Setelah Meninggal Terlahir di Alam yang Baik

45 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti terserang keserakahan lobha, dia akan terlahir kembali menjadi hantu kelaparan peta atau jin asura. Seseorang yang meninggal pada saat pikirannya terserang kebenciankemarahan dosa, dia akan terlahir kembali menjadi makhluk penghuni neraka niraya; dan yang terserang kebodohan mental moha, akan terlahir sebagai binatang tiracchāna. Banyak kisah yang menceritakan tentang kelahiran seseorang di alam bahagia sebagai hasil dari berlatih Dharma dana, sīla, dan meditasi . Sebagai contoh kisah Upāsaka Dhammika dalam Dharmapada Atthakatha 16. Suatu ketika di kota Sāvatthī, hidup seorang upāsaka yang bernama Dhammika. Dia adalah seorang pria yang berbudi luhur bermoral dan sangat senang berdana. Dia dengan murah hati memberikan persembahan makanan dan kebutuhan lainnya bagi para bhikkhu secara teratur dan juga pada hari-hari istimewa. Sesungguhnya, dia adalah pemimpin dari lima ratus umat Buddha upāsaka dan upāsikā yang tinggal di Kota Sāvatthī. Dhammika mempunyai tujuh anak laki-laki dan tujuh anak perempuan. Mereka, sama seperti Dhammika, adalah anakanak yang berbudi luhur dan gemar berdana. Ketika Dhammika mengalami sakit parah dan sekarat akan meninggal, dia memohon kepada Sangha untuk datang ke rumahnya dan membacakan beberapa sutta di samping pembaringannya. 46 Kelas XI SMASMK Gambar 3.5 Ilustrasi Dharmapada 16 Sumber: http:www.ilustrasidharmapada.blogspot.com Ketika para bhikkhu sedang membacakan Mahāsatipa ṭṭhāna Sutta, enam kereta kuda yang penuh hiasan dari alam dewa datang untuk mengundangnya pergi ke alam mereka masing-masing. Dhammika memberi tahu mereka untuk menunggu sebentar karena takut mengganggu pembacaan sutta yang sedang berlangsung. Tetapi, para bhikkhu mengira bahwa Dhammika meminta mereka untuk menghentikan pembacaan suttanya. Maka, mereka menghentikannya dan pergi meninggalkan tempat itu. Sesaat kemudian, Dhammika memberi tahu anak-anaknya tentang enam kereta kuda yang sedang menunggunya. Anak-anaknya menangis karena mengira ayah mereka sekarang menjadi tidak waras. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa melihat kereta kuda dari alam dewa tersebut. Dhammika kemudian meminta anaknya untuk mengambil karangan bunga dan bertanya, “Alam dewa manakah yang harus aku pilih bila hal ini benar adanya?” Mereka memberi tahu ayahnya 47 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti untuk memilih alam dewa Tusita. Dhammika pun memutuskan untuk memilih alam Tusita dan meminta salah satu anaknya untuk melemparkan karangan bunga tersebut ke udara. Karangan bunga tersebut tetap menggantung di udara karena menyangkut di kereta kuda dari alam Tusita. Dhammika pun kemudian meninggal dan terlahir di alam Tusita. Demikianlah, orang yang berbudi luhur berbahagia di kehidupan dunia ini dan juga di kehidupan berikutnya. Sang Buddha mengakhiri cerita tersebut dengan mengucapkan syair Dharmapada 16 , “Dikehidupan ini dia berbahagia, di kehidupan berikutnya dia berbahagia; Seseorang yang melakukan perbuatan baik, berbahagia di kedua kehidupannya. Dia berbahagia dan sungguh berbahagia ketika dia melihat kemurnian dari tindakannya.” Selain yang diuraikan dalam Maha Parinibbana Sutta, manfaat dari mempraktikkan sīla juga dijelaskan dalam kitab-kitab lainnya. Manfaat tersebut di antaranya seperti berikut.

6. Tercapainya Keinginan

Gambar 3.6 Ilustrasi Sikap Percaya Diri Sumber: http:my.opera.com 48 Kelas XI SMASMK Dalam Dānūpapatti Sutta Anguttara Nikaya 8. 35 Buddha berkata bahwa harapan dari penderma akan tercapai berkat kemurnian moralitasnya. Buddha dalam satu kesempatan menyatakan kepada para upāsaka yang sedang menjalani hari uposatha. Beliau berkata, “Para upāsaka, sikap kalian baik, jika kalian mengisi hari uposatha dengan melakukan dana, menjaga sīla, meredam kemarahan, berbaik hati, dan melaksanakan tugas kalian. Para pria bijaksana di masa lalu memperoleh kemasyhuran bahkan hanya dari menjalankan separuh hari uposatha”.

7. Menyembuhkan Penyakit

Gambar 3.7 Ilustrasi Sikap Percaya Diri Salah satu kisah dalam Visuddhimagga yang menceritakan ten- tang kasus penyembuhan berkat kekuatan kemurnian pelaksanaan sīla adalah kisah Bhante Sāriputta VM I,116. Cerita singkat tentang kesembuhan Bhante Sāriputta adalah sebagai berikut. Suatu hari ketika Bhante Sāriputta berdiam di sebuah hutan bersama Bhante Mahā Moggallāna, dia terserang sakit perut yang parah. Mengetahui hal itu, Bhante Mahā Moggallāna bertanya,