Ketidakkekalan Anupadisesa-nibbana, yaitu nibbana yang tanpa sisa

152 Kelas XI SMASMK dan bentuk-bentuk pikiran selalu mengalami perubahan, tidak pernah tetap sama sekalipun hanya dalam perbedaan detik. Karena segala sesuatu merupakan hasil atau akibat dari sebab-sebab dan kondisi yang berubah, segala sesuatu juga terus-menerus berubah. Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang berkondisi untuk selalu mengalami perubahan impermanence. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan dengan sendirinya. Terkadang kita tertawa, di lain waktu kita menangis. Bahkan, sejak kita dilahirkan di dunia ini, baik disadari ataupun tidak, kita terus-menerus mengalami perubahan usia, karakter, intelektualitas dan kebijaksanaan. Komponen terkecil dari benda yang paling padat sekalipun hanyalah gumpalan energi yang mengalir. Pikiran yang tidak terlatih bahkan lebih berkeliaran dan rentan untuk berubah, tidak punya kestabilan. Semua unsur hidup dan tidak hidup adalah subjek pembusukan dan penghancuran. Hukum Anicca bersifat netral dan tidak memihak, tidak diatur oleh hukum apa pun yang lebih tinggi. Segalanya berlalu dan terperbarui secara alamiah. Ketidakkekalan tidak selalu berkonotasi negatif karena mengacu pada perubahan ke arah yang tidak baik. Sisi positif dari ketidakkekalan adalah perubahan juga dapat terjadi ke arah yang lebih baik. Dengan adanya perubahan, memungkinan dan memberi kesempatan bagi seseorang untuk maju dan menuju ke keadaan yang lebih baik. Perubahan menunjukkan hidup ini tidak stagnan atau tetap, tetapi ada peluang yang lebih besar untuk berubah. Siklus kehidupan perlu dipahami seperti kurva 153 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang bergerak naik-turun. Pada suatu saat di atas, pada saat lain berada di bawah. Perubahan menunjukkan kesempatan orang memperbaiki dan menyempurnakan diri.

3. Ketidakpuasan

Gambar 8.3 Ilustrasi Dukkha Sumber: blog.phuket-meditation.com Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat memberikan kepuasan yang lengkap dan abadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan terus-menerus pada segala hal termasuk apa yang dinilai berharga dan nafsu keinginan yang selalu berubah dalam pikiran yang tidak terlatih. Dalam pengalaman yang paling menyenangkan pun, terdapat kecemasan bahwa momen itu tidak akan berlangsung lama. Mencari kebahagiaan abadi dalam perubahan terus-menerus akan mengganggu kedamaian batin, menyebabkan penderitaan. Hal ini juga berakhir dalam penderitaan kelahiran kembali yang terus berulang. Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan adalah milikku. Namun, hal 154 Kelas XI SMASMK itu justru makin menjauhkan orang tersebut dari kedamaian dan cenderung membuatnya menderita. Kemelekatan attachment merupakan salah satu sifat dari pengumbaran nafsu keinginan. Makin seseorang melekat pada sesuatu, makin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan melihat kebijaksanaan. Dua Macam Dukkha Berdasar Penyebabnya Dukkha karena Lobha, Dosa, Moha Dukkha karena kondisi Dukkha Segala sesuatu dinyatakan berkondisi jika mempunyai ciri: 1 merupakan perpaduan, dan 2 mengalami proses perubahan. Sebagai contoh: manusia, hewan, bahkan benda-benda mati seperti batu dan kayu. Dukkha karena kondisi merupakan dukkha yang tidak mungkin dihindari atau ditolak, bahkan oleh seorang ArahatBuddha sekalipun. Contohnya, Buddha dan siswa-siswanya yang telah mencapai tingkat kesucian masih mengalami proses penuaan, merasakan rasa sakit, dan mengalami kematian. Dukkha karena kekotoran batin lobha, dosa, dan moha merupakan dukkha yang timbul sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan yang didasari oleh keserakahan, kebencian, dan kekotoran batin. Dukkha ini sudah tidak dialami lagi oleh seorang ArahatBuddha karena Beliau telah