disebabkan wilayah di atas bentuklahan ini merupakan kawasan Taman Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Kawasan Hutan.
Penggunaan lahan sawah menempati urutan terluas ketiga setelah kebun campuran dan hutan dengan total luas 3.690 Ha. Keberadaan sawah terluas
terletak di atas bentuklahan Dataran vulkanik bermaterial tufa DV5 yang mempunyai luasan 925 Ha. Hal ini sangat wajar, mengingat sawah merupakan
jenis tanaman yang tumbuh dengan baik pada daerah dengan relief datar dan dialiri oleh air yang cukup.
Penggunaan lahan semaktegalan mempunyai total luasan 745 Ha dan tersebar di semua jenis bentuklahan dengan bentuklahan terluas adalah pada
Tebing denudasional vulkanik DV4 seluas 318 Ha. Penggunaan lahan semaktegalan ini ditemui tidak mempunyai kendala morfologi pada berbagai
bentuklahan. Penggunaan lahan permukiman mempunyai total luasan 221 Ha dimana
keberadaannya tersebar pada morfologi dataran dan perbukitan. Hal ini sangat wajar mengingat daerah permukiman selalu berasosiasi dengan sungai dan jalan
yang terletak pada relief datar sampai landai. Penggunaan lahan sungai dan tanah terbuka berturut-berturut memiliki total luasan 90 Ha dan 41 Ha.
5.5.2 Hubungan Bentuklahan dan Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh manusia untuk melakukan aktivitas di atas suatu bentuklahan. Hubungan antara
bentuklahan dan kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 15.
Tabel 10. Luas kemiringan lereng di atas bentuklahan di DAS Cimadur
No Bentuklahan
Kemiringan Lereng Ha 0-3
3-8 8-15
15-30 30
1 F
34 11
5 9
2 2
DV1 757
46 549
2590 1895
3 DV2
470 11
267 1963
1498 4
DV3 325
28 308
1239 741
5 DV4
584 80
358 1763
1156 6
DV5 798
199 220
168 22
7 DS1
339 109
418 384
84 8
DS2 305
62 357
714 154
Luas Total 3612
546 2482
8830 5552
Gambar 15. Grafik luasan kemiringan lereng di atas bentuklahan di DAS Cimadur
Dalam Tabel 10 dan Gambar 15 dapat dilihat bahwa kemiringan lereng 15-30 curam merupakan kemiringan lereng yang paling dominan di daerah
penelitian dan keberadaan terluas pada bentuklahan Pegunungan denudasional vulkanik dewasa DV1. Kemiringan lereng 30 sangat curam merupakan
kemiringan lereng terluas kedua yang juga menempati bentuklahan Pegunungan denudasional vulkanik dewasa DV1. Kemiringan lereng curam dan sangat
curam merupakan kemiringan lereng yang paling mendominasi di daerah penelitian, hal ini sangat wajar karena daerah penelitian merupakan bagian dari
kompleks gunungapi yang mempunyai morfologi pegunungan. Selanjutnya, kemiringan lereng terluas ketiga ditempati oleh kemiringan lereng 0-3 datar
yang berada di atas bentuklahan Dataran vulkanik bermaterial tufa DV5. Kemiringan lereng 3-8 landai dan 8-15 agak curam menempati semua
jenis bentuklahan yang ada di daerah penelitian.
5.5.3 Hubungan Bentuklahan dan Kelas TWI
TWI merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk analisis bentuklahan terhadap potensi menyimpan atau genangan air. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya pada Bab Tinjauan Pustaka bahwa TWI ini sangat erat kaitannya dengan kemiringan lereng, karena merupakan data turunan yang
dihasilkan dari data ketinggian yang relatif permanen steady state dengan menggunakan fungsi akumulasi aliran dan kemiringan lereng. Selain itu lereng
adalah juga bagian terkecil dari permukaan bentuklahan yang relatif seragam. Oleh karena itu hubungan antara kelas TWI dan bentuklahan serta kelas TWI dan
kemiringan lereng perlu dikaji lebih dalam terkait potensinya dalam menyimpan air. Tabel 11 dan Gambar 16 menunjukkan luasan kelas TWI di atas bentuklahan
di DAS Cimadur. Tabel 12 dan Gambar 17 menunjukkan luasan kelas TWI dan kemiringan lereng di DAS Cimadur.
Tabel 11. Luas Kelas TWI di atas bentuklahan di DAS Cimadur
No Bentuklahan
Kelas TWI Ha 1
2 3
1 F
60 1
2 DV1
1 5816
8 3
DV2 4195
2 4
DV3 2633
1 5
DV4 3925
16 6
DV5 1393
22 7
DS1 1329
18 8
DS2 1588
14
Luas Total 1
20939 82
Gambar 16. Grafik luasan Kelas TWI di atas bentuklahan di DAS Cimadur
Tabel 12. Luas Kelas TWI dan kemiringan lereng di DAS Cimadur
No Kemiringan
Lereng Kelas TWI Ha
1 2
3
1 0-3
3549 52
2 3-8
543 24
3 8-15
2465 24
4 15-30
8801 29
5 30
1 5525
8
Luas Total 1
20883 137
Gambar 17. Grafik luasan Kelas TWI dan kemiringan lereng di DAS Cimadur
Pada Gambar 11 yang telah disajikan sebelumnya dalam sub-Bab Analisis Kelas TWI di Daerah Penelitian, terlihat bahwa kelas TWI tinggi = kelas 3
tersebar di bagian Utara dan Selatan daerah penelitian. Hal ini disebabkan pada daerah penelitian bagian Utara didominasi oleh bentuklahan Dataran vulkanik
bermaterial tufa DV5 dengan kemiringan lereng dominan 0-3 datar yang ditunjukkan dalam Tabel 11 dan 12 di atas, sedangkan pada daerah penelitian
bagian Selatan didominasi oleh bentuklahan Perbukitan denudasional struktural dewasa DS1 dengan kemiringan lereng dominan 8-15 agak curam. Kelas
TWI rendah = kelas 1 memiliki penyebaran sangat sedikit, yakni di bagian tengah daerah penelitian, tepatnya pada bentuklahan Pegunungan denudasional
vulkanik dewasa DV1 dengan kemiringan lereng dominan 15-30 curam. Adapun kelas TWI sedang = kelas 2 merupakan kelas yang paling mendominasi
karena menempati hampir keseluruhan daerah penelitian dari bagian Utara sampai Selatan dengan bentuklahan yang paling dominan adalah Pegunungan
denudasional vulkanik dewasa DV1 dengan luas sebesar 5.816 Ha dan kemiringan lereng 15-30 curam yang mempunyai luas 8.801 Ha. Hal ini
berarti daerah penelitian masih termasuk dalam kelas TWI berpotensi genangan air kondisi aman. Namun demikian, kapasitas dalam menahanmenyimpan air
cukup rendah karena terletak pada bentuklahan pegunungan dan kemiringan lereng yang curam, sehingga saat musim hujan air mudah untuk diloloskan dan
saat musim kemarau rentan terhadap potensi kekeringan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Geomorfologi daerah penelitian didominasi oleh morfologi pegunungan
dengan total luas 10.046 Ha atau 47,78 berbatuan vulkanik tua Tersier. Dengan morfologi ini maka dinamika hidrologi atau pergerakan air
permukaan dan bawah tanah di daerah penelitian menjadi sangat besar akibat besarnya nilai elevasi bentuklahan, kemiringan lereng, dan gravitasi
bumi. 2.
Kebun campuran merupakan penggunaan lahan yang paling dominan di daerah penelitian dengan total luas 8.952 Ha atau 42,58 dan
persebarannya melintas di seluruh bentuklahan. Fenomena ini
mengindikasikan bahwa intervensi manusia terhadap bentuklahan cukup dominan. Sehingga kegiatan manusia di daerah penelitian yang terkait
perubahan penggunaan lahan perlu mendapat pengawasan yang baik agar tidak merusak kondisi ekologi yang sudah ada.
3. TWI kelas sedang sangat dominan di daerah penelitian total luas 20.987
Ha atau 99,83, dimana persebarannya melintas di berbagai bentuklahan dan berbagai sub-DAS order sungai. Dengan demikian wilayah sub-DAS
teratas atau order 3 perlu mendapat perhatianpengelolaan tersendiri agar fungsi sub-DAS dalam menyimpan air dapat berfungsi lebih optimal dan
untuk menjaga ekologi DAS. 4.
Ekologi bentanglahan daerah penelitian didominasi oleh bentuklahan Pegunungan denudasional vulkanik VD1 dan VD2, penggunaan lahan
kebun campuran, kemiringan lereng 15-30 curam, dan kelas TWI sedang = kelas 2. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekologi daerah
penelitian masih dalam ambang batas aman terkait dengan potensi menyimpan air, namun cukup rentan terhadap perubahan iklim atau
penutupanpenggunaan lahan, karena dinamika aliran air di daerah penelitian cukup tinggi sehingga pada saat musim hujan air mudah untuk
diloloskan namun pada saat musim kemarau akan berpotensi untuk mengalami kekeringan.