Untuk mempermudah penelitian, maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen untuk memperoleh data tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran
tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta. Lembar pengamatan observasi dibuat untuk mempermudah peneliti dalam
rangka mengetahui keadaan lokasi penelitian. Lembar tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 1: Kisi-kisi Observasi
No. Aspek yang diamati
Hasil Observasi 1.
Proses pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta.
2. Pengamatan tentang peraturan pembelajaran tari
Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta.
3. Pengamatan tentang ragam gerak tari Sari
Tunggal.
Kisi-kisi instrumen yang lain yaitu kisi-kisi wawancara yang dibuat berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dari peneliti. Kisi-kisi tersebut yaitu sebagai
berikut.
Tabel 2: Kisi-kisi Wawancara
No. Aspek Wawancara
Inti Pertanyaan 1.
Sejarah tari Sari Tunggal. a. Tahun terciptanya tari Sari Tunggal.
b. Pencipta tari Sari Tunggal. c. Sejarah tari Sari Tunggal diajarkan di
Bangsal Kasatriyan,
Keraton Yogyakarta.
2. Pembelajaran tari Sari Tunggal.
a. Proses pembelajaran tari Sari Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton
Yogyakarta. 3.
Peraturan pembelajaran. a. Peraturan pembelajaran tari Sari
Tunggal di Bangsal Kasatriyan, Keraton Yogyakarta.
4. Nilai-nilai pendidikan karakter.
a. Nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran tari Sari Tunggal di
Bangsal Kasatriyan,
Keraton Yogyakarta.
b. Nilai pendidikan karakter dalam tari Sari Tunggal.
Selain kisi-kisi observasi dan wawancara, peneliti membuat kisi-kisi dokumentasi untuk mempermudah dan membantu memperoleh data.
Tabel 3: Kisi-kisi Dokumentasi
No. Dokumentasi
Hasil Dokumentasi 1.
Rekaman: a. Rekaman video proses pembelajaran tari
Sari Tunggal. b. Rekaman wawancara terhadap narasumber.
2. Foto-foto:
a. Foto-foto tari Sari Tunggal. b. Foto proses pembelajaran tari Sari Tunggal.
3. Buku catatan dan referensi:
a. Buku catatan tentang tari Sari Tunggal. b. Buku catatan hasil wawancara.
H. Teknik Keabsahan Data
Agar hasil penelitian ini valid, lebih kuat, dan lebih jelas bila dibandingkan dengan hanya menggunakan satu teknik, maka peneliti menggunakan teknik
triangulasi data. Menurut Sugiyono 2012: 241, triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Teknik keabsahan data yang dipilih oleh peneliti yaitu triangulasi sumber,
yaitu peneliti mencari data dari sumber yang berbeda, namun teknik yang digunakan
sama. Peneliti menggabungkan hasil yang telah diperoleh dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang mendukung penelitian.
I. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu setelah seluruh data diperoleh dari observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi,
kemudian peneliti akan menggabungkan data tersebut dalam teknik triangulasi data. Selanjutnya peneliti akan mulai menganalisis data dengan cara:
1. Reduksi data
Artinya yaitu merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema, dan polanya dari data yang sudah didapatkan dari
proses pengumpulan data. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu mencatat data hasil
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi yang didapatkan selama melakukan penelitian di Bangsal Kasatriyan. Langkah berikutnya peneliti menyeleksi
dari data-data yang sudah terkumpul, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dibutuhkan.
2. Display data atau penyajian data
Artinya yaitu menyajikan data yang sudah direduksi dengan menguraikan secara singkat menggunakan kata-kata yang diperoleh dari hal-hal pokok yang sudah
dirangkum. Display data ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami apa yang telah diteliti.
3. Penarikan kesimpulan
Artinya yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah dirangkum dan diuraikan secara singkat dan akan menghasilkan data yang valid sebagai jawaban
dari permasalahan yang ada. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin bisa menjawab pertanyaan dari peneliti, namun mungkin juga tidak bisa menjawab
pertanyaan dari peneliti, karena hal yang diteliti dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara. Peneliti menari kesimpulan setelah data yang didapat cukup, dan
setelah peneliti melaksanakan proses penelitian yang panjang.
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
Tari Sari Tunggal merupakan tari putri klasik gaya Yogyakarta yang dapat ditarikan secara tunggal maupun bersamaan. Tari ini tidak memiliki cerita dan makna
apapun, namun berisi urutan ragam gerak yang memiliki makna untuk melatih kesabaran, kepekaan irama bagi penari. Ragam gerak tersebut banyak digunakan
pada tari Srimpi dan bedhaya. Tari Sari Tunggal berasal dari kata sari yang berarti inti tari, dan tunggal yang berarti wiraga, wirama, dan wirasa yang menyatu. Tari ini
berawal dari munculnya organisasi tari di luar benteng keraton, yaitu organisasi Kridha Beksa Wirama yang biasa disebut KBW yang lahir pada tahun 1918.
Organisasi ini mengajarkan tari Sari Tunggal dengan tujuan untuk memperkenalkan ragam tari putri klasik gaya Yogyakarta kepada masyarakat yang belum bisa menari.
Tari Sari Tunggal diiringi oleh seperangkat gamelan Jawa dengan menggunakan jenis gendhing ketawang. Gendhing ketawang yang sering dimainkan
yaitu Ketawang Tunggal Jiwa, dan Ketawang Brondong Mentul. Berdasarkan hasil observasi peneliti, gendhing ketawang yang digunakan tersebut dimainkan secara
bergantian dan berbeda setiap minggu. Pengrawit tidak menentukan akan memainkan gendhing ketawang tertentu, melainkan mengikuti irama dan notasi
gendhing pembuka dari bonang. Hal ini karena pola gendhing ketawang sama, perbedaannya terletak pada notasinya.
Belajar menari memiliki tahapan-tahapan yaitu tahap awal siswa belajar tari dasar untuk perkenalan ragam gerak. Berikutnya siswa belajar tari bentuk seperti tari
tunggal, tari berpasangan, maupun tari kelompok. Hal ini sama dengan pembelajaran tari di Kridha Beksa Wirama, yaitu tari Sari Tunggal dipelajari pertama kali bagi
siswa baru kemudian siswa belajar tari Srimpi dan Golek Depdikbud: 1986. Begitu pula dengan pembelajaran tari di Keraton Yogyakarta, Sari Tunggal dipelajari di
awal dan membuka latihan rutin setiap hari Minggu kemudian siswa putri berlatih tari Srimpi Pandhelori. Tahun 1970 an siswa tidak hanya mempelajari dua tarian saja
melainkan juga berlatih tari Golek Lambangsari wetah, sedangkan saat ini tari Golek tidak dipelajari di keraton.
Pembelajaran tari tidak hanya di sekolah formal saja, namun pembelajaran juga bisa dilaksanakan di organisasi non formal yaitu pembelajaran tari di Bangsal
Kasatriyan Keraton Yogyakarta. Bangsal ini menjadi tempat penelitian untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran tari Sari Tunggal.
Bangsal Kasatriyan dahulu digunakan sebagai tempat putra raja yang belum menikah, sedangkan saat ini Bangsal Kasatriyan digunakan untuk latihan menari
rutin setiap hari Minggu pagi pukul 10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Bangsal Kasatriyan berupa pendapa yang terletak di sisi timur Bangsal
Kencana yang merupakan pusat kegiatan kebudayaan di Keraton Yogyakarta. Cara untuk menuju bangunan ini yaitu melewati Bangsal Kencana ke arah timur,
kemudian melewati gerbang besar menuju pendapa Bangsal Kasatriyan. Berikut ini adalah foto Bangsal Kasatriyan dari sisi timur dan selatan yang
diambil saat peneliti melakukan observasi.