Tari Klasik Gaya Yogyakarta

1 Sawiji Artinya konsentrasi total tanpa menimbulkan ketegangan jiwa bagi diri penari. Dalam hal ini, penari harus berkonsentrasi terhadap tari yang dibawakan, sehingga maksud dari tari tersebut dapat disampaikan dengan baik. 2 Greget Artinya dinamika atau semangat dari penari yang dimunculkan melalui pembawaan diri dan pada saat menari semata-mata tertuju pada pada kepentingan dan karakter tarinya. 3 Sengguh Artinya percaya terhadap diri sendiri tanpa ada tujuan untuk menyombongkan diri. Tetapi, penari harus percaya bahwa tari yang ditampilkan baik, agar penonton yang melihat akan merasa baik pula. 4 Ora mingkuh Artinya pantang mundur, penari harus memiliki keberanian dan siap dalam menghadapi tantangan yang ada. Setiap penari baik putra maupun putri yang ingin mempelajari tari klasik gaya Yogyakarta, harus melewati beberapa tahapan atau tingkatan tarinya. Tari dasar putri klasik gaya Yogyakarta yang menjadi tingkatan paling bawah dan awal untuk penari yaitu Tari Sari Tunggal. Tari ini berisi tentang ragam-ragam gerak dasar untuk tari srimpi dan bedhaya. Ragam tari ini dimulai dari gerak sembahan kemudian kapang- kapang dan diakhiri pula dengan gerak sembahan. Sari Tunggal ditarikan secara tunggal oleh penari putri yang menggunakan pola melingkar, maju maupun mundur, penari tersebut akan kembali lagi ke tempat semula.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan dari peneliti yang akan menjadi acuan dalam mencari data. Pertanyaan penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah proses pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta ? 2. Nilai-nilai pendidikan karakter apa sajakah yang terkandung dalam pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta ? 3. Adakah nilai pendidikan karakter dalam tari Sari Tunggal ?

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian dengan judul “Peranan Sari Tunggal dalam Proses Belajar Tari Puteri Gaya Yogyakarta di Keraton Yogyakarta” oleh Titik Putraningsih pada saat memperoleh gelar sarjana S-1 di Institut Seni Indonesia. Penelitian ini berisi tentang latar belakang tari Sari Tunggal yang digunakan sebagai pelajaran tari dasar di organisasi tari Kridha Beksa Wirama, dan digunakan untuk mengawali latihan tari di Keraton Yogyakarta. Peneliti menjelaskan tentang catatan tari Sari Tunggal yang dijabarkan dengan penggunakan ragam geraknya pada tari Srimpi, Bedhaya, maupun Wayang Wong. Terdapat pula penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan dari tari Sari Tunggal melalui motif gerak, ritme gerak, dan irama gendhing, faktor durasi, faktor pengulangan gerak.

D. Kerangka Berpikir

Masyarakat Indonesia mulai melupakan norma-norma yang ada, sehingga banyak terjadi perilaku yang menyimpang. Salah satu cara untuk mengurangi penyimpangan tersebut adalah dengan menanamkan karakter. Karakter tersebut diberikan sejak dini kepada anak-anak, dan bisa melalui pendidikan seni, yaitu seni tari karena memiliki banyak ketentuan yang harus dipatuhi. Salah satu tari yang memiliki aturan dan patokan yang tetap sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah tari klasik. Pembelajaran tari bisa diberikan di mana saja, tidak hanya secara formal di sekolah-sekolah umum, namun juga bisa diajarkan di sanggar-sanggar. Salah satu tempat yang mengajarkan tari klasik gaya Yogyakarta yaitu di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta di bawah naungan Kawedanan Hageng Punokawan Parwa Budaya yaitu Kawedanan Hadeng Punokawan Kridha Mardawa yang mengawali latihan dengan tari Sari Tunggal. Pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan memiliki banyak keunikan dari pakaian yang digunakan, serta proses pembelajarannya, sehingga banyak terkandung nilai-nilai karakter di dalamnya. 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan judul dan beberapa penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan metode Kualitatif. Menurut Creswell 2012: 4, penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik yang penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah. Data yang diperoleh dalam analisis pada metode penelitian ini lebih bersifat deskriptif.

B. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah proses pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta ini yaitu siswa dan narasumber yang merupakan guru atau pengajar di Bangsal Kasatariyan Keraton Yogyakarta.

D. Data penelitian

Data penelitian ini berbentuk kalimat yang menggambarkan tentang proses yang dilakukan oleh peneliti, serta hasil dari penelitian karena penelitian kualitatif ini berbentuk deskripsi dan bertujuan untuk membuat gambaran tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta.

E. Sumber data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer, dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang secara langsung memberikan data kepada peneliti, sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Misalnya melalui orang lain, atau dokumen yang ada dan telah lalu Sugiyono: 2012. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari guru pengajar di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta selaku narasumber, serta beberapa guru dari sanggar tari klasik gaya Yogyakarta, dan menggunakan data sekunder yang berupa dokumen untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

F. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah yang tidak bisa dihindari dalam kegiatan penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang dicari. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Pemahaman tentang pengumpulan data tersebut yaitu:

1. Observasi

Observasi menurut Nasution melalui Sugiyono, 2014: 64 adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Peneliti akan belajar tentang data apa saja yang akan diteliti, serta akan mengetahui situasi lapangan sebelum melaksanakan penelitian. Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif karena peneliti tersebut ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh narasumber ikut menjadi bagian di dalam pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta. Peneliti melakukan observasi secara formal maupun santai, yaitu saat diadakannya latihan rutin pada setiap hari Minggu maupun ketika berdiskusi dengan beberapa guru pengajar dari Bangsal Kasatriyan, dan guru dari sanggar-sanggar tari klasik gaya Yogyakarta. Peneliti ikut menari dalam latihan rutin di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta namun tetap melaksanakan observasi. Sehingga peneliti dapat mencari data dan mengetahui keadaan lokasi penelitian.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan percakapan antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk mencapai atau mengetahui maksud tertentu. Kedua pihak tersebut yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara interviewee adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pihak pertama, Moleong: 2013. Penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam, yang dilakukan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka secara langsung untuk mengetahui informasi-informasi yang ingin diketahui oleh peneliti.