Analisis Kelas TWI di Daerah Penelitian

5.4 Analisis Kelas TWI di Daerah Penelitian

Analisis TWI dalam penelitian ini menghasilkan data TWI yang bersifat kontinu continuous. Selanjutnya, data TWI direklasifikasi menjadi 3 kelas dengan interval nilai 5 untuk masing-masing kelas, yakni kelas 1 atau nilai TWI rendah jika nilai TWI 5, kelas 2 atau nilai TWI sedang jika nilai TWI antara 5 hingga 10, dan kelas 3 atau nilai TWI tinggi jika nilai TWI 10. Sistem pengkelasan ini dilakukan secara arbitrer tanpa ada referensi awal. Hal ini disebabkan oleh sangat terbatasnya acuan baku yang dapat digunakan untuk reklasifikasi. Adapun reklasifikasi ini sendiri dimaksudkan untuk memudahkan mengetahui titik-titik dugaan dari permukaan lahan yang mempunyai konsentrasi air. Dalam hal ini kelas TWI rendah = kelas 1 menggambarkan suatu wilayah dengan potensi genangan air yang rendah, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada wilayah ini potensi untuk menggenangkan air juga rendah. Sebaliknya kelas TWI tinggi = kelas 3, menggambarkan suatu wilayah dengan potensi genangan air yang tinggi, sehingga dapat diasumsikan bahwa wilayah ini memiliki peluang tinggi untuk terjadinya genangan air ditinjau dari variasi topografi lokal. Adapun untuk kelas TWI sedang = kelas 2 menggambarkan suatu potensi yang berada di antaranya, atau mengindikasikan suatu wilayah dengan potensi genangan air yang sedang, artinya jumlah genangan air pada wilayah ini masih tergolong tidak rendah dan tidak pula tinggi. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa pada wilayah ini potensi untuk menyimpan air masih dapat diharapkan. Hasil pemetaan sebaran kelas TWI untuk daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Mengingat bahwa ketersediaan air sangat erat kaitannya dengan aliran permukaan sungai, maka keterkaitan kelas TWI perlu pula dikaji hubungannya dengan order dari setiap jaringan sungai seperti yang sudah diklasifikasikan dengan menggunakan metode Strahler. Hasil klasifikasi order sungai DAS Cimadur dengan metode Strahler menunjukkan bahwa order sungai tertinggi Sungai Cimadur adalah order 6. Untuk melihat keterkaitan nilai TWI dengan order sungai, maka dalam penelitian ini order 3 ditetapkan sebagai order terendah karena mempertimbangkan banyaknya percabangan sungai di DAS Cimadur, sedangkan order 6 ditetapkan sebagai order tertinggi, artinya bahwa aliran sungai yang mengalir pada order 6 merupakan aliran sungai utama di dalam DAS Cimadur. Gambar 12 di bawah menunjukkan hasil tumpangtindih antara kelas TWI dan order sungai di DAS Cimadur. Jika dalam Gambar 11 terlihat bahwa kelas TWI yang persebarannya paling dominan adalah kelas sedang = kelas 2, maka pada Gambar 12 terlihat pula bahwa kelas TWI kelas sedang ini terdapat di semua sub-DAS order sungai, mulai dari sub-DAS order 3, 4, 5, hingga 6. Untuk Kelas TWI tinggi = kelas 3 persebarannya hampir merata juga di sub-DAS order sungai 3, 4, 5, dan 6, namun sedikit agak dominan di sub-DAS order 3. Sedangkan untuk kelas TWI rendah = kelas 1 persebarannya hanya di beberapa titik di bagian tengah, yaitu pada sub- DAS order sungai 3 dan 4, meskipun secara dominan berada di sub-DAS order 3. Hal ini cukup wajar yang disebabkan sub-DAS order 3 umumnya selalu berada pada elevasi yang lebih tinggi daripada sub-DAS order yang lebih besar dan umumnya mempunyai kemiringan lereng yang lebih besar pula. Namun menarik untuk disimak pula apabila dapat dilihat hubungan antara kelas TWI dengan panjang total segmen sungai dari masing-masing order Tabel 7. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa panjang total segmen sungai pada setiap kelas TWI yang terbesar adalah berada pada sub-DAS order sungai 3, hal ini mungkin disebabkan sub-DAS order sungai 3 ini meliputi juga sub-DAS order sungai-sungai yang lebih kecil, yaitu order 1 dan order 2, sehingga pada sub-DAS order sungai 3 ini mempunyai lebih banyak variasi kemiringan lereng. Gambar 11. Peta Kelas TWI DAS Cimadur Gambar 12. Peta Hasil Kelas TWI dan Order Sungai Cimadur Tabel 7. Klasifikasi Kelas TWI dan order sungai terhadap panjang segmen sungai di DAS Cimadur No Kelas TWI Order sungai Total panjang segmen sungai m 1 1 3 39 2 4 13 3 2 3 336.806 4 4 251.612 5 5 297.179 6 6 235.917 7 3 3 2.479 8 4 1.987 9 5 1.011 10 6 1.712 Gambaran yang bisa diambil pada Tabel 7 ini adalah bahwa sub-DAS sungai-sungai order 3 ini sesungguhnya perlu mendapat perhatian khusus atau perlu mendapat pengelolaan yang baik, karena sub-DAS sungai-sungai order 3 ini berpotensi tinggi untuk dapat menahan atau menyimpan air. Potensi menyimpan air yang tinggi juga dapat diartikan berpotensi melahirkan suatu gangguan atau bencana, seperti banjir atau kekeringan di daerah hilirnya atau yang terkait dengan pemanfaatan air sungai, baik di hulu maupun di hilir. Sebagai contoh, untuk kasus di daerah penelitian adalah pemanfaatan air sungai untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro PLTMH. Gambar 13.a berikut adalah instalasi mikrohidro yang ada di dalam DAS Cimadur, tepatnya berada di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Lebih rincinya, mikrohidro ini digerakkan oleh aliran Sungai Ciambulawung yang mempunyai luas sub-DAS sebesar 554 Ha dengan penutupanpenggunaan lahan yang bervariasi di dalam sub-DAS tersebut, namun utamanya adalah hutan Gambar 13.b, kebun campuran, dan sebagian digunakan sebagai areal persawahan Gambar 13.c. a. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro b. Hutan c. Areal Persawahan Gambar 13. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro a, penggunaan lahan hutan b dan areal persawahan c di Sungai Ciambulawung, Banten Debit sungai merupakan salah satu faktor utama dalam pengoperasian mikrohidro. Dengan semakin besar debit sungai yang mengalir maka semakin stabil energi yang dihasilkan untuk memutar turbin mikrohidro tersebut. Namun demikian, kendala utama dalam pengoperasian mikrohidro di wilayah ini adalah pada saat musim kemarau dimana debit aliran sungai menjadi sangat kecil Tabel 8. Kecilnya debit pada musim kemarau ini banyak menghambat aktivitas pertanian berupa pengairan irigasi pada areal persawahan sehingga menyebabkan tanah pada areal persawahan ini menjadi kering dan berimbas pada gagalnya panen. Hal lainnya adalah matinya listrik karena tidak berfungsinya mikrohidro sehingga menghambat aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sehari- hari. Tabel 8. Perbandingan nilai debit musim hujan dan musim kemarau di Sungai Ciambulawung berdasarkan pengukuran di lapangan Titik Koordinat Geografis Ketinggian m Lebar Sungai m Debit Air ls x y Hujan Kemarau Hujan Kemarau A 650748 9249837 537 7,00 4,63 242,71 36,10 B 650696 9249880 552 4,27 3,65 153,60 28,54 C 650765 9249874 582 7,00 7,06 39,45 16,20 D 651123 9249875 574 4,40 4,09 66,15 15,96 E 651104 9249814 567 1,90 2,80 26,03 4,55 F 651053 9249858 564 7,00 4,76 39,30 13,05 G 650844 9249890 548 6,12 5,98 118,23 51,38 H 650717 9249972 570 5,70 6,05 206,10 35,21 I 650642 9249939 565 1,20 2,35 112,38 49,25 J 650594 9249899 562 0,72 1,33 30,38 104,73 K 651038 9250542 630 - 5,78 - 72,73 L 651066 9250492 634 - 5,50 - 20,83 M 651011 9250490 629 - 3,24 - 47,64 N 650426 9249871 560 - 17,60 - 47,60 Sub-DAS Ciambulawung jika dikaitkan dengan kelas TWI-nya Gambar 11 dan 12 maka terlihat berada pada kelas sedang = kelas 2 yang merupakan kelas TWI paling dominan di sub-DAS ini. Hal ini berarti bahwa pada daerah ini potensi untuk menyimpan air berada dalam kondisi cukupsedang pada order sungai 3. Jika dilihat dari Peta Bentuklahan Gambar 8 dan Peta Kemiringan lereng Gambar 5, maka daerah ini terletak pada bentuklahan Pegunungan denudasional vulkanik dewasa DV1 dan Pegunungan denudasional vulkanik tua DV2 dengan kemiringan lereng dominan 30 sangat curam, kondisi lereng seperti ini berimplikasi terhadap kapasitas menahanmenyimpan airnya yang rendah, sehingga pada musim-musim kemarau rentan terhadap potensi kekeringan. Oleh karena itu, untuk pembangunan instalasi mikrohidro seperti ini, selain data kelas TWI dan order sungai, diperlukan juga data penunjang lain seperti bentuklahan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan data lainnya yang diperlukan untuk kelangsungan berfungsinya mikrohidro tersebut.

5.5 Analisis Ekologi Bentanglahan di Daerah Penelitian