Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan Asma Bronkial pada anak laki-laki dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia
yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai pada umur lebih dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di Inggris perbandingan
tersebut 25 perempuan dan 10 pria.
10
Penelitian Feni,dkk 2008 prevalensi Asma Bronkial pada siswa SLTP yang berusia 13-14 tahun di daerah hijau di Jakarta Selatan adalah 129 orang 6,4
terdiri atas 63 orang 48,8 laki-laki dan 66 orang 51,2 perempuan.
18
Penelitian wahani 2007 di Rs Prof.R.D.Kandouw Malalayang Manado menyebutkan bahwa
berdasarkan usia kejadian Asma Bronkial terbanyak pada usia 5-9 tahun adalah 58,1, jenis kelamin laki-laki 52,5.
19
Penelitian Sundaru H tahun 1990, prevalensi Asma Bronkial pada usia 14 tahun di kelurahan Utan Kayu Jakarta sebesar 6,91 .
20
Berdasarkan hasil RISKESDA tahun 2007 prevalensi Asma Bronkial pada anak ≤ 14 tahun sebesar 2
jauh dibawah hasil temuan Depkes pada tahun 1995 Asma Bronkial pada anak usia 13-14 tahun sebesar 5,2.
21
2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial 2.5.2.1 Faktor Host Penjamu
Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. HostPenjamu bisa saja terkena atau tidak terkena
penyakit.
22
1. Genetik Asma Bronkial timbul karena faktor genetik keturunan dan lingkungan.
Asma Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan,
namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaanketurunan yang memiliki Asma Bronkial.
8
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi,
kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50 dan kemungkinan bertambah 50-75 bila kedua orangtuanya menderita alergi.
23
2. Hipereaktivitas saluran napas Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran
napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti iritan debu, zat kimia histamine, metakolin dan fisis kegiatan jasmani. Sebagian
hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.
24
3. Umur Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun, masalah pengobatan timbul
justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60 Asma
Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80 menghilang pada usia 14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma
Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi
jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.
23
4. Jenis kelamin pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak
dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.
23
Berdasarkan penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan
bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan 61,4 sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki 38,6.
25
2.5.2.2 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
penyakit.
22
1. Alergen Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering
dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma Bronkial :
a. Debu rumah dan tungau Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan
berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah
kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat. Tungau Dermatophagoides pteronyssynus selalu terdapat dalam debu
rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas
sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat
ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati yang berasal dari tungau.
b. Hewan peliharaan Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti :
anjing, kucing, kelinci serta kuda.
23
c. Makanan Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada
beberapa orang. Alergi makanan ditemukan pada susu, telur, kacang, gandum,
ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam
benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma
Bronkial.
17,23
2. Infeksi Saluran Napas Diperkirakan 23 penderita Asma Bronkial anak dan 13 penderita Asma
Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada
penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.
3. Tekanan Jiwa Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma
Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati,
penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa
membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah,
pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya. 4. Olah RagaKegiatan Jasmani
Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma Bronkial jika melakukan olah raga yang cukup berat. Macam, lama, dan beratnya
olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan
kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara 10-
60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah raga.
5. Obat-Obatan Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat
yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama “beta-blocker” golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit
jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat mencetuskan serangan Asma 2-10 penderita Asma Bronkial.
23
6. Polusi Udara Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya.
Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial.
Bagi penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok
dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial tertentu, seperti kortikosteroid inhalasi suatu obat pencegahpreventer, sehingga
tidak dapat bekerja dengan semestinya. Pada orang yang tidak merokok, terhirup
asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma Bronkial.
17,23
Asma Bronkial pekerjaan occupational asthma adalah Asma Bronkial yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim
bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam
klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul
setelah 6-12 jam terpapar.
23
2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya
serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor
penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.
7
2.6.1 Pencegahan Primordial
Primordial prevention pencegahan tingkat awal memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam
masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat.
26
Upaya yang dapat dilakukan antara lain : berprilaku
hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.
2.6.2 Pencegahan Primer
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik,
minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit
lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah
dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang
minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas
cepat dan dalam.
Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan,
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat
perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak. Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain :
1. Bersihkan debu gunakan alat penyedot debu diseluruh rumah secara teratur.
2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal
menggunakan air panas.
3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala
Asma Bronkial.
Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak
memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang
mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim
atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan
serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman seperti masker dan lain-lain.
23
2.6.3 Pencegahan Sekunder
Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan
Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti
menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma
Bronkial jangan kembali.
23
2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara
obyektif kapasitasfungsi paru ventilasi pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.
Gambar 2.2 Spirometri
27
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup inhaler atau nebulizer. Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya
lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat spirometer.
28
Untuk anak yang sudah besar 6 tahun pemeriksaan faalfungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow
meter.
29
2. Pemeriksaan Darah Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit
dapat meningkat 15.000mm
3
, sedangkan eosinofil meningkat diatas nilai
normal normal = 250mm
3
. Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat meningkat sampai 800-1000mm
3
. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi 1000mm
3
, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut
steroid resistant bronchial asthma.
10
Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah
terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida
dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah
menjadi asam. 3. Uji Kulit
Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak
selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya. 4. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan
saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau
komplikasi Asma Bronkial, seperti infeksi paru atau pecahnya alveoli.
5. Uji Provokasi Bronkus Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat
memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus
dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani,
udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.
23
Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia. Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat
selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90 dari maksimum. Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE Arus Puncak Ekspirasi
paling sedikit 10. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.
28
2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :
1. Obat peredapelega relieverGolongan bronkodilator a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.
b. Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot saluran napas yang sedang mengkerut.
2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial preventerGolongan kortikosteroid sistemik
a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat
menimbulkan serangan Asma Bronkial. b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk
mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam. c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.
17
3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti
Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain. 2.6.4 Pencegahan Tersier
1. Psikologik Pada sebagian penderita, bila Asma Bronkialnya sukar dikendalikan
meskipun telah mencoba berbagai macam obat antiasma. Dalam keadaan seperti ini penderita memerlukan motivasi untuk membesarkan hati.
2. Latihan pernapas dan kesegaran jasmani Latihan pernapasan ini untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan
mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. Latihan dilakukan secara teratur dan dilakukan diluar serangan agar mendapatkan manfaat yang sebesar-
besarnya.
23
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Penderita Asma Bronkial 1.
Sosiodemografi
Umur Jenis Kelamin
Suku Agama
Pekerjaan Status Perkawinan
Daerah Asal
2. Lama Rawatan Rata-rata
3. Keadaan Sewaktu Pulang
4. Sumber Biaya
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini adalah karena tersedianya data penderita Asma
Bronkial, kesediaan dari Rumah Sakit untuk memberikan izin dilakukannya penelitian serta belum pernah dilakukan penelitian Asma Bronkial di Rumah Sakit
tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Langsa juga sebagai Rumah Sakit rujukan dari 3 kabupaten kota yaitu Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Aceh Timur.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2012 sampai Maret 2013
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 yang tercatat dalam
kartu status berjumlah 458 data
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan
kriteria inklusi penderita Asma Bronkial yang berumur ≥ 14 tahun yang mempunyai
data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, diperoleh dari kartu status yang berasal dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012.
Semua data pada kartu status penderita Asma Bronkial tahun 2009-2012 yang dipilih sebagai sampel dikumpulkan, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi data sesuai
dengan jenis variabel yang akan diteliti.
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.5.1 Penderita Asma Bronkial Penderita Asma Bronkial adalah seseorang yang dinyatakan menderita
penyakit Asma Bronkial berdasarkan diagnosa dokter dan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.
3.5.2 Sosiodemografi penderita Asma Bronkial dibedakan menjadi : 3.5.2.1 Umur adalah usia penderita Asma Bronkial yang terhitung sejak lahir
hingga ulang tahun terakhir yang terdapat pada kartu status, dikategorikan berdasarkan rumus sturgess :
1. 15-22 tahun 2. 23-30 tahun
3. 31-38 tahun 4. 39-46 tahun
5. 47-54 tahun 6. 55-62 tahun
7. 63-70 tahun 8. 71-78 tahun
9. 79-86 tahun