BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Peningkatan respon imun dapat terjadi karena adanya infeksi maupun setelah imunisasi atau adanya gangguan sirkulasi maupun tumor. Selain itu
peningkatan respon imun juga dipengaruhi oleh imunomodulator. Salah satu
herbal yang potensial sebagai imunomodulator adalah jintan hitam.
Pemberian jintan hitam secara teratur dengan dosis bertingkat kontrol, dosis prevetif, dosis kuratif dan capuran jintan hitam dengan madu menunjukkan
gambaran histopatologi yang berbeda-beda. Data kuantitatif yang diperoleh dari perhitungan rataan jumlah dan luas folikel menunjukkan nilai rataan yang berbeda
berdasarkan dosis pemberiannya. Selain gambaran histopatologi, hasil pengamatan pada slide organ limfoid sekunder tidak ditemukan adanya edema,
kongesti, dan hemoragi. Hal ini disebabkan manfaat dari jintan hitam yang dapat memperlancar peredaran darah El-Dakhakhny 2002. Peredaran darah yang
lancar dapat menghindari terjadinya kongesti, edema, dan hemoragi pada organ limfoid sekunder.
4.1 Perubahan Gambaran Histopatologis Pada Limfonodus
Limfonodus kelenjar getah bening adalah satu-satunya jaringan limfoid, yang terdapat di antara aliran limfe menyaring limfe sebelum memasuki aliran
darah. Organ ini paling teroganisasi dari seluruh organ limfatik, dan hanya satu- satunya yang memiliki pembuluh limfe eferen, dan sinus Dellman 1989.
Hasil percobaan menunjukkan perubahan pada limfonodus setelah diberikan jintan hitam dengan dosis bertingkat pada mencit secara teratur selama
dua bulan dapat dilihat dari gambaran histopatologi folikel limfoid yang berbeda pada setiap limfonodus Gambar 9. Limfonodus mencit menunjukkan gambaran
folikel limfoid baik dari jumlah maupun luasan yang berbeda antara perlakuan. Mencit yang diberikan jintan hitam dengan campuran madu menunjukkan luasan
folikel limfoid yang lebih luas dibandingkan dengan kontrol, preventif maupun kuratif.
Gambar 9 Histopatologi limfonodus pada mencit yang diberi perlakuan kontrol A, HS Preventif B, HS Kuratif C, HS Madu D Pewarnaan HE yang
menunjukkan perbedaan luasan antara Folikel Limfoid FL.
Hasil perhitungan rataan jumlah dan luas folikel limfoid merupakan data kuantitatif dalam bentuk hasil uji statistik yang disajikan pada Tabel 8, sedangkan
perbandingan gambaran perbedaan rataan jumlah dan luas dari folikel limfoid antara mencit jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar10.
Tabel 8 Rataan Jumlah dan Luas Folikel Limfoid Mencit Jantan dan Betina
Organ yang diamati
Parameter Folikel
Rata- rata
Perlakuan
Kontrol HS Preventif
HS Kuratif HS Madu
Limfonodus Jantan
Jumlah 6,5 ± 0,70
a
6,67 ± 2,89
a
4,0 ± 0,0
a
4,33 ± 1,53
a
Luas μm 71,5 ± 1,48
a
121,67 ± 1,25
ab
201 ± 3,12
bc
306,67 ± 6,8
c
Limfonodus Betina
Jumlah 5,5 ± 0,70
a
6,67 ± 1,53
a
6,0 ± 2,65
a
6,0 ± 3,51
a
Luas μm 78,0 ± 1,13
a
161 ± 6,83
ab
251,33 ± 8,27
bc
342,67 ± 1,02
c
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05
Hasil perhitungan rataan jumlah folikel limfoid setelah dilakukan uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata p0.05 dari masing-
masing perlakuan baik yang diberikan jintan hitam secara rutin Hs preventif, Hs kuratif dan Hs madu maupun yang tidak diberikan jintan hitam kontrol. Namun,
jika dilihat dari gambaran histogram perbedaan raatan jumlah folikel limfoid antara jantan dan betina pada Gambar 10 menunjukkan bahwa rataan jumlah
folikel limfoid betina lebih banyak dibandingkan dengan rataan jumlah folikel limfoid jantan.
Gambar histogram rataan jumlah folikel limfoid betina menunjukkan jumlah terbanyak pada perlakaun Hs preventif. Rataan jumlah pada mencit yang
diberikan perlakuan preventif maupun kuratif serta campuran jintan hitam dengan madu menunjukkan rataan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Rataan jumlah folikel limfoid pada jantan menunjukkan penurunan pada dosis kuratif maupun pada pemberian campuran ekstrak minyak
jintan hitam dengan madu.
Gambar 10 Histogram perbandingan rataan jumlah folikel limfoid pada mencit jantan dan betina yang diberikan jintan hitam selama dua bulan
Perbandingan rataan jumlah folikel limfoid betina dan jantan pada mencit yang diberikan jintan hitam menunjukkan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jantan kecuali pada dosis preventif. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena adanya peningkatan luas folikel limfonodus, sehingga beberapa folikel
1 2
3 4
5 6
7
Kontrol HS
Preventif HS Kuratif
HS Madu
R at
aan Jum
lah
Perlakuan
Jumlah Folikel Limfoid
Jantan Betina
bergabung menjadi satu. Menurut Searcy 1995, limfonodus berperan penting dalam pertahanan tubuh dan fungsi imun. Limfonodus bisa mengalami atrofi
maupun hipertrofi, atau bisa juga menjadi tempat dari inflamasi lokal maupun umum. Penyakit inflamasi selalu berhubungan dengan perubahan pada aliran
limfatik dan daerah disekitar limfonodus Cheville 2006. Hasil pengukuran luas folikel limfoid pada setiap perlakuan terlihat pada
tabel rataan luas yang menunjukkan kelompok yang diberikan ekstrak minyak jintan hitam dosis kuratif, dan kombinasi dengan madu memiliki rataan luas
folikel yang berbeda nyata p0.05 bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian jintan hitam dengan dosis preventif tidak menunjukkan ukuran luas folikel yang
berbeda nyata p0.05 dengan kontrol dan dosis kuratif. Hal ini kemungkinan karena mencit yang digunakan dalam penelitian ini bukan mencit jenis SPF
Specific Pathogen Free. Meskipun mencit yang digunakan sudah diberikan perlakuan khusus sehingga lebih baik dari mencit konvensional, namun masih
adanya peluang ketidakseragaman kondisi imunitas antara mencit sebelum diberikan asupan ektrak minyak jintan hitam. Hasil perlakuan pada kelompok
dosis kuratif dan madu menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji statistik jika dibandingkan dengan kontrol.
Gambar 11 memperlihatkan gambaran perbandingan luas folikel limfoid pada pemberian jintan hitam dengan dosis kontrol, preventif, kuratif, dan
kombinasi madu antara jantan dan betina. Rataan luas pada jantan maupun betina menunjukkan peningkatan rataan luas folikel pada pemberian jintan hitam dosis
preventif, kuratif dan campuran madu jika dibandingkan dengan kontrol. Namun antara jantan dan betina, rataan luas folikel betina lebih luas dibandingkan dengan
jantan baik pada dosis kontrol sampai pemberian campuran jintan hitam dengan madu. Pertambahan luas folikel dapat disebabkan oleh bertambahnya jumlah
limfosit pada folikel akibat adanya proliferasi sel limfosit.
Gambar 11 Histogram perbandingan rataan luas folikel limfoid pada mencit jantan dan betina yang diberikan jintan hitam selama dua bulan
Sel-sel yang terdapat pada organ limfonodus yang telah diberi perlakuan ditunjukkan pada Gambar 12 dan Gambar 13. Folikel limfoid menunjukkan
dominasi dari sel-sel limfosit. Peningkatan ini tidak selalu menjadi prognosis yang baik. Namun, peningkatan limfosit pada folikel limfoid dari hewan yang sehat
menunjukkan peningkatan kemapuan hewan dalam melawan penyakits Chao et al.
2004. Hasil pengamatan pada gambaran histopatologi sel-sel yang terdapat pada
organ limfonodus mencit yang diberikan jintan hitam maupun campuran jintan hitam dan madu menunjukkan adanya proliferasi sel limfosit, folikel limfoid
sebagian besar di dominasi oleh sel-sel limfosit Gambar 13. Gambaran folikel limfoid menjadi lebih besar dibandingkan dengan normal akibatnya gambaran
limfonodus terlihat lebih besar juga. Namun, folikel limfoid yang besar tidak hanya disebabkan oleh proliferasi sel limfosit. Hewan yang folikel limfoidnya
lebih besar dibandingan dengan normal dapat dikarenakan hewan tersebut mengalami hiperplasia maupun tumor Carlton dan McGavin 1998.
50 100
150 200
250 300
350
Kontrol HS
Preventif HS Kuratif HS Madu
Rat aan
L u
as
Perlakuan
Luas Folikel Lifoid
Jantan Betina
Gambar 12 Gambaran histopatologi sel-sel limfonodus perbesaran 400x pada perlakuan kontrol A, preventif B, kuratif C, dan madu D menunjukkan adanya
dominasi sel limfosit L pada organ limfonodus, namun beberapa slide organ menunjukkan adanya makrofag M dan megakariosit MK.
Perbedaan yang diperoleh dari penelitian ini dengan perbesaran yang terjadp pada tumor yaitu adanya keseragaman sel limfosit pada folikel limfoid mencit
perlakuan, sedangkan jika hewan mengalami hiperplasia maupun tumor terdapat infiltrasi dari sel neutrofil maupun eritrosit. Adanya perbesaran dari nukleus
dengan nukleokromatin yang homogen serta bentuk nuklear yang ireguler juga merupakan gambaran histopatologi pada limfonodus yang mengalami tumor
Carlton dan McGavin 1998. Menurut Fawcett 2002, limfosit merupakan agen utama bagi respon imun
tubuh. Sistem imun menyediakan mekanisme untuk pengenalan mikroorganisme dan benda asing lain yang memasuki tubuh dan menetralkan dari kemungkinan
pengaruh buruknya. Setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun disebut antigen. Dalam tubuh suatu individu dapat dijumpai dua tipe
dasar imunitas dapatan yang saling berhubungan. Salah satunya, tubuh mampu membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu molekul globulin dalam darah yang
mampu menyerang antigen spesifik.
Gambar 13 Gambaran histopatologi folikel limfoid perbesaran 1000x pada limfonodus yang telah diberikan perlakuan jintan hitam selama dua bulan
menunjukkan adanya proliferasi sel limfosit L pada organ limfonodus.
Pemberian jintan hitam berpengaruh pada jumlah dan luas dari folikel limfoid. Jintan hitam berfungsi sebagai imunomodulator yang di dalamnya
sebagian besar terdiri dari karbohidrat dan lemak. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan
karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion
,
dan molekul lain keluar dan masuk ke dalam sel. Hal ini yang akan membantu tubuh dalam melakukan
sistem pertahanan terhadap benda asing Winarno 2008. Menurut Jones et al. 2006, stimulasi antigen dapat menyebabkan hiperplasia reaktif yang dicirikan
dengan pembesaran limfoid. Umumnya, pada kondisi hiperplasia yang aktif akan terjadi peningkatan plasma sel, namun karena tidak ditemukan adanya plasma sel
pada gambaran sel maka dapat dikatakan bahwa pemberian jintan hitam menyebabkan hiperplasia reaktif pada organ limfonodus.
Bahan aktif dari jintan hitam yang sangat berperan dalam mekanisme sistem imun adalah thymoquinone Al Ali et al. 2008. Thymoquinone akan
meningkatkan respon imun yang dimediasi sel T dan sel NK natural killer cell serta meningkatkan perbandingan antara sel T helper Th dengan sel T suppresor
Ts El Kadi dan Kandil 1987. Selain itu jintan hitam juga meningkatkan
pertumbuhan sel B melalui peningkatan IL-3 interleukin-3, serta merangsang makrofag dengan peningkatn IL-1
ß Subijanto 2008. Peningkatan sel B akibat pemberian jinten hitam akan terlihat melalui
folikel limfoid yang di dalamnya kaya akan sel B. Menurut Fawcett 2002 folikel limfoid terlibat dalam perkembangan fungsional sel B. Semakin sedikit jumlah sel
B menandakan semakin sedikit juga folikel dan Germinal center pada limfonodus berarti limfonodus mengalami deplesi Kuby 1997. Semakin luas folikel dan
Germinal center pada limfonodus menandakan adanya peningkatan jumlah sel B
yang matang dan siap untuk melakukan respon imun terhadap benda asing. Tipe imunitas ini disebut imunitas humoral atau imunitas sel-B karena limfosit
membentuk antibodi. Tipe kedua dari imunitas dapat diperoleh melalui pembentukan limfosit teraktivasi dalam jumlah besar yang dirancang untuk
menghancurkan antigen. Tipe imunitas ini disebut imunitas yang diperantarai sel atau imunitas sel-T karena limfosit yang teraktivasi adalah limfosit T Guyton
dan Hall 2005. Seperti yang terlihat pada Gambar 8 pemberian jintan hitam yang dicampur dengan madu menunjukkan folikel limfoid yang lebih luas
dibandingkan dengan kontrol. Secara mikroskopik limfonodus terbagi atas tiga bagian, yaitu korteks,
parakorteks, dan medula. Korteks merupakan lapisan paling luar yang berisi sel limfosit B, sel dendrit folikular, dan makrofag yang tersusun dalam nodul yang
disebut folikel limfoid. Folikel limfoid merupakan sebutan dari kumpulan sel-sel yang terdapat pada bagian kortek ini dan terkadang dilengkapi dengan germinal
center . Folikel limfoid yang tidak dilengkapi dengan germinal center disebut
folikel primer sedangkan yang dilengkapi dengan germinal center disebut folikel sekunder Rao 2010. Germinal center merupakan tempat terjadinya poliferasi
dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel memory Messika 1998. Struktur folikel ini akan meluas pada saat terjadi respon antigen Douglas 2006.
Folikel primer merupakan tempat yang kaya akan sel B yang telah matang, sedangkan Germinal center merupakan tempat perkembangan terhadap respon
antigen yang terdiri dari sel dendrit dan sel B yang reaktif, sehingga untuk mengukur aktifitas limfonodus terhadap suatu rangsangan salah satunya dengan
melihat perubahan yang terjadi pada folikel limfoid.
Jintan hitam yang digunakan sebagai suplemen dalam kehidupan sehari- hari sering dikombinasikan dengan madu yang berfungsi sebagai antioksidan juga
dapat mempengaruhi sistem imun. Kombinasi antara jintan hitam dengan madu menunjukkan gambaran rataan luas folikel limfoid yang lebih luas Gambar 9
dan jumlah folikel menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan control hal ini disebabkan karena kandungan utama madu yaitu antioksidan fenolat yang
memiliki daya aktif tinggi serta bisa meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi oksidative stress Sirisinghe et al. 2006.
Proliferasi sel limfosit pada limfonodus mencit merupakan akibat dari pemberian jintan hitam. Kandungan thymoquinone yang terdapat pada jintan
hitam berfungsi sebagai anti depresan melalui mekanisme penghambatan dari pelepasan histamin yang nantinya akan mereduksi nilai cyclic Adenosine
Monophosphate cAMP Abdel-Sater 2009. Stres menginduksi kenaikan cAMP
intraseluler yang menyebabkan adanya penekanan sistem imun, contohnya dengan menghambat proliferasi limfosit dan antibodi Glaser et al. 1990. Penggunaan
jintan hitam secara rutin yang menyebabkan adanya proliferasi limfosit pada organ limfonodus. Tingginya kadar asam linoleat dan asam linolenic di dalam
jintan hitam juga berpengaruh terhadap proliferasi sel limfosit. Menurut Schleicher dan Saleh 2000, kandungan asam lemak yang tinggi terutama asam
linoleat dan asam linolenic dalam jintan hitam mampu meningkatkan sistem imun tubuh dengan cara meningkatkan proliferasi limfosit untuk menghasilkan antibodi.
Limfonodus akan mengarahkan limfosit muda yang terdapat pada folikel limfoid untuk menjadi limfosit dipredaran darah yang akan melakukan fungsinya
sebagai pendeteksi antigen. Kebanyakan limfosit yang terdapat pada superfisial korteks adalah sel B. Sel B ini dapat masuk ke peredaran darah sebagai sel
memori Sari 2010. Limfosit yang sudah ada di dalam organ limfoid sekunder akan bergerak
dari organ limfoid yang satu ke organ limfoid yang lain, saluran limfe dan darah. Dari sirkulasi tersebut limfosid akan kembali memasuki limfoid sekunder atau
rongga-rongga jaringan dan kelenjar getah bening Baratawidjaja 2002. Perbedaan yang terjadi pada rataan jumlah dan luas folikel limfoid betina
lebih tinggi dibandingkan dengan jantan. Hal ini karena adanya siklus estrus pada
betina, yang berpengaruh pada respon imun mencit. Pada saat estrus kondisis fisiologis mencit akan berubah karena terjadinya peradangan fisiologis pada
mencit Gyuton dan Hall 2005. Kondisi estrus juga menyebabkan serviks pada mencit betina dalam keadaan terbuka sehingga memungkinkan terjadinya
introduksi mikroorganisme ke dalam saluran reproduksi Lestari 2006. Selain itu kondisi estrus mencit juga sangat berhubungan dengan keadaan hormon di dalam
tubuh. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mencit yang sudah
dewasa. Pada mencit betina dewasa yang mengalami estrus akan menyebabkan adanya perubahan secara hormonal terutama pada hormon progesteron yang akan
meningkat pada saat terjadinya estrus. Sebagian besar hormon yang mengatur sistem imun dalam saluran reproduksi adalah estradiol-
17β dan progesterone Washburn et al. 1982.
Estradiol- 17β dapat memfasilitasi pembersihan mikroorganisme, sementara
treatment dengan progesteron sering menyebabkan adanya infeksi uterus.
Perubahan pada hormon ini yang akan memicu terjadinya peningkatan kerja organ sistem imun terutama pada mencit betina, sehingga pada folikel limfoid yang
terdapat pada limfonodus mencit betina menunjukkan luasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan folikel limfoid pada limfonodus jantan.
4.2 Perubahan Gambaran Histopatologis Pada Limpa