Sejarah Tari Sari Tunggal

1. Kebaya tangkepan atau disebut juga model kartini, tanpa menggunakan hiasan renda, bros, dan bordir. Kebaya yang digunakan bisa terawang maupun tertutup. 2. Guru dan siswa yang menggunakan kebaya terawang harus memakai semekan. Semekan merupakan kain bermotif batik yang digunakan sebagai dalaman kebaya. Berikut ini merupakan contoh siswa yang memakai kebaya dan semekan. Gambar 3: Siswa memakai kebaya dan semekan Dok.: Bowo, 2015 3. Jarik yang digunakan berlatar putih yaitu jarik motif gaya Yogyakarta, tidak menggunakan gurdha. Jika menggunakan motif lerek, dengan lebar lerek tidak boleh melebihi 7 cm. Biasanya jarik yang digunakan bermotif parang klithik. Siswa dan guru memakai jarik dengan model seredan, yaitu kain sebelah kiri diberi sisa sehingga bisa dijimpit saat menari. Siswa dan guru melipat sisa kain seredan tersebut ketika memasuki area Keraton Yogyakarta, sehingga tampak lebih rapi dan bersih. Berikut ini adalah contoh siswa yang memakai jarik saat memasuki Keraton Yogyakarta. Gambar 4: Siswa memakai jarik dan seredan dilipat agar tampak lebih rapi saat memasuki area Keraton Yogyakarta Dok.: Satria, 2015 4. Guru dan siswa menggunakan sanggul tekuk tanpa hiasan ceplok, mentul, penetep, dan perhiasan kepala lainnya. 5. Guru dan siswa diharapkan memakai giwang atau subang, jika tidak menggunakan subang artinya ia sedang berduka atau sedang hamil. 6. Tidak diperkenankan menggunakan gelang dan kalung. Berikut ini adalah contoh siswa yang memakai sanggul tanpa hiasan apapun, memakai giwang atau subang dan tidak menggunakan kalung. Gambar 5: Siswa memakai sanggul, giwang, dan tidak memakai kalung Foto: Mayong, 2015 7. Ketika para guru maupun siswa sudah memasuki wilayah keraton, tidak diperbolehkan menggunakan alas kaki. 8. Ketika datang ke Keraton, sebaiknya belum menggunakan sampur. Gambar 6: Siswa menggunakan kebaya tangkepan, sampur motif cindhe, dan melipat dua kali di pinggang setelah selesai berlatih tari Sari Tunggal Dok.: Satria, 2015 Gambar di atas merupakan contoh siswa saat selesai berlatih menari tari Sari Tunggal. Sampur yang digunakan bermotif cindhe, dan sebelum turun dari pendapa sampur tersebut diikat dua kali di pinggang. 9. Sampur yang digunakan oleh guru dan siswa adalah sampur gaya Yogyakarta, yaitu sampur yang tidak menggunakan gombyok atau payet. 10. Sebelum berlatih, sampur diikat di pinggang satu kali. Kemudian, sampur ditata saat penari sudah melakukan jengkeng, sebelum mulai gerak sembahan. Ketika selesai menari, sampur diikat kembali dua kali di pinggang. 11. Jika siswa maupun guru datang membawa tas, maka tidak diperkenankan menggunakan tas punggung, sebaiknya menggunakan tas tenteng. Berikut adalah cara membawa tas yang benar saat datang ke area Keraton Yogyakarta. Gambar 7: Siswa masuk ke lingkungan Keraton Yogyakarta dengan membawa tas, dan tidak diperkenankan menggunakan alas kaki Dok.: Satria, 2015