optimal dari ketidakmampuannya, contoh perawat mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan latihan nafas dalam, mengajarkan batuk efektif.

Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat. 1. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


(30)

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. 2. Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action).

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Tahap persiapan

Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b. Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan. c. Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.


(31)

Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

e. Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat

f. Tahap akhir

Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

2. Peran Perawat Komunitas

Peranan yang dapat dilakukan perawat komunitas diantaranya adalah: a. Penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).


(32)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 1997).

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).

c. Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).


(33)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997).Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997).


(34)

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997). g. Perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 1997).

h. Pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997). i.Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota


(35)

tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).

j.Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher)


(36)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).

3. Proses Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok masyarakat resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin, dan tidak terjangkau pelayanan kesehatan), upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan aspek pengobatan dan rehabilitasi.Pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dijangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan.

Keperawatan komunitas pada akhirnya bertujuan untuk kemandirian masyarakat dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan yang ada, dimana dilakukan dengan tindakan yang berkelanjutan dan menggunakan metode keperawatan dalam hal ini proses keperawatan yang dilakukan melalui lima tahapan sebagai berkut


(37)

Langkah awal pada fase pengkajian keperawatan komunitas adalah pengumpulan data aktual yang relevan, memunculkan data yang hilang dan interpretasi dasar.Tujuan utama dari pengumpulan data ini untuk dapat mendapatkan informasi yang bermanfaat tentang komunitas dan kesehatannya.

a. Pengumpulan/penghimpunan data

Data dikumpulkan dengan cara interview, koesioner dan suvey. Biasanya data ini menggambarkan demograpi seperti : umur, jenis kelamin, sosio ekonomi dan distribusi suku ; statistik vital yang meliputi : data morbilitas dan mortalitas, institusi komunitas meliputi pelayanan kesehatan dan jenis pelayanan yang disediakan; karateristik kesehatan penduduk

b. Pemunculan data

Ini merupakan proses penggabungan data yang tidak tersedia secara aktual melalui interaksi dengan anggota komunitas atau kelompok komunitas. Data ini meliputi: pengetahuan dan kepercayaan komunitas, nilai dan sentimen, tujuan dan persepsi, norma, proses pemecahan masalah dan struktur kepemimpinan atau orang yang berpengaruh. Data ini didapat melalui interview dan observasi dan merupakan data kualitatif.

c. Penggabungan data dasar

Ini dibuat dengan mengkombinasikan pengumpulan dan pemunculan data, kemudian data diinterpretasikan.


(38)

2. Diagnosa keperawatan komunitas

Aktivitas pengkajian dan pembuatan penggabungan data dasar akan menghasilkan identifikasi masalah-masalah keperawatan komunitas. Masing-masing masalah perlu untuk diidentifikasi secara jelas dan dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan komuniatas.

Diagnosa keperawatan komunitas mengandung komponen utama yaitu : a. Problem : yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal seharusnay terjadi.

b. Etiologi : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan. c. Sign/Simptom

3. Perencanaan keperawatan komunitas

Fase perencanaan mencakup analisa masalah pada diagnosa keperawatan dan pembuatan prioritas, pembuatan tujuan dan sasaran, dan pengidentifikasian aktifitas intervensi yang akan menyelesaikan tujuan.

a. Analisa masalah/data

Analisa masalah/data yaitu kemampuan untuk mengkaitkan data atau menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan/masalah yang di hadapi oleh masyarakat.Apakah itu masalah keperawatan/masalah kesehatan yang dihadapai oleh masyarakat.Pembuatan analisa masalah membutuhkan kerjasama dari perawat, orang-orang yang ahli dengan masalah


(39)

kesehatan/masyarakat, organisasi-organisasi yang mampu membantu melaksanakan intervensi dan perwakilan dari komunitas.

b. Prioritas masalah

Masing-masing masalah kesehatan/keperawatan diidentifikasi sebagai bagian dari penilaian proses yang harus ditentukan proses ranking. Dalam proses ranking masalah dievaluasi dan diprioritaskan dimana sebelumnya disusun kriteria disebut penyusunan prioritas masalah.

Prioritas masalah diabmbil dengan mempertimbangkan keterlibatan anggota masyarakat, sustansi yang tepat, para administrator dan sumber-sumber pengontrol. Kriteria prioritas masalah :

1) Kesadaran masyarakat terhadap masalah

2) Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah

3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi pemecahan masalah 4) Kemampuan yang sesuai untuk pemecahan masalah

5) Seberapa berat akibat jika masalah tidak diatasi 6) Kecepatan masalah yang dapat dicapai

c. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil

Tujuan adalah pernyataan umum dari hasil yang ingin dicapai.Kriteria hasil adalah pernyataan yang tetap dari hasil yang ingin dicapai.Penetapan tujuan dan kriteria hasil harus mencakup kolaborasi


(40)

antara keperawatan dan prilaku masyarakat yang sesuai dengan masalah dan tujuan intervensi.

d. Mengidentifikasi rencana intervensi

Ini diartikasn sebagai cara pencapaian, strategi dalam mencapai kriteria hasil, cara yang akan merubah prilaku dan cara untuk memecahkan masalah.

Langkah-langkah dalam rencana intervensi keperawatan komunitas : 1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan

2) Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan

3) Libatkan peran serta masyarakat dalam menyususn perencanaan 4) Pertimbangan sumber daya masayarakat dan fasilitas yang tersedia 5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan

yang sangat dirasakan masyarakat. 6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai 7) Tindakan harus bersifat realistis

8) Disusun secara berurutan 4. Implementasi keperawatan komunitas

Implementasi merupakan fase keempat dari proses keperawatan meliput: aktifitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Implementasi dibentuk oleh peran yang dipilih oleh perawat, tipe masalah kesehatan yang dipilih sebagai fokus, intervensi, kesiapan komunitas untuk berpartisipasi dala resolusi masalah dan karateristik proses perubahan sosial.


(41)

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :

a. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).

b. Terintegrasi

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).

d. Mampu dan mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2005).

e. Optimis

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan


(42)

keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).

5. Evaluasi keperawatan komunitas

Secara sederhana, evaluasi digambarkan sebagai penilaian efek beberapa program/aktifitas yang terorganisir. Evaluasi dapat melibatkan desain dan mengarahkan riset evaluasi dimana metode riset ilmu sosial digunakan untuk menentukan efektifitas program, efesiensi, keadekuatan, kelayakan dan konsekuansi yang tidak diharapkan.

Proses evaluasi sebenarnya dimuali pada fase perencanaan, ketika tujuan dan sasaran dibuat dan tindakan pencapaian tujuan teridentifikasi. Setelah mengimplementasikan tindakan pemenuhan tujuan dan efek tindakan intervensi harus di kaji.

Proses evaluasi diorientasikan menuju kesehatan komunitas karena tujuan dan sasaran intervensi berasal dari konsep kesehatan oleh komunitas dan perawat. Dengan evaluasi seluruh proses terbuka untuk renegosiasi untuk mencapai kesehatan komunitas.

Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi : masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil (output). Fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :


(43)

b. Perkembangan atau kemajuan proses, apakah sesuai dengan rencana, dengan peran serta stad atau pelaksanaan tindakan serta fasilitas dan jumlah peserta

c. Efisiensi biaya : bagaimana pencaharian sumber daya dan sumber dana serta apa keuntungan program

d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien maupun masyarakat merasa puas

e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam enam bulan atau setahun.

B. ANALISA LINGKUNGAN KOMUNITAS

Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor terbagi dalam 13 lingkungan yang masing-masing dikepalai oleh Kepala Lingkungan (Kepling). Di dalam kelurahan ini juga terdapat satu buah Puskesmas Pembantu Gedung Johor. Sebagai wilayah Praktik Belajar Lapangan Komprehensif, lingkungan XI ini dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Di Lingkungan XI memiliki 429 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk di lingkungan XI adalah sebanyak 2166 jiwa.Secara umum didapatkan gambaran wilayah lingkungan XI sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Mansyur Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Namorambe


(44)

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Kuala Bekala 1. Pengkajian

Dalam penulisan praktik belajar lapangan komprehensif ini, masyarakat yang menjadi klien dalam penulisan ini sebanyak 3 orang masing-masing warga yang bertempat tinggal di Lingkungan XI Kelurahan gedung johor.Ke 3 orang yang menjadi klien dalam penulisan ini mengalami diabetes mellitus yang sudah cukup lama lebih kurang sekitar 6 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil dari wawancara praktikan kepada 3 orang klien tersebut didapatkan bahwa, masih rendahnya pengetahuan 3 orang klien tersebut mengenai penyakit diabetes mellitus yang dialaminya dan pengetahuan klien akan diet diabetes mellitus juga masih rendah ini dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan oleh klien dari petugas kesehatan.

2. Analisa Situasi

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan analisa situasi yaitu tingkat pendidikan klien yang cukup rendah dan pengetahuan klien tentang diabetes mellitus cukup rendah dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan klien dari petugas kesehatan, sehingga klien tidak mengetahui tentang informasi tentang penyakitnya. Kurangnya informasi kepada klien tentang diabetes mellitus dan diet bagi penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan timbulnya beberapa masalah penyakit lain dari penyakit diabetes mellitus yang dialami klien.


(45)

Rumusan masalah yang didapat dari pengkajian dan analisa situasi adalah masih rendahnya tingkat pengetahuan klien terhadap penyakit diabetes mellitus yang dialami klien, serta kurangnya pengetahuan klien tentang diet diabetes mellitus dan cara pengendalian gula darah agar tetap dalam keadaan stabil.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

Rencana penyelesaian masalah yang akan dilakukan berdasarkan pengkajian, analisa situasi, dan rumusan masalah yang didapatkan yaitu, klien harus mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap mengenai diabetes mellitus dan diet diabetes mellitus melalui pendidikan kesehatan agar meningkatnya pengetahuan klien tentang penyakitnya dan klien dapat hidup sehat dengan menjaga dietnya.

5. Implementasi

Implementasi yang akan diberikan kepada klien berupa pendidikan kesehatan mengenai diabetes mellitus, perilaku hidup sehat penderita diabetes mellitus, dan diet diabetes mellitus. Metode yang digunakan pada implementasi ini berupa leaflet dan booklet tentang diet diabetes mellitus. Praktikan juga akan mengajarkan kepada klien cara menyusun menu yang tepat dan seimbang sesuai berat badan klien. Setelah dilakukan implementasi praktikan akan melakukan evaluasi kepada klien mengenai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya dan mengevaluasi kestabilan kadar gula darah klien.


(46)

C. PEMBAHASAN

Pengelolaan asuhan keperawatan dilakukan dengan mengambil kasus kelolaan di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, dimana kasus yang dikelola adalah klien yang menderita diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa yang melakukan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK), pengetahuan klien tentang diabetes mellitus dan cara pengaturan pola makan seimbang, dan diet diabetes mellitus pada klien cukup rendah, klien tidak mengatur pola makan dan menjaga keseimbangan gula darah yang optimal, klien juga memakan makanan yang disukainya tanpa batasan..

Berdasarkan pengelolaan kasus yang akan dilakukan pada 3 orang klien yang mengalami diabetes mellitus maka dilakukanlah asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan memberikan pendidikan kesehatan klien tentang diabetes mellitus, diet diabetes mellitus, serta cara pengaturan pola makan yang seimbang pada penderita diabetes. Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan in yaitu untuk meningkatkan pengetahuan klien tentanga penyakitnya dan meningkatkan derajat kesehatan klien. Metode pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien berupa leaflet dan booklet yang berisi tentang diet dan cara mengatur pola makan bagi penderita diabetes.


(47)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori 1. Konsep Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang


(48)

mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadimelalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatdmojo (2003) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima contoh menyebutkan cara untuk mengendalikan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus.

2. Memahami (Comperehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari contoh : dapat menjelaskan mengapa harus bisa mengendalikan kadar glukosa darah.


(49)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahaun yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.


(50)

Perilaku merupakan suatu respon seseorang (organisme) terhadapstimulus atau rangsangan dari luar.Green (1991) dikutip dalam Notoatmodjo (2003) menganalisa perilakumanusia dari tingkat kesehatan dikatakn bahwa kesehatan seseorang ataumasyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku (behaviorcourse) dan faktor non perilaku (non behavior course).

Perilaku dipengaruhioleh tiga faktor yaitu : a. Faktor dasar atau predisposisi (predisposing faktor)

Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan,keyakinan, nilai-nilai sosial dan unsure-unsur lain yang terdapat dalam diriindividu, masyarakat dan faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin).

b. Faktor pemungkin (Enabling faktor)

Yaitu faktor yang memungkinkan perilaku, faktor ini meliputi ketersediaanfasilitas pelayanan kesehatan, ketercapaian sarana dan ketrampilan sarandan ketersediaan waktu.

c. Faktor penguat (Reinforcing faktor)

Yaitu faktor yang memperkuat atau mendorong terjadinya suatu perilaku.Tujuan dari perubahan perilaku adalah agar diabetesi dapat menjalanipola hidup sehat, perilaku yang diharapkan adalah (PERKENI, 2006).

a) Mengikuti pola makan sehat b) Meningkatkan kegiatan jasmani

c) Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur


(51)

d) Melakukan pemantaun Glukosa Darah Mandiri (PDGM) dan manfaat data yang ada

e) Melakukan perawatan kaki secara berkala

f) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat.

g) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Pencegahan diabetes melitus diantaranya (DINAS KESEHATANPROPINSI JAWA TENGAH, 2008):

1. Pencegahan primer

Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Halini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi padaorang atau populasiyang rentan dilakukan sebelum timbul tanda-tanda

klinis dengan cara:Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbangdisesuaikan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh dengan menghindarimakanan yang mengandung tinggi lemak karena dapat menyebabkanpenyusutan konsumsi energi.

2. Pencegahan sekunder

a) Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah


(52)

b) Hal ini dapat dilakukan dengan skrening untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama individu atau populasi

c) Kalaupun ada komplikasi masih reversible atau kembali seperti semula d) Penyuluhan kesehatan secara profesional.

2. Praktek atau Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.Untukmewujudkan sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktorpendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikappenderita diabetes melitus yang positif terhadap praktek pengendalian kadargula darah diperlukan faktor pendukung.

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkatan praktek ada 4 yaitu:

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yangakan diambil.

b. Respon terpimpin (Guinded response)

Dapat melakukan sesuatu ssesuai dengan urutan yang benar dan sesuaidengan contoh.

c. Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secaraotomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.


(53)

Suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itusudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitudengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapajam, hari atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukansecara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegaitan responden.Dari hasil analisis menunjukan bahwa dari seluruh responden padau mumnya melakukan praktik yang kurang baik dalam pengelolaan diabetes melitus diantaranya didapatkan 80 % menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis yang salah, 75 % tidak mengikuti diet yang dianjurkan.

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorangterhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).Mengubah sikap penderita diabetes melitus bukan pekerjaan yangmudah, bahkan lebih sulit daripada meningkatkan pengetahuan. Sikap yangtidak mendukung perilaku yang diharapkan, tentunya akan menghambatdilaksanakannya perilaku tersebut. Semakin positip sikap responden terhadappengelolaan diabetes melitus semakin terkendali kadar gula darahnya danresponden yang mempunyai sikap negatif terhadap pengelolaan diabetesmelitus mempunyai resiko kadar gula darahnya


(54)

tidak terkendali 2,58 kalidibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi (Soegondo, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyaitiga komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Menurut Notoamodjo (2003) sikap mempunyai empat tingkatan yaitu: a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikanstimulus yang diberikan (subjek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikantugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatuusaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah.Adalah bahwa orang menerimaide tersebut. c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalahadalah indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab antar segala sesuatu yang telah dipilihnya dengansegala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(55)

2. Konsep Diabetes Mellitus a. Defenisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai insulin.Sindrom ini ditandai oleh adanya hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.Istilah diabetes mellitus sebenarnya mencakup 4 kategori yaitu tipe I (insulin dependen diabetes mellitus atau IDDM), diabetes mellitus sekunder dan diabetes mellitus yang berhubungan dengan nutrisi. Selain itu, terdapat dua kategori lain tentang abnormalitas metabolisme glukosa yaitu kerusakan toleransi glukosa dan diabetes mellitus gestasional (Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1988).

Diabetes mellitus tipe II lebih banyak dijumpai di Indonesia. Faktor resiko diabetes mellitus tipe II antara lain usia, obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe II, etnis, penyebaran lemak adroid (tubuh bagian atas atau tipe apel). Kebiasaan diet dan kurang berolahraga.Pada diabetes mellitus tipe II keterbatasan respon sel beta pankreas yang memproduksi insulin terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor utama berkembangnya penyakit ini. Klien dengan diabetes mellitus tipe II mengalami penurunan sensivitas terhadap kadar glukosa, yang berakibat pada pembukaan kadar glukosa tinggi. Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan


(56)

ambilan glukosa, sehingga mekanisme ini menyebabkan meningkatnya resistensi insulin perifer (Tjokroprawiro, 1982).Komplikasi akut mayor diabetes mellitus adalah diabetik ketoasidosis (DKA), sindrom nekrotik hiperosmolar hiperglikemia (SKNH), dan hipoglikemia.

Komplikasi yang sering terjadi pada diabetes mellitus tipe II adalah penyakit Mikrovaskuler dan Neuropati. Gangguan kesehatan komplikasi diabetes mellitus antara lain gangguan mata (Retinopati), gangguan ginjal

(Nefropati), gangguan pembuluh darah (Vaskulopati), dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang sering terjadi adalah perubahan patologis pada anggota gerak yang bisa menyebabkan luka ulkus, atau luka gangren yang bila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kecacatan bahkan berujung pada amputasi (Iqbal,2008).

b. Anatomi Fisiologi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata–rata 60–90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh, baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.Dari


(57)

segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini, sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum. (2). Pulau Langerhans, yang tidak mengeluarkan sekretnya tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1–3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 µ, sedangkan yang terbesar 300 µ, terbanyak adalah yang besarnya 100–225 µ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1–2 juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu : (1). Sel – sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20–40%; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti insulin like activity” . (2). Sel – sel B (betha), jumlahnya sekitar 60–80 %, fungsinya memproduksi insulin. (3). Sel – sel D (delta), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, fungsinya membuat somatostatin. Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan.Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler.Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.


(58)

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4–7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membran sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi.

Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.

c. Etiologi

Diabetes Melitus DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu:


(59)

1. Kelainan selbeta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor – faktor lingkungan yang dapat mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet ; dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang berlebihan tidak dapat diproses secara sempurna, obesitas dan kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimun yang disertai pembentukan sel–sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel -sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

d. Patofisiologi

Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak.Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik.Sumber energi bagi tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian kelambung dan selanjutnya usus. Di dalam saluran pencernaan makanan diolah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam


(60)

amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu, akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai sumber energi. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan energi, zat makanan itu harus masuk terlebih dahulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin, memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi.

Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas.Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan lemah karena tidak ada sumber energi didalam sel (Suyono, 2004).

Pada diabetes mellitus tipe I tidak ditemukan insulin karena pada jenis ini timbul reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.Insulitas bisa disebabkan macam-macam diantaranya Virus, seperti Virus Cocksakie, Rubella,


(61)

CMV, Herpes dan lain-lain.Umumnya yang diserang pada insulitas itu adalah sel beta, dan biasanya sel alfa dan delta tetap utuh (Suyono, 2004).

Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor seperti obesitas, diet tinggi lemak, dan rendah karbohidrat, kurang aktivitas, dan faktor keturunan. Pada DM tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60% dari normal, jumlah sel alfa meningkat, yang menyolok adalah adanya peningkatan jumlah jaringan amiloid pada sel beta yang disebut amilin. Baik pada DM tipe II kadar glukosa darah jelas meningkat bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa akan keluar melalui urin (Suyono, 2004).

e. Manifestasi Klinis

Menurut Guntur (2006), keluhan pada DM ada dua yaitu keluhan khas dan keluhan tidak khas.Keluhan khas pada DM adalah :

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus ) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel akan mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.


(62)

d. Lemah diakibatkan ganguan aliran darah, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan gula darah sebagai energi.

e. Penurunan berat badan tanpa sebab yang diketahui Keluhan tidak khas pada DM adalah :

a. Kesemutan akibat terjadinya neuropati. Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsure protein. Akibatnya banyak sel persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.

b. Gatal-gatal

c. Penglihatan kabur disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

d. Impotensi diakibatkan karena pada DM terjadi penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron.

e. Keputihan.

f. Kriteria Diagnosis DM

Menurut Soegondo ( 2007), Diagnosis DM dipastikan bila terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya serta satu penilaian pemeriksaan kadar gula darah sewaktu jika nilai kadar gula darah ≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa jika nilai kadar gula darah ≥ 126 mg/dl. Diagnosis DM juga dapat


(63)

dipastikan bila terdapat keluhan tidak khas DM, dan hasil pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan dua kali pemeriksaan dengan hasil abnormal atau dari hasil tes toleransi glukosa (TTGO) di dapatkan kadar gula darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl.

g. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus

1. Gaya Hidup

Gaya hidup menjadi salah satu penyebab utama terjadinya diabetes mellitus.Diet dan olahraga yang tidak baik berperan besar terhadap timbulnya diabetes mellitus yang dihubungkan dengan minimnya aktivitas sehingga meningkatkan jumlah kalori dalam tubuh.

2. Usia

Peningkatan usia juga merupakan salah satu faktor risiko yang penting. Diabandingkan wanita pada usia 20-an, wanita yang berusia diatas 40 tahun berisiko enam kali lipat mengalami kehamilan dengan diabetes. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.

3. Ras dan Suku Bangsa

Suku bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawai, dan sebagian Amerika Asia memiliki resiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut.


(64)

Meskipun penyakit ini terjadi dalam keluarga, cara pewarisan tidak diketahui kecuali untuk jenis yang dikenal sebagai diabetes pada usia muda dengan dewasa. Jika terdapat salah seorang anggota keluarga yang menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes maupun meningkat.Ada empat bukti yang menunjukkan transmisi penyakit sebagai ciri dominal autosomal.Pertama transmisi langsung tiga generasi terlihat pada lebih dari 20 keluarga.Kedua didapatkan perbandingan anak diabetes dan tidak diabetes 1:1 jika satu orang tua menderita diabetes.Pengaruh genetik sangat kuat, karena angka konkordansi diabetes tipe 2 pada kembar monozigot mencapai 100 persen.Resiko keturunan dan saudara kandung pasien penderita NIIDM lebih tinggi dibanding diabetes tipe 1.Hampir empat persepuluh saudara kandung dan sepertiga keturunan akhirnya mengalami toleransi glukosa abnormal atau diabetes yang jelas.

5. Kegemukan

Overweight dan obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan.Seperti yang telah disebutkan di awal, komorbiditas itu dapat berupa hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes tipe II, penyakit gallblader, disfungsi pernafasan, gout, osteoarthritis, dan jenis kanker tertentu.Penyakit kronik yang paling sering menyertai obesitas adalah diabetes tipe II, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.NHANES III menyebutkan bahwa kurang lebih 12% orang dengan BMI 27 menderita


(65)

dibetes tipe 2.Obesitas merupakan faktor resiko utama pada penderita diabetes tipe 2.

h. Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju aliran saraf dan kulit. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes.Sirkulasi darah yang buruk melalui pembuluh darah besar bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil bisa melukai mata, saraf, dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.

Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik.Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke.Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan, akibat kerusakan pada


(66)

retina mata (retinopati diabetikum).Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah.Gangguan saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk, misalnya jika satu saraf mengalami kelainan fungsi, maka sebuah lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.Jika saraf yang menuju ketangan, dan tungkai mengalami kerusakan, maka pada lengan dan tungkai bisa merasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar atau kelemahan.Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu.Berkurangnya aliran darah kekulit juga bisa menyebabkan ulkus atau borok dimana proses penyembuhannya akan berjalan secara lambat hingga menyebabkan amputasi (Soegondo, 2007).

Untuk menghindari terjadinya berbagai penyakit lainnya yang disebabkan diabetes pada penderita diabetes mellitus, diperlukan adanya diit dan pengaturan pola makan yang seimbang pada penderita diabetes mellitus, yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan gula darah didalam tubuh.

3. Diet Diabetes

1. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan DM merupakan pilar utama pengelolaan diabetes mellitus.Namun orang yang dengan diabetes sering mendapat informasi tentang makanan dari berbagai sumber yang tidak selalu benar. Informasi yang kurang tepat sering kali merugikan penderita diabetes itu sendiri, antara lain tidak lagi


(67)

dapat menikmati makanan kesukaan mereka atau bahkan penderita diabetes mengkonsumsi makanan tanpa memikirkan kesehatannya. Anjuran makan pada penderita diabetes sama dengan anjuran makan sehat pada umumnya, makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Sebaliknya anjuran makan bagi penderita diabetes juga akan sangat baik untuk orang sehat yang tidak mengalami diabetes untuk mencegah terjadi penyakit diabetes. Tujuan makan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal. Pada penderita diabetes yang gemuk, kadar gula darahnya sulit dikendalikan, sehingga berat badan perlu dibuat normal.

Menurut Perkeni (2006) ada empat pilar penatalaksanan DM yaitu : 1. Edukasi

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan perawatan pasien diabetes. Pasien DM perlu mendapat informasi minimal yang diberikan setelah diagnosis ditegakkan, mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes, pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar gula darah, hipoglikemia oral, perencanaan makan, pemeliharaan kaki, kegiatan jasmani, pengaturan pada saat sakit dan komplikasi. Edukasi dilakukan secara bertahap, informasi yang diberikan tidak terlalu sedikit atau juga terlalu banyak dalam waktu yang singkat.


(68)

Dalam penyampaiannya, faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi penyandang DM, baik kondisi fisik dalam hal beratnya penyakit maupun kondisi psikologis ( Basuki, 2007).

2. Perencanaan makan

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008), tujuan dari perencanaan makan atau diet pada DM adalah mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati normal, mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut dan kronik, dan meningkatkan kualitas hidup. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan angka kecukupan gizi.Karbohidrat 60-70%, Protein 10-15% dan Lemak 20-25% (Waspadji, 2007).

Menurut Perkeni (2006), Kebutuhan kalori pada pasien DM adalah sebagai berikut:

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.

Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah: Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg. Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi : Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam


(1)

- Mengucapkan salam - Menjawab salam

J. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

• Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan • Media dan alat memadai

• Waktu dan tempat penyluhan sesuai dengan rencana kegiatan 2. Evaluasi Proses

• Pelaksanaan Penyuluhan sesuai dengan jadwal yang direncanakan

• Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berepartisipasi selama proses penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Setelah mengikuti penyuluhan maka remaja mampu menjawab 80 % pertanyaan yang diajukan penyuluh saat evaluasi.


(2)

2.1Pengertian

Rokok berasal dari daun tembakau yang dikeringkan dan dibentuk atau hanya digulung dan dimasukkan kedalam pipa. Bila rokok dibakar akan terjadi perubahan kimia.

Merokok adalah suatu kebiasaan yang diterima meluas oleh semua masyarakat dan sehingga dipandang sebagai suatu norma yang membanggakan, rokok mengandung banyak unsur kimia yang mengakibatkan banyak penyakit.

2.2Zat-Zat yang Terkandung Dalam Rokok

Sebatang rokok mengandung empat ribu bahan kimia beracun berbahaya dan dapat membawa kematian. Bahan-bahan yang paling banyak terkandung dalam rokok adalah:

• Tar • Nikotin

• Karbonmonoksida

2.3Penyebab Seseorang Merokok

• Asumsi masyarakat bahwa dengan merokok tampak gagah, mengusir kesedihan menghilangkan rasa lelah.

• Rasa ingin tahu, mencoba-coba. • Adanya permasalahan.

2.4Tanda dan Gejala Perokok

• Bibir berwarna kehitaman. • Gusi berwarna kehitaman. • Gigi kuning.


(3)

• Berat badan menurun.

2.5Dampak Merokok

• Risiko sesak nafas. • Batuk kronis. • Serangan jantung. • Impotent.

• Peradangan paru-paru, hingga kanker paru-paru. • Wanita hamil, risiko keguguran.

2.6 STRATEGI BERHENTI MEROKOK

a. Rencanakan waktu berhenti

Rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya dengan niat. Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan atau 2 minggu lagi. Menjelang hari berhenti merokok itu, anda kurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.

b. Bantu diri anda sendiri

Dalam merencanakan dan menjaga keinginan untuk berhenti merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, Centers for Disease Control and Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok. Bantulah diri dengan informasi yang meyakinkan untuk menjauh dari rokok setelah berhenti merokok. Buat catatan dan peringatan. Tulis catatan seperti “Anda sekarang bukan perokok” dan tempelkan pada tempat-tempat yang sering anda kunjungi seperti di tempat tidur, atas meja. Sibukkan diri anda dengan aktivitas. Ini penting supaya anda tidak selalu terpikir untuk merokok. Aktivitas yang bisa dilakukan misalnya berkebun, membaca buku

c. Kelompok pendukung

Carilah dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok. Mintalah teman atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.


(4)

d. Konseling

Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat atau konselor. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.

e. Olahraga

Olahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang bertambah setelah anda berhenti merokok.

f. Terapi alternatif

Beberapa perokok mencoba metode hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti merokok, meskipun tidak banyak yang terbukti berhasil. Namun, bila metode tersebut membuat anda berhenti merokok, berarti metode tersebut cocok dengan anda. g. Lakukan terus-menerus

Tetaplah berhenti merokok pada hari yang telah tentukan untuk berbuat demikian. Jangan terputus-putus melakukannya. Pusatkan perhatian pada pekerjaan sehari-hari untuk mengalihkan keinginan merokok dan berpikir positif. Pikirkan diri sebagai seorang yang bukan perokok. Apabila ada tawaran merokok dari teman, katakan kepada teman itu dengan tegas “Saya tidak merokok”. Tarik nafas panjang selama lima detik dan lepaskan perlahan-lahan. Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh atau cola. Melakukan olahraga sekurang-kurangnya tiga kali seminggu selama 20 menit setiap sesi. Membasuh tangan atau mandi ketika anda ingin merokok. Kunyah sesuatu seperti permen karet dan berdoa semoga anda diberi kekuatan dan keinginan yang tetap untuk berhenti merokok

2.6Keuntungan Berhenti Merokok

a. Menghemat dan tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk membeli rokok dan bisa membeli barang-barang lain yang diinginkan.

b. Menghirup lebih sedikit bakteri menghisap rokok sama dengan menghirup bakteri yang bisa membuat sakit.

c. Lebih pintar karena terhindar dari kecanduan zat kimia rokok yang bisa merusak otak. d. Tidur lebih nyenyak dan lebih baik karena nikotin adalah zat yang bisa mengganggu

produksi hormon tidur.

e. Mempunyai tulang yang lebih sehat dan kuat karena kepadatan mineral tulang tidak akan tercuri dan berkurang akibat rokok.


(5)

f. Terhindar dari penyakit psoriaris karena studi terkini menyebutkan ada hubungannya antara perokok dengan penyakit kulit psoriaris.

g. Merasa lebih hangat dan tidak kedinginan karena sirkulasi darah akan berjalan dengan lancar dan menghangatkan tubuh.

h. Yang memiliki penyakit AIDS tidak akan mengalami proses kemunduran daya tahan tubuh yang lebih cepat.

Terhindar dari semua penyakit kronis yang disebabkan rokok, terutama penyakit jantung yang punya risiko 4 kali lipat.

i. Terhindar dari meninggal dunia karena tumor otak karena asap rokok yang masuk ke paru-paru bisa menyebar cepat ke dalam pembuluh darah di otak.

j. Memiliki gigi yang lebih bersih dan sehat karena zat kimia dalam rokok tidak masuk lagi ke mulut dan tidak akan merusak gigi.

k. Memiliki keriput yang lebih sedikit karena rokok bisa merusak jaringan dan elastisitas kulit setelah 10 tahun.

l. Memiliki indera penciuman yang lebih baik dan mengonsumsi makanan dengan lebih nikmat.

m. Mempunyai rambut yang lebih kuat dan tidak akan cepat mengalami kebotakan. n. Menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan produktif karena jarang sakit. o. Terhindar dari stres karena tekanan keluarga dan orang-orang

p. Terhindar dari batuk dan bronkitis yang mengganggu.

q. Menyelamatkan bayi dan anak-anak yang tidak berdosa dari gangguan asap rokok. r. Memiliki sperma yang lebih banyak dan sehat karena risiko sperma cacat akibat

bahan kimia rokok akan berkurang.

s. Lebih dicintai pasangan, menjadi pencium yang baik dan kemungkinan dicampakkan berkurang karena kebanyakan wanita tidak suka bau asap rokok.

t. Akan menjadi contoh dan figur yang baik untuk teman yang ingin berhenti merokok u. Bernafas lebih panjang karena karbonmonoksida dari rokok tidak akan masuk ke

dalam darah dan membatasi jumlah oksigen untuk bernafas.

v. Bisa punya kemungkinan untuk hamil lebih besar karena terhindar dari kanker ovarium atau rusaknya sel-sel telur dan fungsi reproduktif wanita.

w. Mempunyai risiko melahirkan anak cacat yang lebih rendah karena zat kimia dalam rokok bisa menyebabkan mutasi gen yang diturunkan pada anak.

x. Memiliki umur yang lebih panjang karena setiap satu batang rokok yang dihisap bisa mengurangi 11 menit kesempatan hidup.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Betz. 2002. Bahaya Rokok. EGC: Jakarta

Endang.2008. Dampak Merokok. Dibuka pada tanggal 29 Maret 2012 di website

Prasetyo. 2008. Askep pada klien Kanker Paru. Dibuka pada tanggal 3 April 2012 di website

Ufi, Borneo. 2008. Pengaruh Rokok. Dibuka pada tanggal 3 April 2012 di website


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor

15 117 133

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Masalah Kesehatan Ibu dan Balita di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

4 104 284

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

4 39 152

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

2 70 76

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

2 4 53

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. KONSEP DASAR - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor

1 2 26

LAPORAN PBLK Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Melalui Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasien Diabetes Mellitus di Lingkungan XI Kelurahan Gedung Johor Medan Kecamatan Medan Johor Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Pengalaman Bel

3 27 13

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor

0 0 40

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Komunitas melalui Promosi Kesehatan terhadap Hipertensi di Kelurahan Gedung Johor

0 0 20

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Kronis oleh Keluarga Di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

1 2 158