serendah-rendahnya pengaruh yang kuat dari manusia terhadap sumberdaya alam yang ada.
Sharpe 1982, menjelaskan interpretasi memiliki tiga tujuan, pertama adalah interpretasi bertujuan membantu pengunjung dalam mengembangkan
kesadaran agar lebih peka, apresiasi, dan paham akan kawasan yang dikunjungi. Kedua, interpretasi membantu dalam mencapai tujuan manajemen, dan yang
terakhir adalah interpretasi bertujuan mempromosikan organisasi agar publik lebih memahami organisasi tersebut. Tilden 1957 diacu dalam Sharpe 1982
memberikan enam prinsip interpretasi, antara lain: 1.
Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan atau diuraikan dengan apa yang dialami atau kepribadian personal para
pengunjung, maka hal tersebut merupakan hal yang sia-sia. 2.
Informasi atau materi yang sejenis dengan itu saja bukanlah termasuk dalam kategori interpretasi. Interpretasi adalah ungkapan rahasia yang
didasarkan atas informasi-informasi, namun interpretasi berbeda dan lebih luas daripada informasi. Interpretasi memuat unsur-unsur informasi.
3. Interpretasi adalah seni yang menggabungkan bermacam-macam seni, baik
bersifat ilmiah, sejarah atau arsitektur, atau sesuatu seni yang pada suatu tingkatan dapat diajarkan pada orang lain.
4. Cara mengungkapkan interpretasi bukanlah dengan paksaan melainkan
dengan ajakan atau persuasif. 5.
Interpretasi bermaksud mempertunjukkan secara jelas dan bukan setengah- setengah. Interpretasi sebaiknya tidak dirahasiakan atau hanya boleh
digunakan oleh kelompok tertentu saja. 6.
Interpretasi yang ditujukan pada anak-anak tidak dapat digunakan pada interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa karena masing-masingmya
memiliki pendekatan yang berbeda.
2.2.3 Obyek interpretasi
Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata 1988 mendefinisikan bahwa obyek interpretasi adalah segala sesuatu yang ada di taman nasional yang
bersangkutan yang digunakan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Obyek interpretasi dapat digolongkan menjadi dua macam pokok,
yaitu obyek interpretasi berupa potensi sumberdaya alam dan potensi sejarah ataupun budaya. Obyek interpretasi sumberdaya alam suatu kawasan konservasi
dapat berupa flora fauna darat dan laut, tipe-tipe ekosistem yang khas, tanah dan geologi, kawah gunung, gua, air terjun, danau atau telaga, sungai, perairan pantai,
laut termasuk bawah laut, pemandangan alam dan lain sebagainya. Sedangkan obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa batu-batu megalitik, situs-
situs dan benda peninggalan purbakala, situs-situs sejarah, bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan, pemukiman dan kehidupan penduduk asli baik di dalam
ataupun di sekitar kawasan konservasi, sejarah kawasan, legenda yang ada di kalangan masyarakat setempat, dan lain sebagainya.
2.2.4 Teknik interpretasi
Sharpe 1982 menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua macam teknik interpetasi yaitu teknik secara langsung dan teknik secara tidak langsung.
a. Teknik secara langsung attended service
Teknik interpretasi secara langsung adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara pemandu interpreter dan pengunjung dengan
obyek interpretasi yang ada sehingga pengunjung dapat segera melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba, dan merasakan obyek-
obyek interpretasi yang digunakan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah:
1. Informasi: pengunjung akan mendapatkan informasi tentang obyek
yang akan dikunjungi 2.
Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu sentra pengunjung, jadi pengunjung sudah terlebih dahulu
mengetahui program interpretasi yang direkomendasikan dan garis besar rencana perjalanannya.
3. Penyampaian uraian-uraian, dilakukan oleh interpreter pada saat
melaksanakan program interpretasinya. Kontak antara pengunjung dengan interpreter adalah suatu bentuk
komunikasi langsung, sehingga peran seorang interpreter sangatlah besar untuk dapat mengungkapkan semua potensi dalam kawasan.Seorang
interpreter yang baik harus dapat membuat suasana yang nyaman dan
santai sehingga pengunjung dapat bebas bertanya atau menyampaikan keluhan-keluhannya. Beberapa hal yang harus diingat oleh interpreter
apabila membawa rombongan ke suatu tempat: 1.
Mengatur tempat berkumpul 2.
Datang lebih awal dari pengunjung 3.
Berangkat tepat pada waktunya 4.
Menjelaskan secara singkat apa yang akan dikerjakan 5.
Pelaksanaan program 6.
Tepat dalam mengakhiri program tersebut Peran interpreter bisa diganti dengan semacam buku petunjuk terutama
bila jalan-jalan sudah tertata dengan baik dan cukup aman bagi pengunjung serta apabila program yang disusun sudah sangat jelas.
Interpretasi secara langsung dapat berupa: 1.
Tamasya keliling atau berjalan-jalan dengan pemandu wisata. Pengunjung dalam kelompok-kelompok atau perorangan yang
bergabung membentuk suatu rombongan, berjalan-jalan atau dengan kendaraan mendatangi obyek-obyek interpretasi dengan
dipandu oleh interpreter dan mengikuti salah satu program interpretasi yang telah disusun.
2. Percakapan atau diskusi di lokasi dengan atau tanpa demonstrasi.
Cara ini biasanya dilakukan pada tempat-tempat khusus misalnya adalah tempat yang memiliki keunikan flora fauna tertentu.
b. Teknik secara tidak langsung unattended service
Teknik interpretasi secara tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan
obyek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu program, slide, video, film, rangkaian gambar-gambar dan sebagainya. Program ini
biasanya diselenggarakan terutama untuk kawasan yang sangat luas, tidak semua potensi alam mudah dinikmati atau didatangi, daerahnya rawan,
satwaliarnya masih banyak, dan sebagainya.Walaupun begitu, pengunjung tetap dapat mengetahui dan menikmati kekayaan alam yang ada di lokasi
tersebut. Program interpretasi secara tidak langsung ini harus dibuat menarik dan dapat mewakili potensi alam yang ada di lokasi tersebut.
2.2.5 Media interpretasi