commit to user 8
1 . Singkong manis dengan kandungan HCN 50 mgkg umbi segar. 2. Singkong tidak manis dan tidak pahit dengan kandungan HCN antara 50 -
100 mgkg umbi segar. 3. Singkong pahit dengan kandungan HCN di atas 100 mgkg umbi segar.
Singkong manis, umbi, kulit dan daunnya dapat dikonsumsi oleh manusia maupun ternak karena kandungan sianidanya rendah.
C. Persyaratan Mutu Keripik Singkong
Walaupun jenis-jenis keripik banyak beredar dipasaran, akan tetapi tidak semuanya telah memiliki SNI. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
yang dibuat oleh Badan Standardisasi Nasional, 01-4305-1996. Syarat mutu
keripik dapat mengacu pada SNI keripik singkong pada tabel 2.3. Tabel 2.3
. Syarat Mutu Keripik Singkong No
Kriteria Uji Satuan
Persyaratan 1.
Keadaan 1.1
Bau -
normal 1.2
Rasa -
khas 1.3
Warna -
normal 1.4
Tekstur -
renyah 2.
Keutuhan, bb min. 90
3. Air, bb
maks. 6,0 4.
Abu, bb maks. 2,5
5. Asam lemak bebas dihitung
sebagai asam laurat, bb 6.
6.1 Bahan tambahan makanan
Pewarna Sesuai SNI 01-0222-1995
dan Peraturan
Menteri Kesehatan
No. 722MenkesPerIX88
6.2. Pemanis buatan
Tidak boleh ada 7.
7.1 7.2
7.3 7.4
8. 9.
9.1 9.2
9.3 Cemaran logam:
Timbal Pb Tembaga Cu
Seng Zn Raksa Hg
Arsen Cemaran mikroba
Angka lempeng total Coliform
Kapang mgkg
mgkg mgkg
mgkg mgkg
kolonig APMg
Kolonig maks. 1,0
maks. 10,0 maks. 40,0
maks. 0,05 maks. 0,5
maks. 10
4
3 maks. 10
4
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 1996 SNI 01-4305-1996.
commit to user 9
D. Bahan Baku Pembuatan Keripik Kulit Singkong
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Keripik kulit singkong adalah kulit singkong, garam, air, penyedap rasa dan minyak goreng.
1. Kulit Singkong Menurut Danarti dan Najiyati 1998, syarat mutu kulit singkong
terdiri dari dua bagian : a Syarat organoleptik
1. Sehat sound. 2. Tidak berbau apek atau masam.
3. Murni. 4. Tidak kelihatan ampas danatau bahan asing.
b Syarat Teknis 1. Kadar air maksimum .
2. Kadar abu maksimum . 3. Serat dan benda asing maksimum .
4. Derajat putih minimum BaSO
4=
100 . 5. Kekentalan Engler.
6. Derajat asam maksimum Ml IN Na 7. Cemaran logam: OH100 gram
a. Timbal Pb mgkg b. Tembaga Cu mgkg
c. Seng Zn mgkg d. Raksa Hg mgkg
8. Arsen AS mgkg 9. Cemara Mikroba:
a. Angka lempeng total maksimum kolonigram b. E. coli maksimum kolonigram
c. Kapang maksimum kolonigram 2. Garam
Garam sebagai bahan tambahan makanan berperan untuk menambah cita rasa produk akhir. Garam mempengaruhi aktivitas air dari bahan
commit to user 10
dengan menyerap air sehingga aktivitas air menurun dengan menurunnya kadar air. Garam pada konsentrasi rendah 1-3 tidak bersifat
membunuh mikroorganisme, tetapi hanya sebagai bumbu yang dapat memberi citarasa gurih pada bahan pangan Buckle dkk, 1987. Syarat
mutu garam konsumsi dapat dilihat pada tabel 2.4.
Menurut Hudaya dan Daradjat 1980 dalam industri makanan, fungsi utama dari garam adalah sebagai pemberi rasa. Dalam pembuatan
keripik kulit singkong garam berperan sebagai pemberi citarasa dan sebagai pengawet dikarenakan adanya peristiwa plasmolisis keluarnya cairan sel
bakteri yang menyebabkan bakteri mengkerut dan mati. Kualifikasi mutu garam adalah :
a Bersih bebas dari bahan-bahan yang tidak dapat larut b Bebas dari zat kimia
c Halus dan tidak bergumpal-gumpal d Cepat larut
Tabel 2.4 . Syarat Mutu Garam Konsumsi SNI 01-4076-1999.
No. Jenis Uji Syarat
Mutu I Mutu II
1 Natrium chlorida NaCl
Min. 94,7 Min 94,4
2 Air
Max. 5 Max 10
3 Iodium sebagai KIO
3
40 ppm ± 25 Negatif
4 Oksida besi Fe
2
O
3
100 ppm 100 ppm
5 Kalsium dan magnesium
sebagai Ca Max 1
Max 2 6
Sulfat Max 2
Max 2 7
Bagian yang tak larut dalam air
Max 0,5 Max 1
8 Logam-logam berbahaya
Pb, Hg, Cu, dan As Negatif
Negatif 9
Warna Putih
Putih 10
Rasa Asin
Asin 11
Bau Tidak berbau
Tidak berbau
Sumber: SNI 01-4076-1999. Mutu I : Garam konsumsi yang beryodium
Mutu II : Garam konsumsi yang tidak beryodium
3. Air H
2
O Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, tingkat kerenyahan produk
commit to user 11
akhir serta cita rasa makanan. Air dalam pembuatan keripik berfungsi untuk proses pencucian dan digunakan untuk melarutkan bumbu yang digunakan
untuk membuat keripik Winarno, 1992. Air yang digunakan dalam industri pangan harus mempunyai syarat-
syarat tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mengandung besi dan mangan, serta dapat diterima secara bakteriologis, yaitu tidak menganggu
kesehatan dan tidak menyebabkan kebusukan bahan pangan yang diolah Djumali dkk, 1982.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa 1 bar dan temperatur 273,15
K 0ºC. Air merupakan pelarut yang kuat, melarutkan banyak zat kimia. Zat-zat yang larut dengan baik dalam air misalnya garam-garam disebut
sebagai zat-zat hidrofilik dan zat-zat yang tidak mudah tecampur dengan air misalnya lemak dan minyak, disebut sebagai zat-zat hidrofobik
Wulanriky, 2011. Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting
dalam makanan. Sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimia organisme hidup. Salah satu pertimbangan penting dalam penentuan lokasi
pabrik pengolahan bahan makanan adalah adanya sumber air yang secara kualitatif memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan pangan, air
diperlukan untuk berbagai keperluan misalnya pencucian, pengupasan umbi atau buah, penentuan kualitas bahan tenggelam atau mengambang, bahan
baku proses, medium pemanasan atau pendinginan, pembentukan uap, sterilisasi, melarutkan dan mencuci bahan sisa Sudarmadji dkk, 2003.
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen di samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air
dapat ditemukan sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air
terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut. Sebenarnya air dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem kapiler dan air terikat secara
commit to user 12
kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat dalam sistem dispersi Purnomo, 1995.
Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,
industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Dalam kualitas air ditetapkan melalui pengujian karakteristik fisika dan karakteristik kimia
Asdak, 2004. Air bersihminum secara fisik harus jernih tidak berwarna
tidak berbau dan tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah Amsyari, 1996.
a. Bau Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung
dalam air seperti gas H
2
S, senyawa fenolklorofenol dan lain-lain. b. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang bersifat organik maupun anorganik . Kekeruhan dalam
air minumair ber sih tidak boleh lebih dari 5 Nephelometric Turbidity Unit NTU. Satuan NTU dipergunakan untuk menggambarkan tingkat
kekeruhan. Nephelometer digunakan untuk mengukur seberapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh partikel tersuspensi yang terdapat di
dalam air. Semakin banyak cahaya yang terpancarkan, maka semakin tinggi nilai kekeruhannya. Sehingga, nilai NTU yang rendah
mengindikasikan tingginya tingkat kejernihan air, sebaliknya nilai NTU yang tinggi mengindikasikan bahwa nilai kejernihannya rendah.
c. Rasa Syarat air bersihminum adalah air tersebut tidak boleh berasa.
Air yang berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
d. Suhu Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara 25°C, dengan batas
toleransi yang diperbolehkan itu 25°C sampai ± 30°C.
commit to user 13
e. Warna Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk
alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang berwarna.
Air murni adalah senyawa dari molekul hidrogen dan oksigen, rumus umumnya adalah H
2
O. Sumber utama dari air adalah lautan dan tergantung pada keadaan sekitarnya serta daerah yang pernah dilaluinya
yang mungkin mengandung zat-zat yang terlarut maka di alam air tidak pernah murni. Sifat-sifat fisika, kimia dan biologis sangat menentukan
penggunaan air untuk air minum, irigasi, industri dan lain-lainnya. Sifat- sifat fisika air ditentukan oleh parameter fisika meliputi suhu, warna,
padatan terlarut, suspensi, bau, dan lain-lain. Sifat kimia ini ditentukan oleh parameter kimia meliputi pH, BOD, COD, N-NO
2,
N-NH
3,
kandungan logam-logam, CN, kesadahan dan lain-lain. Syarat-syarat air bersih yang
digunakan untuk industri meliputi Karmono dan Joko, 1989 : a. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.
Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat grup, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut
umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
b. Persyaratan Fisik Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada
umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung
yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan
biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
commit to user 14
c. Persyaratan Kimia Persyaratan Kimia berat khususnya air raksa, timah hitam, dan
kadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
d. Persyaratan Radioaktif Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian
persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti
di sekitar reaktor nuklir. 4. Penyedap Rasa
Bumbu penyedap rasa telah banyak digunakan pada proses pemasakan, telah menjadi bagian dari gaya hidup saat ini yang menuntut
kepraktisan dalam memasak. Bumbu penyedap rasa adalah produk bubuk atau blok atau kubus yang mengandung ekstrak tertentu, daging sapi SNI
01-4273-1996 atau ayam, dengan penambahan bahan makanan lain dan atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Bumbu penyedap
rasa ini dapat memperkaya rasa suatu makanan sehingga nilai penerimaan makanan dapat menjadi lebih baik. Syarat mutu bumbu penyedap rasa
menurut SNI 01-4273-1996 dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5
. Syarat Mutu Bumbu Penyedap Rasa Ayam SNI 01-4273-1996.
No. Jenis Uji Satuan
Persyaratan Bumbu Penyedap Rasa
1. Air
Max 4 2.
Protein Min 7
3. NaCl
Max 65 4.
Angka lempeng Total Kol g
Max 10
4
5. Coliform
APM g Max 3
6. Kapang dan khamir
Kol g Max 103
Sumber: SNI 01-4273-1996.
Karakteristik bahan baku bumbu penyedap rasa. Bahan baku yang terdapat pada bumbu penyedap rasa ayam dan sapi secara umum adalah
garam, gula, lemak nabati, MSG, flavour, lada, bawang, seledri, kunyit, penguat rasa, zat pewarna ayam dan anti-gumpal sapi Cahyadi, 2006.
commit to user 15
Menurut Cahyadi 2006, tujuan penggunaan penyedap rasa dalam pengolahan pangan adalah sebagai berikut:
a Mengubah aroma hasil olahan dengan penambahan aroma tertentu selama pengolahan.
b Modifikasi, pelengkap atau penguat aroma. c Menutupi atau menyembunyikan aroma bahan pangan yang tidak
disukai. d Membentuk aroma baru atau menetralisir bila bergabung dengan
komponen dalam bahan pangan. Penyedap rasa digunakan untuk menambah rasa nikmat pada
masakan yang diolah. Bahan ini juga bisa menetralisir rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Penyedap rasa dan aroma serta
penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, dan menambah rasa dan aroma pada masakan Winarno, 1994.
MSG pertama kali ditemukan oleh Ikada pada tahun 1909 dari mengisolasi garam metalik asam glutamat dari tumbuhan laut genus
Laminaria atau disebut konbu di Jepang. MSG memiliki cita rasa yang khas yang disebut umami suatu elemen rasa yang dijumpai pada makanan
alamiah seperti kaldu. Karakteristik umami berbeda dengan empat rasa yang lain pahit, manis, asin, dan asam, tetapi berupa sedap, lezat atau enak.
Rasa umami ini bertahan lama dan didalamnya terdapat komponen L- glutamate suatu asam amino nonesensial
dan 5’-ribonucleotide. MSG banyak digunakan pada masakan Cina, dan Asia Tenggara yang dikenal
dengan nama ajinomoto, sasa, veksin, miwon atau weichaun Loliger, 2000.
5. Minyak Goreng Minyak goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini
harganya masih cukup mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali- kali untuk menggoreng, terutama dilakukan oleh penjual makanan
gorengan. Secara ilmiah minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali, dengan pemanasan tinggi sangatlah tidak sehat, karena minyak tersebut
commit to user 16
asam lemaknya lepas dari trigliserida sehingga jika asam lemak bebas mengandung ikatan rangkap mudah sekali teroksidasi menjadi aldehid
maupun keton yang menyebabkan bau tengik. Minyak goreng selain berfungsi sebagai medium penghantar panas juga dapat menambah rasa
gurih, menambah nilai gizi dan kalori bahan pangan. Kecukupan suhu dan waktu penggorengan berbeda untuk setiap bahan, kondisi dan perlakuan
Ketaren, 1986. Di Indonesia Standar mutu minyak goreng diatur dalam
SNI 01-3741-1995 dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6
. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng No.
Kriteria Uji Persyaratan
1. Bau
Normal
2. Rasa
Normal
3. Warna
Muda jernih
4. Kadar Air
Max.0,3
5. Berat Jenis
0,9 gramL
6. Asam Lemak bebas
Max.0,3
7. Angka Peroksida
Max. 2 megKg
8. Angka Iodium
45 -46
9. Angka Penyabunan
196- 206
10. Titik Asap
min 200
o
C
11. Indeks Bias
1,448 – 1,450
12. Cemaran Logam
Besi Max 1,5 mgKg
Timbal Max 0,1 mgKg
Tembaga Max. 40 mgKg
Seng Max. 0,05 mgKg
Raksa Max. 0,1 mgKg
Timah Max. 0,1 mgKg
Arsen Max. 0,1 mgKg
Sumber : SNI 01-3741-1995.
Minyak goreng sangat mudah mengalami oksidasi dan ketengikan. Proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak. Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya
bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh proses autoksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak.
Autoksidasi dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
commit to user 17
hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim
lipoksidase. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi,
sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan
menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut
teori, sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat
disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan O
2
membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat tidak stabil dan mudah pecah
menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa
dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida- aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada
lemak Winarno, 1992. Minyak goreng yang digunakan berulang kali atau yang disebut
minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak
menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan
trigliserida menjadi gliserol dan Free Fatty Acid FFA atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat disukai oleh jamur
aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati. Penyimpanan lemakminyak yang baik
adalah dalam tempat tertutup, tidak lembab, jauhkan dari sinar matahari atau panas, dan jauhkan dari logam berat yang dapat memicu peristiwa
oksidasi. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel. Adanya antioksidan berupa vitamin E dan polifenol dalam lemak akan
mengurangi kecepatan proses oksidasi Aprilio, 2010.
commit to user 18
E. Pengemas