116
No Kutipan
Fungsi Lambang
bulu-bulunya dengan sosornya sambil bercerita. Pelayan itu tetap di sana dan mendengarkannya. Mereka saling bercerita tentang tempat-tempat yang telah mereka
kunjungi sepanjang hari itu dan makanan enak yang mereka temukan. Namun salah satu berkata dengan nada sedih “Sesuatu yang berat masuk ke dalam perutku. Aku
tadi makan dengan terburu-buru sehingga tertelan olehku sebuah cincin yang terletak di bawah jendela ratu. Pelayan itu segera menangkap itik itu di lehernya dan
membawanya ke dapur dan berkata pada tukang masak “ini ada seekor itik yang gemuk, potonglah itik ini”. “Baiklah“ kata tukang masak itu sambil menimbang itik
itu dengan tangannya. “Itik ini sudah berhasil menggemukkan badannya sendiri dan pasti sudah lama menunggu untuk dipanggang.“ Tukang masak itu pun memenggal
kepalanya dan saat ia hendak mempersiapkan itik itu untuk dipanggang, ia menemukan cincin ratu di dalam perutnya. Pelayan itu dengan mudah membuktikan
bahwa ia tidak bersalah dalam masalah cincin yang hilang. Raja akan memenuhi permintaan pelayan itu karena telah menuduhnya sebagai pencuri cincin itu. Raja
juga berjanji memberikan posisi terbaik yang diinginkan pelayan itu.
7. Der Diener schlug alles aus und bat nur um ein Pferd und Reisegeld. Denn er hatte
Lust, die Welt zu sehen und eine Weile darin herumzuziehen. Als seine Bitte erfüllt war, machte er sich auf den Weg und kam eines Tages an einem Teich vorbei, wo er
drei Fische bemerkte, die sich im Rohr gefangen hatten und nach Wasser schnappten.
Tetapi pelayan itu menolak dan hanya meminta seekor kuda dan uang untuk perjalanan. Ia mempunyai keinginan untuk melihat dunia dan sedikit berkelana.
Permintaan itu dikabulkan, lalu ia melakukan perjalanan. Suatu saat, ia tiba di sebuah kolam, di sana ia melihat ada tiga ekor ikan yang terjerat di alang-alang dan
membutuhkan air. Mediation Perantara
peristiwa penghubung B
3
117
No Kutipan
Fungsi Lambang
8. Obgleich man sagt, die Fische wären stumm, so vernahm er doch ihre Klage, daß sie
so elend umkommen müßten. Weil er ein mitleidiges Herz hatte, so stieg er vom Pferde ab und setzte die drei Gefangenen wieder ins Wasser. Sie zappelten vor
Freude, steckten die Köpfe heraus und riefen ihm zu: Wir wollen dirs gedenken und dirs vergelten, daß du uns errettet hast Er ritt weiter, und nach einem Weilchen
kam es ihm vor, als hörte er zu seinen Füßen in dem Sand eine Stimme. Er horchte und vernahm, wie ein Ameisenkönig klagte: Wenn uns nur die Menschen mit den
ungeschickten Tieren vom Leib blieben Da tritt mir das dumme Pferd mit seinen schweren Hufen meine Leute ohne Barmherzigkeit nieder Er lenkte auf einen
Seitenweg ein, und der Ameisenkönig rief ihm zu: Wir wollen dirs gedenken und dirs vergelten Der Weg führte ihn in einen Wald, und da sah er einen Rabenvater
und eine Rabenmutter, die standen bei ihrem Nest und warfen ihre Jungen heraus. Fort mit euch, ihr Galgenschwengel riefen sie, wir können euch nicht mehr satt
machen, ihr seid groß genug und könnt euch selbst ernähren. Die armen Jungen lagen auf der Erde, flatterten und schlugen mit ihren Fittichen und schrien: Wir
hilflosen Kinder, wir sollen uns selbst ernähren und können noch nicht fliegen Was bleibt uns übrig, als hier Hungers zu sterben Da stieg der gute Jüngling ab, tötete
das Pferd mit seinem Degen und überließ es den jungen Raben zum Futter. Die kamen herbeigehüpft, sättigten sich und riefen: Wir wollen dirs gedenken und dirs
vergelten Walaupun orang berkata bahwa ikan adalah makhluk yang bodoh, namun pelayan
itu mendengar bagaimana mereka meratapi nasib. Karena pelayan itu memiliki hati yang baik, ia lalu turun dari kudanya dan membantu ketiga ikan tersebut kembali ke
dalam air. Mereka melompat dengan gembira, mengeluarkan kepalanya dan berteriak
“Kami akan mengingatmu dan akan membalasmu karena telah menyelamatkan kami.“ Pelayan itu melanjutkan perjalanannya dan tidak lama kemudian ia
The hero´s reaction Reaksi pahlawan
E
5
118
No Kutipan
Fungsi Lambang
mendengar suara di pasir di dekat kakinya. Ia terus mendengarkan suara itu ternyata suara raja semut yang mengeluh. “Mengapa orang-orang dengan binatangnya yang
ceroboh dan tak bisa jauh dari tubuh kami Kuda bodoh itu telah menginjak-injak rakyatku tanpa ampun“ Pelayan itu lalu membawa kudanya menelusuri jalan setapak
dan raja semut itu berteriak kepadanya. “Kami akan mengingatmu dan akan membalasmu.“ Jalan itu membawanya ke dalam hutan, dan ia melihat seekor ayah
gagak dan seekor ibu gagak. Mereka berdiri di dekat sarang mereka dan melemparkan anak-
anak mereka keluar. “Pergi kalian, anak-anak bodoh tidak berguna“ teriak mereka. “Kami tidak dapat lagi mencari makanan untuk kalian,
kalian sudah cukup besar dan bisa mencari makan sendiri.“ Gagak-gagak kecil yang malang itu tetap berbaring di ta
nah sambil mengepakkan sayap dan menangis. “Kami anak-anak tak berdaya, kami harus bergerak tetapi kami tidak bisa terbang Kami
tidak dapat berbuat apa- apa kecuali berbaring di sini dan mati kelaparan.“ Pelayan
muda itu tersentuh dengan kejadian itu, ia membunuh kudanya dengan pedang dan memberikannya kepada gagak-gagak kecil itu untuk dimakan. Mereka melompat
mendekatinya dan melahapnya dengan semangat lalu berkata “Kami akan mengingatmu dan akan membalasmu“
9. Er mußte jetzt seine Beine gebrauchen, und als er lange Wege gegangen war, kam er