Ancaman Competitive Strategy of Leather Industries in Manding Central Leather Industries, Bantul Residence

PENENTUAN PERINGKAT Faktor Strategis Internal Kekuatan Pemberian peringkat faktor kekuatan didasarkan pada kekuatan industri kulit di manding dibandingkan dengan rata-rata industri sejenispesaing. Pemberian peringkat berdasarkan pada keterangan berikut ; Nilai 4 = jika faktor tersebut sangat baik jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 3 = jika faktor tersebut baik jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 2 = jika faktor tersebut baik cukup jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 1 = jika faktor tersebut tidak baik jika dibandingkan dengan pesaing. Kelemahan Pemberian peringkat faktor kelemahan didasarkan pada kelemahan industri kulit di manding dibandingkan dengan rata-rata industri sejenispesaing. Pemberian peringkat berdasarkan pada keterangan berikut ; Nilai 4 = jika faktor tersebut sangat tidak lebih lemah jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 3 = jika faktor tersebut tidak lebih lemah jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 2 = jika faktor tersebut sedang jika dibandingkan dengan pesaing. Nilai 1 = jika faktor tersebut lebih lemah jika dibandingkan dengan pesaing. Pada faktor internal, rating dengan skala 4 dan 3 diberikan untuk faktor kekuatan , sedangkan skala 2 dan 1 untuk faktor kelemahan. Penentuan peringkat suatu faktor internal diberikan penilaian dengan skala berikut: Nilai 4 = Kekuatan utama Nilai 2 = Kelemahan minor Nilai 3 = Kekuatan minor Nilai 1 = Kelemahan utama Tabel 3 Pemberian peringkat faktor strategis internal KEKUATAN 1 2 3 4 A. Lokasi usaha yang strategis B. Nama besar manding, desa wisata C. Terjaminnya ketersediaan bahan baku D. Mutu produk memuaskan E. Kental suasana kekeluargaan dalam bisnis F. Harga produk lebih murah G. Produk unik sesuai pesanan KELEMAHAN H. Jaringan kerjasama terbatas I. Promosi kurang agresif, J. Inovasi desain produk rendah K. Tidak ada merk dagang L. Keterbatasan modal, sarana prasarana umum M. Permasalahan Showroom sebagian kecil milik pengrajin, menjual produk luar manding N. Tingkat pendidikan rendah pembukuan campur, keterbatasan tenaga trampil, pelatihan tidak efektif Faktor Strategis Eksternal Peluang Pemberian peringkat faktor peluang didasarkan pada kemampuan industri kulit manding dalam meraih peluang yang ada. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ; Nilai 4 = jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang. Nilai 3 = jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang. Nilai 2 = jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sedang dalam meraih peluang. Nilai 1 = jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang. Ancaman Pemberian peringkat faktor ancaman didasarkan pada besarnya ancaman dalam mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ; Nilai 4 = jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan. Nilai 3 = jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan. Nilai 2 = jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap perusahaan. Nilai 1 = jika faktor ancaman memberikan sangat kuat mempengaruhi perusahaan. Tabel 4 Pemberian peringkat faktor strategis eksternal KEKUATAN 1 2 3 4 A. Ketersediaan kredit bagi IKM B. Pemerintah deprind, ATK, BBPPK mendukung C. Jumlah penduduk bantul meningkat D. Keunikan produk kulit eksotis, elegan, exclusive E. Teknologi informasi F. Produk kulit pari yang sedang digemari G. Sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok KELEMAHAN H. Kenaikan BBM I. Mudahnya pemain baru masuk J. Keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala K. Adanya produk substitusi L. Bahan baku impor lebih bermutu M. Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli N. Bahan baku relative mahal Lampiran 10 Kuesioner penilaian daya tarik AS strategi terhadap faktor-faktor strategis untuk penyusunan “Qualitative Strategic Planning Matriks” kepada pakar industry kulit di Bantul Nama : ……………………………………………………………….. Tempat Bekerja : ……………………………………………………………….. “Qualitative Strategic Planning Matriks” QSPM merupakan alat yang memungkinkan para penyususn strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Skor daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukan daya tarik relative satu strategi terhadap strategi yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. daya tarik = daya mempengaruhi. Pada kasus ini skor AS berkisar dari 1 sampai 8, skor AS = 1 menunjukan fakot tersebut tidak memiliki daya tarik sama skali terhadap strategi tersebut, sedangkan skor AS = 8 menunjukan faktor tersebut memiliki daya tarik paling tinggi terhadap strategi tersebut. Mohon kerjakan baris demi baris, dan jangan pernah menyalin skor yang sama dalam satu baris. Tabel 1 Penilaian daya tarik AS strategi terhadap faktor-faktor strategis Faktor internal dan eksternal SO1 SO2 SO3 ST2 WO1 WO2 WO4 WT1 S1 : Lokasi usaha yang strategis S2 : Nama besar manding, desa wisata S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku S4 : Mutu produk memuaskan S5 : Kuasana kekeluargaan kental - - - - - - - - S6 : Harga produk lebih murah S7 : Produk unik sesuai pesanan W1 : Jaringan kerjasama terbatas W2 : Promosi kurang agresif, W3 : Inovasi desain produk rendah W4 : Tidak ada merk dagang W5 : Keterbatasan modal, sarana prasarana umum W6 : Permasalahan Showroom W7 : Tingkat pendidikan rendah O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM O2 : Pemerintah mendukung - - - - - - - - O3 : Jumlah penduduk bantul meningkat O4 : Kesan eksotis, elegan, dan exclusive produk kulit O5 : Teknologi informasi O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari O7 : Sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok - - - - - - - - T1 : Kenaikan harga BBM - - - - - - - - T2 : Mudahnya pemain baru masuk T3 : Keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala T4 : Adanya produk substitusi T5 : Bahan baku impor lebih bermutu T6 : Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli - - - - - - - - T7 : Bahan baku relative mahal Keterangan : SO1 : Kerjasama dengan travel agen pariwisata. SO2 : Pemasaran berbasis internet. SO3 : Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat. ST2 : Tetap menjaga mutu produk dengan memberikan harga bersaing. WO1 : Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan area parkir dan fasilitas umum. WO2 : Pemberian merk dagang dan pemberian informasi produk. WO4 : Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin, agar para pengrajin manding aktif mengikuti pamera dan pendampingan administrasi pengajuan kredit IKM. WT1 : Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas. NB : Tanda “-“ menandakan tidak perlu diisi ===TERIMAKASIH=== Lampiran 11 Kuesioner validasi strategi kepada pakar industri kulit Yth. Bapak Pakar Industri Kulit di Bantul: Perkenankan nama saya Diklusari Isnarosi, mahasiswa Teknologi Industri Pertanaian IPB sedang melakukan penelitian tentang “Strategi Bersaing Industri Kulit Di Sentra Industri Kulit Manding Kabupaten Bantul ”. Penelitian ini merupakan syarat kelulusan studi saya. Demi kelancaran penelitian saya, mohon kesediaan Bapak membantu saya dalam menjawab kuesioner ini. Semua informasi yang diterima dalam kuesiner ini bersifat rahasia dan hanya untuk kepentingan akademis. Atas kesediaan Bapak saya ucapkan terima kasih. Hormat saya, Diklusari Isnarosi Petunjuk Pengisian: Mohon berikan tanggapan, kritik dan saran mengenai usulan strategi peningkatan daya saing untuk industri kulit di manding, sebagai berikut ; Hasil identifiksi permasalahan di industri kulit Manding, faktor pemasaran merupakan faktor yang paling berpengaruh karena mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam penjualan, cakupan pasar, dan profitabilitas. Permasalahan kedua adalah permodalan, yang menyangkut operasional dan pengembangan industri. Strategi 1 : Strategi dengan melakukan pemasaran berbasis internet. Aplikasi dapat berupa pembuatan website, bergabung dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun penggunaan media sosial seperti facebookdan twitter sebagai sarana promosi dan transaksi online. Strategi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan pemasaran antara lain: lemahnya kegiatan promosi, sempitnya jaringan kerjasama, minimnya informasi produk asli Manding kepada konsumen, serta diharapkan dapat meningatkan jumlah penjualan dan pendapatan para pelaku industri kulit di Manding. Tanggapan : …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Strategi 2 : Strategi pemberian informasi produk dan merk dagang. Strategi pemberian merk dagang produk dan informasi produk dinilai mampu mengatasi permasalahan yaitu tuntutan konsumen untuk memberikan identitas produk asli pengrajin Manding. Merk juga dapat digunakan sebagai sarana promosi. Tanggapan : …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Strategi 3 : Strategi mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding. Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding agar para pengrajin kulit di Manding berperan serta aktif dalam kegiatan pameran dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemda Bantul, pameran sebagai ajang promosi dan memperluas jaringan kerjasama. Pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan pengrajin dalam berinovasi, melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan, serta manajemen pengelolaan dan pengembangan bisnis. Paguyuban juga diharapkan memberikan fasilitas pendampingan administrasi pengajuan kredit bagi IKM. Tanggapan : …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… =============== Terimakasih Atas Kesediaannya ================== Lampiran 12 Contoh toko online pesaing Lampiran 12 Contoh toko online pesaing Lampiran 13 Contoh forum jual beli online ABSTRACT DIKLUSARI ISNAROSI NORSITA. Competitive Strategy of Leather Industries in Manding Central Leather Industries, Bantul Residence. Supervised by SUKARDI dan YANDRA ARKEMAN. Since 1979, Manding is the center of the leather industries which is well- known by the people of Yogyakarta. Currently, Manding leather industries have decreased the competitiveness. This is characterized by the reduction number of export, the amount of production and the amount of annual sales. The purposes of this study were: 1 to formulate a strategy to raise the competitiveness. 2 to determine the priority strategies in enhancing the competitiveness of the leather industries in Manding. The tools used to analyze the data were the IFE matrix, EFE matrix that assisted by Porte r’s Five Forces Model analysis, IE matrix, SWOT matrix, and QSPM matrix. The internal environment factors which influenced the company ‟s strength consist of satisfied quality product; the big name of Manding; and the availability of raw materials. Meanwhile, the weaknesses of the industry were caused by the limitation of business network; low education of the workers; and problems of showroom. The external factor that increasing the opportunies in the industry was the impression of manding leather products are exotic, elegant and exclusive. From the quesioner we found that one of the popular product is stingray leather products In addition, the government also supported this by Ministry of Industry, ATK, and BBPPK. On the other hand, the external factors that threaten the industry were the existence of similar leather industries in vary scales; increase in fuel; and competition with substitute products. Prioritized strategies in enhancing the competitiveness of the leather industry Manding based on QSPM matrix in this study were: 1 an Internet-based marketing, the applications could be website making, join in the tradingforum, as well as the use of social media as a promotional tool and online transactions. 2 Provide the product knowledge and product trademarks. These mean for promotion, capture loyal customers, and expand the network marketing cooperation. 3 Optimize the function of the Manding craftsmen community. The craftsmen association namely Setyo Rukun expected to motivate and coordinate the craftsmen being active following the exhibition and to improve the ability to innovate products and administrative guidance for SMEs Small and Medium Entities. As a results, these strategies are considered to cope the main issues in marketing and financial capital. Thus, by solving these expected to be able to improve the competitiveness in Manding leather industry center. Keywords: leather industries, strategy, SWOT RINGKASAN DIKLUSARI ISNAROSI NORSITA. Strategi Bersaing Industri Kulit Di Sentra Industri Kulit Manding Kabupaten Bantul. Dibimbing oleh SUKARDI dan YANDRA ARKEMAN. Manding merupakan sentra industri kulit yang sudah dikenal oleh masyarakat Yogyakarta sejak tahun 1979. Saat ini industri kulit di Manding mengalami penurunan daya saing, hal ini ditandai dengan penurunan jumlah produksi dan jumlah penjualan tahunan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing industri kulit di Manding berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya; 2 menentukan strategi prioritas dalam meningkatkan daya saing industri kulit di Manding. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE dengan analisis lingkungan industri Five Force’s Competitor, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Penelitian ini dilaksanakan pada industri kulit di sentra industri kulit Manding, Kabupaten Bantul. Faktor internal yang menjadi kekuatan industri kulit di Manding adalah mutu produk memuaskan 0.363; nama besar manding, desa wisata 0.341; terjaminnya ketersediaan bahan baku 0.260; lokasi usaha yang strategis 0.255; produk unik sesuai pesanan 0.217; harga produk lebih murah 0.204; dan suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis 0.127. Kelemahan industri adalah jaringan kerjasama terbatas 0.198; tingkat pendidikan rendah 0.174; permasalahan showroom 0.135; keterbatasan modal, sarana prasarana umum 0.124; promosi kurang agresif 0.102; inovasi desain produk rendah 0.071; dan tidak ada merk dagang 0.064. Faktor eksternal yang menjadi peluang industri kulit di manding adalah kesan produk kulit yang eksotis, elegan, exclusive 0.279; dukungan pemerintah Kementerian Perindustrian, ATK, BBPPK 0.263; produk kulit pari yang sedang digemari 0.227; produk sepatu, jaket, tas merupakan kebutuhan pokok 0.173; jumlah penduduk meningkat 0.121; ketersediaan kredit bagi IKM 0.109; dan teknologi informasi 0.096. Faktor ancaman yang harus dihadapi adalah keberadaan perusahaan sejenis 0.192; kenaikan BBM 0.173; adanya produk substitusi 0.167; bahan baku relative mahal 0.148; kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli 0.145; bahan baku impor lebih bermutu 0.136; dan mudahnya pemain baru masuk 0.134. Strategi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan untuk peningkatan daya saing adalah melakukan pemasaran berbasis internet; pemberian informasi produk dan merk dagang; dan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin manding; menjalin kerjasama dengan pihak travel agen pariwisata: tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing; memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas; pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat; mendirikan showroom milik bersama serta menambahan area parkir dan fasilitas umum. Strategi yang diprioritas dalam meningkatkan daya saing industri kulit Manding, berdasarkan matris QSPM adalah melakukan pemasaran berbasis internet, dengan jumlah skor total daya tarik 9,442; pemberian informasi produk dan merk dagang, dengan jumlah skor total daya tarik 8,901; mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin manding, dengan jumlah skor total daya tarik 7,644. Ketiga strategi tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan utama pengrajin kulit di Manding yaitu permasalahan pemasaran serta permasalahan permodalan, sehingga dengan teratasinya permasalahan utama dinilai mampu meningkatkan daya saing industri kulit di sentra industri kulit Manding. Kata kunci: industri kulit, strategi, SWOT

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia Bukhari, 2011, kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki menduduki posisi keempat terbesar dengan persentase 8,97. Industri barang dari kulit dan alas kaki saat ini merupakan satu dari empat sektor industri manufaktur Indonesia yang mengalami penguatan; tiga sektor lainnya yakni industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau, serta industri furnitur dan pengolahan lainnya. Menurut Kementerian Perindustrian Indonesia Bukhari, 2011, produk kulit merupakan termasuk dalam sepuluh komoditi potensial, dengan negara tujuan ekspor antara lain Hongkong, India, Cina, Vietnam, Jerman, Singapura, Italia, Korea, Malaysia, Thailand, Spanyol, Taiwan, Kamboja, Jepang, Afrika Selatan, Sri Langka, Perancis, Pilipina, Amerika Serikat, Austria. Dengan demikian, sektor industri kulit merupakan industri yang menjanjikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor industri kulit sangat potensial untuk dikembangkan agar mampu menjadi salah satu industri yang diunggulkan Indonesia. Industri kulit merupakan salah satu industri kerajinan yang terbukti mampu memberikan sumbangan pada nilai eksport Kabupaten Bantul dan juga memberikan kesempatan kerja dan menjadi gantungan sumber pendapatan bagi berbagai industri rumahan. Dalam laporan tahunan “Bantul Dalam Angka 2010” BPS Bantul, 2010, sektor industri kulit mampu menyerap tenaga kerja 5.728 orang dalam berbagai skala unit usaha. Peran industri kulit sangat dirasakan dalam tata kehidupan masyarakat Kabupaten Bantul dikarenakan merupakan industri yang telah turun menurun serta sebarannya yang hampir merata di seluruh wilayah, khususnya di Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul. Sentra Industri kulit Manding merupakan satu satunya sentra penghasil berbagai produk berbahan dasar kulit hewan di Kabupaten Bantul. Produk yang dihasilkan adalah jaket, sepatu, sandal, dompet, wayang, tas, topi, sabuk, gantungan kunci, kipas, serta hiasan kulit lainnya. Produk kulit di Manding tidak hanya menggunakan bahan kulit sebagai bahan kerajinan, tetapi juga memadukan kulit dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi. Masyarakat Manding menggeluti industri kulit sejak tahun 1979, hingga saat ini Manding dikenal sebagai sentra industri kulit di Yogyakarta, yang produknya mampu menembus pasar nasional seperti Jakarta, Solo, Semarang dan Bali, bahkan menembus pasar ekspor seperti Spanyol dan Australia BPS Bantul, 2011. Persaingan bisnis pada industri kulit dirasa semakin ketat oleh para pelaku industri kulit di Manding. Indikator penurunan daya saing industri kulit di Manding terlihat jelas dengan penurunan jumlah produksi serta jumlah penjualan. Lima dari tiga puluh industri kulit di Manding, Kabupaten Bantul yang ditunjuk sebagai sampel, tercatat mengalami penurunan jumlah produksi dan jumlah penjualan selama lima tahun terakhir. Penurunan jumlah produksi lima industri kulit di Manding terlihat pada Tabel 1, sedangkan Tabel 2 menunjukan penurunan jumlahnya. Tabel 1 Jumlah produksi tahunan industri kulit di Manding Industri Tahun Item 2007 2008 2009 2010 2011 1. Sely Kusuma 20.868 21.294 20.280 15.600 12.000 Dompet Koin 2. Dwi Jaya 9.779 9.979 9.504 8.640 7.200 Sepatu Dewasa dan Anak 3. Laras 3.887 3.811 3.629 3.330 3.000 Tas, Jaket 4. Wenys 7.247 6.969 6.900 6.000 4.800 Sepatu Drumband