Sampling Organ Limfoid Sekunder Pembuatan Preparat Histopatologi

atlanto occipitale menarik dari bagian leher ke kranial dan bagian bahu ke kaudal. Perlakuan dilaksanakan selama dua bulan dengan pertimbangan dari pemberian herbal yang tidak bisa menunjukan efek cepat seperti bahan kimia, namun diperlukan waktu agar efek pemberian ekstrak minyak jintan hitam terlihat. Tabel 7 Kelompok Perlakuan pada Mencit Jantan dan Betina dalam Penelitian Kelompok Perlakuan Kontrol Cekok aqua sebanyak 0.1 mlekorhari Preventif Cekok habbatussauda sebanyak 0.1 mlekorhari Kuratif Cekok habbatussauda sebanyak 0.2 mlekorhari Habatussauda+Madu Cekok campuran habbatussauda+madu sebanyak 0.3 mlekorhari Ket: Perhitungan dosis penggunaan ekstrak minyak jintan hitam dan campuran dari ekstrak minyak jintan hitam dan madu dapat dilihat pada lampiran Mencit yang telah dieuthanasi, dibuka bagian abdomennya dimulai dari hipogastrium hingga bagian symphysis pubis. Namun jika dalam waktu dua bulan masa perlakuan terdapat mencit yang mati maka mencit akan dinekropsi untuk didiagnosa penyebab kematian mencit tersebut.

3.4.2 Sampling Organ Limfoid Sekunder

Sistem imun organ yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah organ limfoid sekunder yang akan dijadikan preparat histopatologi yaitu limpa dan limfonodus. Organ-organ ini diambil setelah nekropsi dilakukan pada mencit. Organ-organ dalam mencit akan dijadikan preparat histopatologi untuk diambil data-datanya, yang akan menjadi bukti ilmiah tentang khasiat dari habatussauda. Organ seperti limpa dan limfonodus yang telah dipisahkan dengan organ lain kemudian disimpan di dalam sebuah wadah sampel yang berisi BNF 10. Penyimpanan organ menggunakan BNF 10 ini dengan tujuan untuk mengawetkan organ sehingga organ tersebut masih dalam keadaan yang baik untuk dijadikan preparat. Setelah larutan berpenetrasi sempurna ke dalam organ, langkah selanjutnya adalah trimming memilih bagian dari organ yang dijadikan preparat histopat. Proses trimming dilakukan dengan memotong tipis bagian yang dipilih untuk pemeriksaan mikroskopis organ yang telah difiksasi, kemudian dipotong dengan ketebalan 0,5 cm.

3.4.3 Pembuatan Preparat Histopatologi

Pembuatan preparat histopatologi dimulai dengan tahap pemotongan organ yang telah difiksasi dengan ketebalan 0,5 cm dan kemudian ditempatkan pada tissue casset . Tissue casset diatur ke dalam tissue basket untuk proses dehidrasi dan direndam kembali di dalam larutan BNF 10 sampai diproses. Organ yang dijadikan preparat dipilih untuk digunakan dalam pengamatan, proses ini disebut proses trimming. Tahapan berikutnya dilakukan dehidrasi dengan cara merendam sediaan tersebut berturut-turut ke dalam alkohol 70, 80, 90, 96, alkohol absolut I, alkohol absolut II masing-masing selama 60 menit, kemudian clearing dalam larutan xylol I, xylol II dan xylol III masing-masing selama 40 menit, serta proses embedding dalam parafin I, II, III, dan IV dalam automatic tissue processor masing-masing selama 30 menit. Tahapan selanjutnya adalah proses embedding atau penanaman jaringan ke dalam blok parafin. Jaringan diletakkan di tengah cetakan blok parafin yang telah diisi sedikit parafin cair. Setelah mulai membeku, parafin ditambahkan kembali sampai alat pencetak penuh, lalu dibiarkan sampai parafin mengeras dan blok disimpan di refrigerator sampai dipotong dengan mikrotom. Potongan organ awalnya dimasukkan ke dalam alat pencetak berisi parafin cair dengan memperhatikan posisi organ agar tetap berada di tengah blok parafin. Blok parafin dipotong dengan ketebalan 5µm dengan menggunakan mikrotom. Hasil pemotongan yang berbentuk pita ribbon, diletakkan di atas permukaan air hangat 45˚C pada waterbath dengan tujuan untuk menghilangkan lipatan akibat pemotongan. Sediaan diangkat dari permukaan air dengan gelas objek yang telah diulasi larutan albumin yang berfungsi sebagai perekat. Selanjutnya sediaan dikeringkan di dalam inkubator suhu 60˚C selama satu malam. Tahap pewarnaan dilakukan dengan cara sediaan dimasukkan ke dalam xylol untuk dideparafinisasi sebanyak dua kali. Selanjutnya sediaan dilanjutkan dengan proses rehidrasi. Proses rehidrasi dimulai dari alkohol absolut sampai ke alkohol 80, yang masing-masing lamanya dua menit. Setelah itu, sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Sediaan yang telah kering diwarnai dengan pewarnaan Mayer΄s Hematoksilin selama delapan menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan lithium karbonat selama 15-30 detik, dibilas dengan air, dan diwarnai dengan pewarna Eosin selama 2 menit. Selanjutnya, sediaan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan warna Eosin yang berlebih sebelum akhirnya dikeringkan. Setelah kering, sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 90 sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut I sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut II selama 2 menit, xylol I selama satu menit, xylol II selama dua menit. Sediaan ditetesi perekat permount, ditutup dengan cover glass, dan dibiarkan kering sesuai dengan metode Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Sediaan siap dilihat dan setelah perekat kering diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya.

3.4.4 Pengamatan Preparat Histopatologi