Planning Interpretive Media in Special Purposes Forest Area (SPFA) Cikampek, Residence of Karawang, West Java

(1)

CIKAMPEK

KABUPATEN KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT

MEGA HADITIA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012


(2)

Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan EVA RACHMAWATI dan DESY EKAWATI.

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek merupakan kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan penelitian dan non penelitian. Salah satu kegiatan non penelitian yang telah dilakukan adalah kegiatan wisata. Beberapa kegiatan wisata tersebut mengakibatkan sampah yang berserakan sehingga menganggu kenyamanan, mengurangi nilai edukasi dan estetika kawasan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya dalam menyadarkan dan meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap lingkungan melalui media interpretasi. Fungsi lain dari media interpretasi adalah melindungi sumberdaya kawasan serta mengenalkan pengelolaan KHDTK Cikampek. Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek pada bulan Februari, Mei-Juni 2012. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang, wawancara, dan studi literatur.

Hasil penelitian menjumpai berbagai objek wisata yang terdiri atas potensi biologi, potensi fisik, serta potensi seni dan budaya. Potensi biologi terdiri atas 63 jenis flora, 11 jenis tumbuhan obat, 15 jenis burung, 13 jenis kupu-kupu, 6 jenis reptil, dan 4 jenis mamalia. Potensi fisik terdiri atas 3 objek dan potensi seni dan budaya terdiri atas 2 objek. Pengunjung yang datang ke KHDTK Cikampek terbagi atas dua kategori yaitu peneliti dan non peneliti (pengunjung). Karakteristik peneliti terbagi atas jenis kelamin dan asal. Karakteristik pengunjung terbagi atas jenis kelamin, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kisaran umur. Berdasarkan faktor peneliti, pengunjung, dan sumberdaya, perencanaan media interpretasi untuk KHDTK Cikampek adalah papan interpretasi, interpreter, media cetak, visitor center, dan petugas informasi.


(3)

(SPFA) Cikampek, Residence of Karawang, West Java. Under Supervision of EVA RACHMAWATI and DESY EKAWATI.

Special Purposes Forest Area (SPFA) Cikampek is a specific forest area and was established by the government for research and non research. One of non research activity is tourism. Some of those tourism activities got bad effects, such as wastes that was thrown away everywhere, makes it uncomfortable, also degrades the education and aesthetic value of the area. Efforts to solve the problem is needed to make the tourist realize and increase the environmental knowledge through interpretive media. The other function of interpretive media is to protect the resources and to introduce the management of SPFA Cikampek. The research located in SPFA Cikampek and held on February, May-June 2012. Data collected by field observation, interview, and literature study.

The result of this research is discovering many tourism objects consisting biological potention, physical potention, also art and cultural potention. Biological potention such as 63 species flora, 11 species medicine plants, 15 species birds, 13 species butterflies, 6 species reptiles, and 4 species mammals. Physic potention consisting of 3 objects and art-culture potention consisting of 2 objects. Tourists that comes to SPFA Cikampek were divided into researcher and non researcher (visitor). The characteristics of the researcher were divided into sex and hometown. The characteristics of visitor were divided into gender, hometown, education, work, and age. Based on researcher, visitor, and resources factor, the planning interpretive media inside SPFA Cikampek are interpretive sign, interpreter, printed media, visitor center, and information officer.


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perencanaan Media Interpretasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Mega Haditia NIM. E34080046


(5)

Karawang, Provinsi Jawa Barat

Nama : Mega Haditia

NIM : E34080046

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Eva Rachmawati, S. Hut, M. Si Desy Ekawati, S. Hut, M. Sc

NIP. 19770321 200501 2 003 NIP. 19741202 199903 2 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir. Sambas Basuni, MS NIP 19580915 198403 1 003


(6)

Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 25 November 1990. Penulis merupakan anak keenam dari 6 bersaudara pasangan Bapak Suharsi Darwis (almarhum) dan Ibu Nurlina. Pendidikan formal di tempuh di SD Negeri 14 ATTS Bukittinggi, SMP Negeri 4 Bukittinggi, dan SMA Negeri 4 Bukittinggi. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan penulis aktif dalam beberapa organisasi di IPB yaitu Agri fm, Green TV, dan Himpunan Profesi HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata).

Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB diantaranya adalah Eksplorasi Fauna Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Burangrang (2010), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cilacap dan Baturraden (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan KPH Cianjur (2011), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011), dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (2012). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Cikampek dengan judul ”Perencanaan Media Interpretasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat” di bawah bimbingan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si dan Desy Ekawati, S.Hut, M.Sc.


(7)

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, penguasa seluruh alam, karena berkat izin-Nya, kekuasaan-Nya, serta kasih sayang-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan segala hormat, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

1. Papa (almarhum), mama, abang, uda, nica, nully, dan kakak atas segala doa, motivasi dan dukungannya baik secara moral dan materil hingga studi ini dapat terselesaikan.

2. Eva Rachmawati, S.Hut. M.Si dan Desy Ekawati, S.Hut, M.Sc selaku pembimbing penulis. Terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.

3. Ir. Iwan Hilwan, Ms selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, Msc selaku ketua sidang. Terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan nasehat kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kehutanan IPB yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan, Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF dan seluruh staf Litbang atas izin dan bantuannya sehingga penulis dapat melakukan penelitian di KHDTK Cikampek.

6. Tim Cikampek: Meyla, Mira, dan Teko atas kebersamaan dan canda tawanya baik selama di lapang ataupun selama penyusunan skripsi.

7. Peki dan Rian yang mengajari arti indahnya sebuah persahabatan.

8. Nuu dan Wawa atas dukungan, doa, dan semangatnya yang tak pernah padam. 9. Arya atas desain grafisnya, serta Ajeng dan Aya atas koreksiannya.

10.Chusna, Dian, Wiwi, Mba Pu, dan Nina atas kebersamaannya di PU.

11.Keluarga Edelweis 45, terima kasih atas ”keSIALan” selama 4 tahun ini. Bahagia bisa mengenal kalian dan merasakan persaudaraan yang tulus dan lebih kental dari darah sekalipun.

12.Keluarga besar HIMAKOVA dan KPM ”TARSIUS”, terima kasih banyak. 13.Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini yang


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Perencanaan Media Interpretasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, yaitu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si dan Desy Ekawaty, S.Hut, M.Sc atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa kepada penulis. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang berkepentingan dengan karya ini. Semoga skripsi ini dapat bemanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Agustus 2012

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) ... 3

2.2 Interpretasi... 4

2.2.1 Defenisi interpretasi ... 4

2.2.2 Tujuan interpretasi ... 5

2.2.3 Obyek interpretasi ... 6

2.2.4 Teknik interpretasi ... 7

2.2.5 Media interpretasi... 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 14

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 14

3.3.1 Observasi lapang ... 16

3.3.2 Wawancara ... 16

3.3.3 Studi literatur ... 18

3.4 Analisis Data ... 18

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Dasar Hukum ... 19

4.2 Keadaan Fisik Kawasan ... 19

4.2.1 Lokasi ... 19


(10)

4.2.3 Geologi dan Tanah ... 19

4.2.4 Klimatografi ... 20

4.2.5 Ekologi ... 20

4.3 Aksesibilitas ... 20

4.4 Sarana Prasarana ... 20

4.4.1 Jalan aspal ... 20

4.4.2 Jalan pemeriksaan ... 21

4.4.3 Rumah dinas petugas lapangan dan pondok kerja ... 21

4.5 Kegiatan Penelitian ... 22

4.6 Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... 22

4.6.1 Letak dan luas desa sekitar KHDTK Cikampek ... 22

4.6.2 Keadaan penduduk dan mata pencaharian ... 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Objek Wisata yang Berada di dalam KHDTK Cikampek 24 5.1.1 Potensi biologi ... 24

5.1.2 Potensi fisik ... 32

5.2 Potensi Objek Wisata yang Berada di Luar KHDTK Cikampek .. 35

5.2.1 Potensi Seni dan Budaya ... 35

5.3 Pengelola ... 38

5.4 Karakteristik dan Keinginan Pengunjung KHDTK Cikampek ... 38

5.4.1 Karakteristik pengunjung ... 38

5.4.2 Sumber informasi mengenai kawasan ... 40

5.4.3 Lama kunjungan ... 41

5.4.4 Waktu kunjungan ... 41

5.4.5 Jumlah kunjungan ... 41

5.4.6 Pola kunjungan dan tujuan kunjungan ... 42

5.4.7 Motivasi kunjungan ... 43

5.4.8 Sarana transportasi yang digunakan ... 43

5.4.9 Kondisi jalan di kawasan ... 44

5.4.10 Objek yang disukai ... 44

5.4.11 Kesediaan kembali berkunjung ... 45


(11)

5.5 Perencanaan Media Interpretasi ... 46

5.5.1 Papan interpretasi ... 53

5.5.2 Interpreter ... 60

5.5.3 Media cetak ... 61

5.5.4 Visitor center ... 62

5.5.5 Petugas informasi ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 63

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Jenis data yang dikumpulkan ... 15

2 Luas desa dan di desa-desa sekitar KHDTK Cikampek ... 22

3 Keadaan penduduk di sekitar KHDTK Cikampek ... 23

4 Komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK Cikampek ... 23

5 Jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya ... 24

6 Jumlah jenis flora berdasarkan familinya ... 28

7 Jenis-jenis tumbuhan obat di KHDTK Cikampek ... 28

8 Daftar jenis burung yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 30

9 Daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 31

10 Daftar jenis reptil yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 31

11 Daftar jenis mamalia yang dijumpai di KHDTK Cikampek ... 32

12 Karakteristik peneliti ... 39

13 Karakteristik pengunjung ... 39


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Model Komunikasi Katz and Lazarsfeld... 9

2 Kotoran Musang ... 32

3 Goa di pinggir sungai ... 33

4 Sungai Cicunut ... 34

5 Anak-anak yang berenang ... 34

6 Pemandangan sawah ... 35

7 Pemandangan sawah ... 35

8 Alat musik gong ... 36

9 Lomba yang pernah diikuti Surya Medal ... 36

10 Tokoh wayang “Cepot” ... 37

11 Gendang ... 37

12 Asal usul pengunjung mendapatkan informasi ... 40

13 Durasi pengunjung melakukan kunjungan ... 41

14 Waktu kunjungan ... 41

15 Jumlah kunjungan ... 42

16 Modus kunjungan ... 42

17 Tujuan kunjungan... 43

18 Motivasi kunjungan ... 43

19 Sarana transportasi yang digunakan ... 44

20 Kondisi jalan ... 44

21 Objek yang disukai ... 45

22 Kesediaan kembali berkunjung ... 45

23 Fasilitas yang dibutuhkan pengunjung ... 46

24 Anodized aluminium ... 54

25 Photometal ... 54

26 Polycarbonate ... 55

27 Peletakan papan nama flora ... 55

28 Desain papan nama flora ... 56

29 Contoh papan cerita objek yang tidak menarik ... 56


(14)

31 Desain papan penunjuk arah ... 57

32 Contoh vandalisme yang dilakukan pengunjung ... 58

33 Desain papan vandalisme ... 58

34 Desain peta objek wisata ... 59

35 Kondisi jalan aspal di KHDTK Cikampek setelah hujan... 60

36 Desain papan larangan ... 60

37 Desain leaflet ... 61


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek ... 68 2 Panduan wawancara untuk pengelola ... 72


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 Tahun 1999).Adanya suatu kawasan khusus yang ditujukan bagi kegiatan penelitian dan pengembangan, diperlukan dalam rangka mendukung perkembangan ilmu dan teknologi kehutanan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA), telah mengelola hutan penelitian sejak tahun 1937 di 14 lokasi yang berbeda, salah satunya hutan penelitian di Cikampek, Karawang, Jawa Barat (Mindawati 2004). Namun pada tahun 2008, pengelolaan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek dialihkan kepada Pusat Litbang Hutan Tanaman. Kawasan ini ditunjuk sebagai hutan penelitian berdasarkan SK Menhut No. 305/Kpts-II/2003 dan SK Menhut No. 306/Kpts-II/2003 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

Realisasi kegiatan di KHDTK Cikampek terdiri dari kegiatan penelitian dan non penelitian. Salah satu kegiatan non penelitian yang telah dilakukan adalah kegiatan wisata. Beberapa kegiatan wisata tersebut mengakibatkan banyak sampah yang berserakan sehingga menganggu kenyamanan KHDTK. Kondisi ini tentu berdampak negatif terhadap nilai edukasi dan estetika kawasan yang menjadi berkurang. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam menyadarkan pengunjung untuk turut serta menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran pengunjung terhadap lingkungan. Salah satu cara yang dilakukan adalah pembuatan media interpretasi. Melalui media interpretasi ini diharapkan pengunjung dan masyarakat bisa paham dan sadar akan pentingnya menjaga lingkungan KHDTK sehingga bisa mengurangi tindakan membuang sampah sembarangan. Fungsi lain dari pembuatan media interpretasi ini untuk melindungi dan melestarikan sumberdaya di dalam KHDTK Cikampek serta mengenalkan pengelolaan KHDTK Cikampek.


(17)

Muntasib (2003) menjelaskan bahwa media merupakan salah satu unsur dalam komunikasi, karena dalam proses komunikasi selalu terjadi suatu proses penyampaian informasi dan sumber informasi atau dari pengirim pesan kepada sasaran atau penerima informasi melalui suatu media. Sedangkan interpretasi adalah suatu usaha dan seni untuk menerangkan tempat atau posisi manusia (pengunjung) di dalam lingkungannya, meningkatkan kesadaran pengunjung tentang pentingnya hubungan antara manusia dan lingkungannya dan menumbuhkan keinginan untuk menyumbangkan sesuatu terhadap kelestarian lingkungan (Aldrigde Don 1972 diacu dalam Soedargo et. al 1989). Interpretasi bertujuan memberikan pengertian kepada seseorang tentang pengetahuan baru, wawasan baru, antusiasme baru, dan daya tarik baru (Muntasib 2003).Untuk memenuhi tujuan-tujuan dari interpretasi tersebut dan menjadi sarana penghubung yang baik antara sumberdaya dengan pengunjung, maka dibutuhkan perencanaan media interpretasi yang tepat di KHDTK Cikampek.

1.2 Tujuan

1. Menginventarisasi potensi biologi, fisik, dan seni budaya KHDTK Cikampek.

2. Mengidentifikasi karakteristik dan preferensi pengunjung KHDTK Cikampek.

3. Merancang media interpretasi yang tepat di KHDTK Cikampek.

1.3 Manfaat

1. Membantu pihak pengelola dalam upaya perencanaan media interpretasi di KHDTK Cikampek.

2. Perencanaan media interpretasi di KHDTK Cikampek diharapkan dapat membantu pihak pengelola dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung dan masyarakat.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta religi dan budaya atau tujuan kemanfaatan lainnya dengan catatan bahwa peruntukan itu tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan tersebut.Menteri Kehutanan telah menetapkan beberapa lokasi KHDTK sebagai hutan penelitian, dan untuk menjamin kepastian hukumnya pengelolaan KHDTK tersebut diserahkan kepada Badan Litbang Kehutanan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) sebagai ekosistem hutan tanaman, hutan sekunder, atau sebagai hutan primer dari segi nilai langsung tetap memiliki nilai dan jasa sebagaimana kawasan hutan lainnya.Hutan sekunder dilihat dari segi nilai tidak langsung yaitu konservasi tanah dan air, resapan karbon, perlindungan banjir, transportasi air, tanah dan keanekaragaman hayati bernilai lebih tinggi dari hutan primer.Sebaliknya apabila dilihat dari nilai langsung, maka potensi produk hutan primer lebih tinggi daripada hutan sekunder (Departemen Kehutanan 2006).

Kawasan hutan yang dikelola untuk kegiatan penelitian tidak secara langsung memanfaatkan hasil hutan kayu yang menjadi sumber terbentuknya jasa lingkungan lain. Untuk itu pemanenan dapat dilakukan dalam rangka mendukung kegiatan penelitian dan dilakukan secara sistematis dan terkontrol. KHDTK akan lebih banyak memberikan nilai jasa lingkungan ekologis, dimana salah satunya adalah penambatan karbon. Nilai ekologis langsung dari aspek biodiversitas kawasan KHDTK yang dimiliki hutan sekunder dan primer sangat potensial sebagai sumber plasma nutfah lokal, terutama jenis ekonomi lokal untuk dikembangkan di hutan penelitian sebagai proses budidaya. Pengembangan melalui penelitian dapat menghasilkan bibit stek pucuk atau bibit vegetatif dan


(19)

generatif serta sumber bibit yang bermikoriza untuk memacu pertumbuhannya (Departemen Kehutanan 2006).

2.2 Interpretasi

2.2.1 Defenisi interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) dalam buku pedomannya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan interpretasi konservasi alam adalah suatu kegiatan bina cinta alam yang khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi alam, yang mana merupakan kombinasi dari enam hal yaitu pelayanan informasi, pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan, inspirasi, dan promosi. Kegiatan diselenggarakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengunjung dan dengan cara mempertemukan pengunjung kepada obyek-obyek interpretasi, sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, ataupun perabaan.

Sharpe (1982), menjelaskan bahwa interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang datang ke taman-taman, hutan, tempat-tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya yang sejenis. Tujuan pengunjung datang ke tempat rekreasi selain untuk bersantai dan mencari inspirasi, juga untuk belajar tentang alam dan kebudayaan. Sumberdaya alam yang ingin dilihat bisa berupa proses geologis, binatang, tumbuhan, komunitas ekologis, sejarah, dan prasejarah manusia. Interpretasi merupakan mata rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya yang ada. Ditambahkan oleh Ham S (1992) diacu dalamNational Park Service (2007) bahwa interpretasi yang berkualitas memuat empat unsur yaitu interpretasi haruslah menyenangkan, relevan, terorganisir, dan memiliki tema.

Muntasib (2003) mendefinisikan bahwa interpretasi lingkungan adalah suatu seni dalam menjelaskan keadaan lingkungan (flora, fauna, proses geologis, proses biotik dan abiotik yang terjadi) oleh pengelola kawasan kepada pengunjung yang datang ke lingkungan tersebut sehingga dapat memberikan inovasi dan menggugah pemikiran untuk mengetahui, menyadari, mendidik dan bila


(20)

memungkinkan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga lingkungan tersebut ataupun mempelajarinya lebih lanjut.

Interpretasi lingkungan juga dapat dikatakan sebagai suatu aktifitas pendidikan untuk mengungkapkan arti dan hubungan antara obyek alami dengan pengunjung melalui pengalaman tangan pertama dan penggambaran media (ilustrasi) secara sederhana (Tilden 1957diacu dalam Sharpe 1982).Interpretasi yang lengkap harus dapat diketahui, distimulasikan, dan jelas. Seseorang tidak akan pernah menjadi pendengar yang baik apabila tidak mengetahui permasalahan-permasalahannya. Melalui pengetahuan dan menjadi pendengar yang baik maka selanjutnya akan mau belajar (Graser 1976 diacu dalam Muntasib 2003).

2.2.2 Tujuan interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) menyatakan interpretasi konservasi alam merupakan suatu cara yang strategis, sebab interpretasi taman nasional memiliki dua tujuan pokok, yakni:

a. Untuk membantu pengunjung agar kunjungannya lebih menyenangkan dan lebih kaya akan pengalaman, dengan cara meningkatkan kesadaran, penghargaan dan pengertian akan kawasan konservasi yang dikunjunginya, antara lain melalui:

1. Pemanfaatan waktu yang efisien selama kunjungan yang sifatnya rileks, menyenangkan dan penuh inspirasi.

2. Penambahan pengetahuan dan atau pengertian semaksimal mungkin tentang hubungan timbal balik dari sekian banyak aspek yang mereka amati, termasuk dengan kehidupan mereka sendiri. 3. Penyampaian informasi yang benar, tepat, dan menarik.

b. Untuk mencapai tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang bersangkutan, yaitu dengan cara:

1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya rekreasi bagi pengunjung yang bijaksana.

2. Menanamkan pengertian bahwa kawasan konservasi yang dikunjungi tersebut adalah tempat yang istimewa sehingga memerlukan perlakuan yang khusus, dan sekaligus menekan


(21)

serendah-rendahnya pengaruh yang kuat dari manusia terhadap sumberdaya alam yang ada.

Sharpe (1982), menjelaskan interpretasi memiliki tiga tujuan, pertama adalah interpretasi bertujuan membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran agar lebih peka, apresiasi, dan paham akan kawasan yang dikunjungi. Kedua, interpretasi membantu dalam mencapai tujuan manajemen, dan yang terakhir adalah interpretasi bertujuan mempromosikan organisasi agar publik lebih memahami organisasi tersebut. Tilden (1957) diacu dalam Sharpe (1982) memberikan enam prinsip interpretasi, antara lain:

1. Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan atau diuraikan dengan apa yang dialami atau kepribadian personal para pengunjung, maka hal tersebut merupakan hal yang sia-sia.

2. Informasi atau materi yang sejenis dengan itu saja bukanlah termasuk dalam kategori interpretasi. Interpretasi adalah ungkapan rahasia yang didasarkan atas informasi-informasi, namun interpretasi berbeda dan lebih luas daripada informasi. Interpretasi memuat unsur-unsur informasi.

3. Interpretasi adalah seni yang menggabungkan bermacam-macam seni, baik bersifat ilmiah, sejarah atau arsitektur, atau sesuatu seni yang pada suatu tingkatan dapat diajarkan pada orang lain.

4. Cara mengungkapkan interpretasi bukanlah dengan paksaan melainkan dengan ajakan atau persuasif.

5. Interpretasi bermaksud mempertunjukkan secara jelas dan bukan setengah-setengah. Interpretasi sebaiknya tidak dirahasiakan atau hanya boleh digunakan oleh kelompok tertentu saja.

6. Interpretasi yang ditujukan pada anak-anak tidak dapat digunakan pada interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa karena masing-masingmya memiliki pendekatan yang berbeda.

2.2.3 Obyek interpretasi

Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata (1988) mendefinisikan bahwa obyek interpretasi adalah segala sesuatu yang ada di taman nasional yang bersangkutan yang digunakan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Obyek interpretasi dapat digolongkan menjadi dua macam pokok,


(22)

yaitu obyek interpretasi berupa potensi sumberdaya alam dan potensi sejarah ataupun budaya. Obyek interpretasi sumberdaya alam suatu kawasan konservasi dapat berupa flora fauna (darat dan laut), tipe-tipe ekosistem yang khas, tanah dan geologi, kawah gunung, gua, air terjun, danau atau telaga, sungai, perairan pantai, laut (termasuk bawah laut), pemandangan alam dan lain sebagainya. Sedangkan obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa batu-batu megalitik, situs-situs dan benda peninggalan purbakala, situs-situs-situs-situs sejarah, bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan, pemukiman dan kehidupan penduduk asli baik di dalam ataupun di sekitar kawasan konservasi, sejarah kawasan, legenda yang ada di kalangan masyarakat setempat, dan lain sebagainya.

2.2.4 Teknik interpretasi

Sharpe (1982) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua macam teknik interpetasi yaitu teknik secara langsung dan teknik secara tidak langsung.

a. Teknik secara langsung (attended service)

Teknik interpretasi secara langsung adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan langsung antara pemandu (interpreter) dan pengunjung dengan obyek interpretasi yang ada sehingga pengunjung dapat segera melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba, dan merasakan obyek-obyek interpretasi yang digunakan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah:

1. Informasi: pengunjung akan mendapatkan informasi tentang obyek yang akan dikunjungi

2. Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu sentra pengunjung, jadi pengunjung sudah terlebih dahulu mengetahui program interpretasi yang direkomendasikan dan garis besar rencana perjalanannya.

3. Penyampaian uraian-uraian, dilakukan oleh interpreter pada saat melaksanakan program interpretasinya.

Kontak antara pengunjung dengan interpreter adalah suatu bentuk komunikasi langsung, sehingga peran seorang interpreter sangatlah besar untuk dapat mengungkapkan semua potensi dalam kawasan.Seorang


(23)

santai sehingga pengunjung dapat bebas bertanya atau menyampaikan keluhan-keluhannya. Beberapa hal yang harus diingat oleh interpreter

apabila membawa rombongan ke suatu tempat: 1. Mengatur tempat berkumpul

2. Datang lebih awal dari pengunjung 3. Berangkat tepat pada waktunya

4. Menjelaskan secara singkat apa yang akan dikerjakan 5. Pelaksanaan program

6. Tepat dalam mengakhiri program tersebut

Peran interpreter bisa diganti dengan semacam buku petunjuk terutama bila jalan-jalan sudah tertata dengan baik dan cukup aman bagi pengunjung serta apabila program yang disusun sudah sangat jelas. Interpretasi secara langsung dapat berupa:

1. Tamasya keliling atau berjalan-jalan dengan pemandu wisata. Pengunjung dalam kelompok-kelompok atau perorangan yang bergabung membentuk suatu rombongan, berjalan-jalan atau dengan kendaraan mendatangi obyek-obyek interpretasi dengan dipandu oleh interpreter dan mengikuti salah satu program interpretasi yang telah disusun.

2. Percakapan atau diskusi di lokasi dengan atau tanpa demonstrasi. Cara ini biasanya dilakukan pada tempat-tempat khusus misalnya adalah tempat yang memiliki keunikan flora fauna tertentu.

b. Teknik secara tidak langsung (unattended service)

Teknik interpretasi secara tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Interpretasi disajikan dalam suatu program, slide, video, film, rangkaian gambar-gambar dan sebagainya. Program ini biasanya diselenggarakan terutama untuk kawasan yang sangat luas, tidak semua potensi alam mudah dinikmati atau didatangi, daerahnya rawan, satwaliarnya masih banyak, dan sebagainya.Walaupun begitu, pengunjung tetap dapat mengetahui dan menikmati kekayaan alam yang ada di lokasi


(24)

tersebut. Program interpretasi secara tidak langsung ini harus dibuat menarik dan dapat mewakili potensi alam yang ada di lokasi tersebut.

2.2.5 Media interpretasi

Media sebenarnya merupakan salah satu unsur dalam komunikasi, karena dalam proses komunikasi selalu terjadi suatu proses penyampaian informasi dan sumber informasi atau dari pengirim pesan kepada sasaran atau penerima informasi melalui suatu media. Proses komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan yang dikirimkan tersebut dapat dimengerti oleh penerima pesan. Atau dengan cara lain pengirim pesan harus mendesain pesan yang dikirimkan sedemikian rupa sehingga penerima pesan dapat mengerti dan memahami isi pesan tersebut (Muntasib 2003). Skema proses komunikasi dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Model Komunikasi Katz and Lazarsfeld (diacu dalam Lubis et. al

2010).

Muntasib (2003) menjelaskan bahwa komunikasi bisa berlangsung secara verbal maupun non verbal atau dalam bentuk visual berupa gambar, simbol, dan lain-lain. Dalam interpretasi, komunikasi non verbal sangatlah diperlukan karena:

1. Pesan yang akan disampaikan akan lebih menarik perhatian

2. Pesan yang disampaikan lebih efisien karena gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata sehingga diharapkan dapat lebih mempercepat pemahaman pesan.

3. Pesan yang disampaikan lebih efektif karena dapat membuat sasaran lebih berkonsentrasi.

Pesan visual harus dirancang sesuai dengan tingkat pemahaman isi penerimasehingga dapat memahami isi pesan yang disampaikan.Maka dari itu diperlukan suatu keterampilan memvisualkan ide-ide dari lingkungan yang masih bersifat verbal menjadi bentuk-bentuk visual (Haryono & Siswosumarto 1986 diacu dalam Muntasib 2003). Terdapat tiga cara untuk memvisualkan ide-ide yaitu simbol piktoral, simbol grafis, dan simbol verbal.

Sumber Pesan Media

Massa

Publik

Opinion Leaders


(25)

1. Simbol piktoral merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek yang diwakili serealistik dan senyata mungkin, misalnya potret, gambar, ilustrasi, relief, maupun ukiran.

2. Simbol grafis merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek secara abstrak atau hanya garis besar benda nyatanya saja atau hanya bayangan dari benda nyata tersebut.

3. Simbol verbal merupakan suatu cara untuk merekonstruksi benda atau obyek yang berupa kata atau kalimat yang memberikan label atau uraian pada benda nyatanya.

Pemilihan simbol-simbol tersebut haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan juga tergantung dari siapa sasarannyaagardapat merancang suatu interpretasi yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan simbol antara lain simbol tersebut dapat mengkomunikasikan obyeknya, sasaran dapat membaca pesan sesuai dengan tujuan perencana, simbol harus dirancang dengan baik, dan rancangan haruslah estetis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan media (Muntasib & Rachmawati 2003):

1. Pengunjung

Pengunjung yang datang ke suatu kawasan mempunyai kesenangan dan latar belakang yang bermacam-macam, usia, kelompok, dan sebagainya. Perencana interpretasi harus memilih media yang dapat meliputi keanekaragaman pengunjung seluas mungkin.

2. Tujuan pengunjung

Suatu kawasan biasanya mempunyai daya tarik lingkungan masing-masing dan diantara bagian-bagian yang menarik tadi, terdapat bagian yang lebih disukai pengunjung dibanding tempat lainnya.Tempat inilah yang biasanya diperlukan lebih banyak informasi untuk mempermudah pengunjung. 3. Interaksi pengunjung

Interaksi antar pengunjung juga harus menjadi perhatian dalam memilih media interpretasi. Misalnya jika suatu pengunjung dapat berinteraksi

dengan pengunjung lainnya maka media yang dapat


(26)

bisa, direkomendasikan media berupa tanda-tanda interpretasi atau papan interpretasi.

4. Hubungan antara pengunjung dengan media

Menurut Tilden (1957) diacu dalamMuntasib (2003), cara untuk berhubungan dengan seseorang adalah dengan memberikan sentuhan di hatinya. Oleh karena itu media yang direkomendasikan juga harus dapat menyentuh hati dan perasaan dari pengunjung.

5. Perlindungan pengunjung

Jika terdapat potensi bahaya di suatu kawasan serta dekat dengan daerah yang sedang diinterpretasikan, maka dibutuhkan suatu informasi bagi pengunjung mengenai keadaan lingkungan baik secara verbal maupun melalui tanda-tanda.

6. Musim kunjungan

Musim kunjungan di Indonesia biasanya tidak begitu dipengaruhi oleh musim atau cuaca, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh musim liburan sekolah atau hari-hari besar lainnya.

7. Sumberdaya yang ada

Muntasib (2003) mengungkapkan bahwa tidak semua sumberdaya yang ada bisa dinikmati oleh pengunjung sehingga sebaiknya dibuat paket berupa slide atau film dari potensi yang ada.

8. Perlindungan sumberdaya

Terutama ditujukan pada sumberdaya yang langka atau rawan terhadap gangguan sehingga dibutuhkan suatu perlindungan. Pengunjung tetap dapat menikmati sumberdaya tersebut melalui media foto, film, atau slide. 9. Kerusakan tapak yang disebabkan pembangunan

Sharpe (1982) dalam bukunya yang berjudul Interpreting The Environment, menjelaskan bahwa media interpretasi terbagi dalam dua kategori yaitu personal services dan nonpersonal services.


(27)

1. Personal services

Kategori ini mengutamakan fleksibilitas dan pelayanan yang ramah kepada pengunjung. Jenis-jenis media interpretasi yang tergolong pada kategori ini adalah:

a. Petugas informasi; berfungsi melayani pengunjung dengan ramah dan membuat pengunjung merasa nyaman serta membangun komunikasi dua arah dengan pengunjung. Petugas informasi dapat berlokasi di pintu masuk, kemah area, pusat informasi, ataupun lokasi lainnya yang mudah ditemukan oleh pengunjung.

b. Penyelenggaraan kegiatan; terdiri atas tracking, berkemah, tur, dan menyusuri gua. Pengunjung dipandu langsung oleh interpreter

sejak awal kegiatan hingga akhir. Kegiatan ini dapat diselingi dengan diskusi antara pengunjung dan interpreter.

c. Perbincangan grup; terdiri atas presentasi slide atau diskusi yang biasanya diadakan di auditorium. Diskusi haruslah memiliki agenda yang terstruktur seperti menonton film dokumenter mengenai lokasi wisata yang dilanjutkan dengan tanya jawab. d. Tinggal bersama masyarakat setempat dan merasakan budaya serta

nilai-nilai tradisional di dalamnya

2. Nonpersonal services

Jenis-jenis media interpretasi yang tergolong pada kategori ini adalah:

a. Peralatan audio; dapat berupa suara manusia dalam berbagai bahasa, suara alam, dan suara satwa.

b. Papan interpretasi; terdiri dari papan tanda, labels, papan vandalisme, dan papan pengumuman.

c. Kegiatan pemanduan sendiri (self-guiding)

d. Pameran; baik pameran yang diselenggarakan di dalam ruangan atau luar ruangan.

e. Pusat informasi; terdiri dari ruangan pengunjung dan pengelola. Ruangan pengunjung dibagi menjadi lobi, ruang pameran, dan auditorium. Sedangkan ruangan pengelola terdiri atas kantor, perpustakaan, dan ruang koleksi. Pusat informasi merupakan salah


(28)

satu tempat yang sering dikunjungi oleh pengunjung sehingga harus terletak di lokasi yang mudah dicapai.

f. Media elektronik dan media cetak; terdiri atas radio, televisi, brosur, koran, dan internet.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kab. Karawang, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Februari, Mei-Juni 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain alat tulis, binokuler, kamera digital, kompas, perekam suara, peta KHDTK Cikampek, dan laptop/komputer. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain kuesioner, buku panduan wawancara, literatur, dan buku panduan pengenalan jenis flora dan fauna (mamalia dan burung).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Keterangan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 1.


(30)

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan

No. Parameter Variabel Metode Sumber

1. Potensi kawasan a. Flora (nama lokal, nama ilmiah, manfaat, dan

lokasi ditemukan)

b. Fauna (nama lokal, nama ilmiah, posisi perjumpaan

satwa, dan cirri khas satwa)

c. Bentang alam (bersifat unik, khas, dan indah)

a. Observasi lapang a. Lapangan

2. Pengunjung Karakteristik pengunjung (umur, pekerjaan, tingkat

pendidikan, asal, jenis kelamin), tujuan datang ke kawasan, latar belakang pengunjung (peneliti atau umum),pola kunjungan (sendiri atau berkelompok), aktivitas yang dilakukan, objek yang menarik menurut pengunjung, tempat-tempat yang dikunjungi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung, harapan pengunjung terhadap KHDTK Cikampek dan informasi pengunjung mengetahui KHDTK Cikampek

a. Wawancara a. Hasil kuesioner dari

pengunjung

3. Kondisi umum lokasi

penelitian

Letak dan luas, sejarah kawasan, iklim yang berupa suhu dan curah hujan, tanah, topografi, aksesibilitas, jenis flora fauna, dan peta kawasan KHDTK Cikampek.

a. Studi literatur

b. Wawancara

a. Literatur

b. Pengelola

4. Pengelolaan KHDTK

Cikampek

Tujuan pengelolaan, rencana pengelolaan, sejarah kawasan, sarana prasarana, perencanaan media interpretasi, dan jenis, manfaat atau keunikan flora fauna yang ada di KHDTK Cikampek.

a. Studi literatur

b. Wawancara

a. Literatur

b. Pengelola


(31)

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

3.3.1 Observasi lapang 1. Pengamatan flora

Kegiatan ini bertujuan untuk mencatat jenis flora (nama lokal dan nama ilmiah) yang menarik di KHDTK Cikampek beserta manfaatnya. Jenis-jenis flora yang menarik contohnya flora langka, bermanfaat sebagai obat, bahan makanan, atau bahan bangunan, berumur ratusan tahun, atau flora eksotik. Data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto flora tersebut untuk dijadikan obyek interpretasi.

2.Pengamatan fauna

Data yang diambil dalam kegiatan ini adalah jenis satwa (nama lokal dan nama ilmiah), posisi perjumpaan satwa, dan ciri khas satwa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung (jejak, suara, kotoran, dan bekas makan satwa). Jenis-jenis fauna yang menarik dapat berasal dari suara, morfologi (bentuk tubuh), atau perilakunya. Data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto fauna tersebut untuk dijadikan obyek interpretasi.

3.Bentang alam

Kegiatan ini bertujuan untuk mencatat dan mendeskripsikan jenis-jenis bentang alam yang ditemukan di kawasan KHDTK Cikampek. Pengambilan data bentang alam dilakukan berdasarkan keindahan, kekhasan, dan keunikannya. Data pendukung yang dapat dilakukan adalah mengambil foto-foto bentang alam tersebut untuk dijadikan obyek interpretasi.

3.3.2 Wawancara 1. Pengunjung

Wawancara kepada pengunjung untuk memperoleh karakteristik pengunjung (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, asal, jenis kelamin), tujuan datang ke kawasan, latar belakang pengunjung (peneliti atau umum), pola kunjungan (sendiri atau berkelompok), aktivitas yang dilakukan, objek yang menarik menurut pengunjung, tempat-tempat yang dikunjungi, sarana dan


(32)

prasarana yang dibutuhkan pengunjung, harapan pengunjung terhadap KHDTK Cikampek dan informasi pengunjung mengetahui KHDTK Cikampek.

Kegiatan wawancara dengan pengunjung dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan panduan kuesioner. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik sampel non random secara kebetulan. Teknik ini dilakukan terhadap orang yang kebetulan ada atau dijumpai. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan tentang masalah itu pada orang-orang yang dijumpainya. Pertanyaan bisa dilaksanakan pada waktu dan tempat penyelenggaraan wisata atau di lain waktu dan tempat (Wardiyanta 2006). Pengambilan sampel dilakukan pada hari kerja dan hari libur.

Besarnya sampel yang diambil dihitung dengan rumus (Setyosari 2010): N = (z/e)2 (p) (1-p)

Variabel N adalah besarnya sampel, z adalah skor standar yang berdasarkan tingkat keyakinan tertentu, e adalah proporsi kesalahan pengambilan sampel dalam situasi tertentu, dan p adalah proporsi estimasi atau peristiwa kasus dalam populasi. Oleh karena KHDTK Cikampek belum memiliki data jumlah pengunjung, maka nilai p sama dengan 0,5 (Tuckman 1988 dalam Setyosari 2010), nilai z adalah 1,96 dan nilai e adalah 0,10. Jumlah sampel yang dibutuhkan:

N = (1,96/0,10)2 (0,5)(0,5) = 96

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 96 sampel.

2. Pengelola KHDTK Cikampek

Wawancara kepadapengelola KHDTK Cikampek dimaksudkan untuk mengetahui apa saja tujuan pengelolaan, rencana pengelolaan, sarana prasarana, dan perencanaan media interpretasi. Kegiatan wawancara ditujukan kepada Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan, Bidang Pengembangan Data dan Tindak lanjut Penelitian, Sub Bidang Tindak Lanjut Penelitian, Bidang Program dan Evaluasi Penelitian, dan Sub Bidang Program dan Anggaran Penelitian.


(33)

3.3.3 Studi literatur

Metode studi literatur bertujuan untuk memperoleh data berupa kondisi umum lokasi meliputi letak dan luas, sejarah kawasan, iklim yang berupa suhu dan curah hujan,tanah, topografi, aksesibilitas, jenis flora fauna, dan peta kawasan KHDTK Cikampek. Kegiatan studi literatur juga bertujuan untuk memperoleh data berupa pengelolaan KHDTK Cikampek.

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah tahap observasi lapang selesai dilakukan dan telah memperoleh data-data yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kegiatan analisis adalah mendeskripsikan data sumberdaya alam, keinginan pengunjung,dan pengembangan pengelola. Data sumberdaya alam terdiri dari potensi flora fauna dan bentang alam. Data mengenai flora fauna dideskrispsikan berdasarkan nama lokal, nama ilmiah, manfaat, habitat, dan lokasi ditemukan, sedangkan untuk data bentang alam dideskripsikan berdasarkan keindahan, kekhasan, dan keunikannya. Data karakteristik pengunjung dipresentasikan secara tabulatif dan grafik berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tujuan datang ke kawasan, jenis pekerjaan, serta fasilitas yang dibutuhkan pengunjung. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perencanaan media interpretasi sesuai dengan sumberdaya alam yang ada, keinginan pengunjung dan kemampuan pengelola KHDTK Cikampek.Pemilihan media interpretasi berupa foto, poster, slide, film, booklet, media cetak, dan lainnya dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pengunjung. Pemilihan media juga harus disesuaikan dengan kondisi iklim KHDTK Cikampek. Simbol yang akan digunakan dalam memvisualkan media interpretasi dilakukan dengan dua cara yaitu simbol piktoral dan verbal (Haryono & Siswosumarto 1986 diacu dalam Muntasib 2003).


(34)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Dasar Hukum

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek dibangun pada tahun 1937 dengan luas 51,1 Ha yang secara legal merupakan areal Perum Perhutani, yang selanjutnya status hukumnya merupakan kawasan pinjam pakai antara Badan Litbang Kehutanan dengan Perum Perhutani. Berdasarkan S.K Menhut No. 305/Kpts-II/2003 dan S.K Menhut No. 306/Kpts-II/2003, kawasan tersebut ditunjuk dan digunakan sebagai Hutan Penelitian Cikampek. Pengelolaan kawasan ini semula dilakukan oleh Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (P3H & KA), baru sejak tahun 2008 status pengelolaannya dialihkan kepada Pusat Litbang Hutan Tanaman (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

4.2 Keadaan Fisik Kawasan 4.2.1 Lokasi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (2010) menyatakan bahwa secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06025’00”-06025’48” LS dan 107027’36”-107027’50” BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan kota Cikampek dan berada pada ketinggian 50 mdpl. Secara administratif, pemerintahan KHDTK Cikampek berbatasan dengan Desa Cikampek, Desa Sarimulya, dan Desa Kamojing.

4.2.2 Topografi

Bentuk wilayah secara makro adalah datar dan sedikit berombak dengan kelerengan rata-rata kurang dari 9%.Daerah bagian selatan ke utara agak landai, di sebelah barat dan timur dibatasi oleh lembah-lembah sempit dan di sebelah barat terdapat Sungai Cicunut (Departemen Kehutanan 2006).

4.2.3 Geologi dan tanah

Jenis tanah di KHDTK Cikampek sebagian besar termasuk latosol merah.Jenis tanah lainnya adalah laterit air tanah dan latosol merah kekuningan.


(35)

Kondisi tanah masam (pH 4.9-5.2) dengan kadar bahan organik dan nitrogen rendah. P2O5 sedang dan K2O sangat rendah (Departemen Kehutanan 2006).

4.2.4 Klimatologi

Kecamatan Cikampek memiliki curah hujan rata-rata 1796 mm per tahun dan termasuk dalam tipe iklim C. Curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari sampai April, sedangkan curah hujan yang rendah terjadi pada bulan Mei sampai September (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

4.2.5 Ekologi

Sejak tahap awal dibangunnya hutan penelitian pada tahun 1937 yaitu berupa kegiatan penelitian introduksi jenis-jenis pohon, dari sebanyak 172 petak yang ada, pada semua petak telah dilakukan upaya penanaman. Dalam perkembangannya tidak semua petak tertutup oleh vegetasi, melainkan terdapat beberapa plot tanaman gagal (kosong) yang sifatnya membentuk spot-spot yang menyebar di seluruh areal. Sampai tahun 2010, KHDTK Cikampek telah diintroduksi sebanyak 61 jenis terdiri dari 3 jenis dari famili Dipterocarpaceae dan 57 jenis dari jenis non-Dipterocarpaceae dan 1 jenis bambu. Dari 61 jenis yang diintroduksi, sebanyak 28 jenis merupakan jenis exotic (penyebaran alaminya di luar Indonesia) dan 32 jenis merupakan jenis asli di Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

4.3 Aksesibilitas

Departemen Kehutanan (2006) menyatakan bahwa aksesibilitas menuju lokasi KHDTK Cikampek dapat ditempuh melalui jalan Tol Cikampek. Jarak dari pintu gerbang Tol Cikampek ke KHDTK Cikampek kurang lebih 2,5 km. Lokasinya terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan Desa Cinangka dengan Pasar Cikampek.

4.4 Sarana Prasarana 4.4.1 Jalan aspal

Areal KHDTK Cikampek terbelah hampir simetris oleh jalan kabupaten sepanjang 1.260 m dan lebar 3,5 m. Pada saat ini kondisi jalan kabupaten yang


(36)

membelah kawasan ini berada dalam kategori sangat baik karena jalannya telah diperbaiki oleh pemerintah kabupaten setempat melalui pengaspalan jalan (hotmix) pada pertengahan tahun 2009. Jalan tersebut sangatlah bermanfaat sebagai pembuka akses bagi dua kecamatan yaitu Kecamatan Cikampek (Karawang) dan Kecamatan Cempaka (Purwakarta), dengan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Kepadatan lalu lintas ini akan melonjak tajam pada saat jalan tersebut menjadi jalan alternatif akibat kepadatan jalan raya di ujung jalan tol Jakarta-Cikampek (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

4.4.2 Jalan pemeriksaan

Jalan pemeriksaan di KHDTK Cikampek dibuat dengan lebar 3 m, tanpa pengerasan (jalan tanah). Selain berfungsi sebagai jalan pemeriksaan, jalan tersebut berfungsi sebagai batas petak dan juga sebagai sekat bakar untuk mencegah meluasnya bahaya kebakaran. Pada saat ini jalan pemeriksaan tampak jelas terpelihara karena selain sehari-hari dimanfaatkan oleh petugas lapangan maupun peneliti yang melakukan penelitian juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai akses jalan antar desa dan juga dimanfaatkan pengunjung KHDTK Cikampek dari luar daerah untuk sekedar menikmati alam hutan KHDTK Cikampek (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

4.4.3 Rumah dinas petugas lapangan dan pondok kerja

Bangunan rumah dinas yang diperuntukkan bagi Petugas Lapangan/Penanggung Jawab KHDTK Cikampek terletak di Petak 155. Bangunan dibuat permanen dengan luas bangunan 54 m2 dengan kondisi bagus hasil renovasi tahun 2008. Selain sebagai rumah dinas juga difungsikan sebagai kantor, yaitu sebagai pusat informasi kegiatan penelitian. Terdapat juga pondok kerja untuk tamu seluas 54 m2 yag dilengkapi 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi dengan kondisi terawat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).


(37)

4.5 Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang telah dilakukan di KHDTK Cikampek antara lain (Departemen Kehutanan 2006):

a. Introduksi jenis

b. Percobaan pencegahan rayap Moeroderanes gilves Hegen pada tanaman kayu putih.

c. Evaluasi introduksi jenis pohon hutan.

d. Teknik budidaya Eboni (Diospyros celebica).

e. Percobaan tanaman Khaya, pohon penghasil Gaharu, Jati, dan Sengon Buto yang diinokulasi mikoriza.

f. Potensi jenis pohon hutan dalam menyerap karbon.

g. Pengembangan lebah madu untuk masyarakat sekitar hutan penelitian. h. Kajian perilaku pengunjung ke KHDTK Cikampek (wisata).

i. Kajian kondisi tanah di bawah tegakan Khaya anthotheca. j. Model pertumbuhan jenis Khaya anthotheca.

k. Kajian metode pengawetan kayu terhadap serangan rayap tanah.

4.6 Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 4.6.1 Letak dan luas desa sekitar KHDTK Cikampek

Desa-desa di sekitar Hutan Penelitian Cikampek secara administratif termasuk dalam dua wilayah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta. Desa-desa tersebut adalah Sarimulya, Cikampek Timur, Cikampek Pusaka, dan Kamojing yang termasuk wilayah Kecamatan Cikampek Kabupaten Purwakarta. Satu desa lainnya yang terletak di sebelah selatan adalah Desa Cinangka. Luas masing-masing desa tercantum pada tabel 2 berikut ini (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan 2010).

Tabel 2 Luas desa dan di desa-desa sekitar KHDTK Cikampek

No. Kabupaten Kecamatan; Desa Luas (Ha)

1. Karawang Kec. Cikampek;

1. Sarimulya

2. Cikampek Timur

3. Cikampek Pusaka

4. Kamojing

18,902 109,903 302,183 596,317

2. Purwakarta Kec. Cempaka;

1. Cinangka 247,500


(38)

4.6.2 Keadaan penduduk dan mata pencaharian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan (2010) mengutarakan jumlah persentase penduduk di sekitar lokasi KHDTK Cikampek adalah 40,14% berada pada usia dewasa, 36,19% berada pada usia tua, dan sisanya 23,67% berada pada usia anak-anak. Dengan demikian 50% lebih merupakan penduduk yang berada pada usia kerja (produktif). Keadaan jumlah penduduk di sekitar KHDTK Cikampek tertera pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Keadaan penduduk di sekitar KHDTK Cikampek

No Desa Jumlah penduduk (jiwa) Total

kepadatan Rata-rata/km

2

Tua Dewasa Anak

1. Sarimulya 1913 4011 4412 10336 6984

2. Cikampek Timur 4784 1982 1550 8316 7670

3. Pusaka 830 1446 1162 3438 1143

4. Kamojing 720 1742 777 3239 543

5. Cinangka 807 1675 1014 3496 1413

Jumlah 9054 10856 8915 28825 2056

Lahan usaha yang ada di desa-desa sekitar KHDTK Cikampek kurang dari 20%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang berkembang terutama di desa-desa yang berdekatan dengan kota seperti Desa Sarimulya dan Desa Cikampek Timur. Sebagian besar penduduk di sekitar KHDTK Cikampek menggantungkan hidupnya pada sektor industri dan perdagangan. Jumlah buruh dan pedagang mendominasi hampir 70% dari total profesi pada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang membutuhkan lahan untuk dijadikan areal berdagang. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan menjadikan sebagian areal KHDTK Cikampek sebagai tempat berdagang. Adapun komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK tertera pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK Cikampek

No Desa Pedagang Buruh Tani Karyawan

Jiwa % Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1. Sarimulya 765 49.9 617 40.2 22 1.4 130 8.5

2. Cikampek

Timur 2545 47.1 1381 25.6 270 5.0 1206 22.3

3. Cikampek

Pusaka 129 5.4 1279 53.8 913 38.4 55 2.3

4. Kamojing 121 24.0 94 18.7 100 19.8 189 37.5

5. Cinangka 97 13.2 350 47.5 252 34.2 38 5.2


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan dan upaya pembinaan cinta alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya (Dewobroto 1995).Berdasarkan hasil penelitian, KHDTK Cikampek memiliki beberapa potensi objek dan daya tarik wisata.Objek-objek ini dikelompokkan berdasarkan potensi biologis, potensi fisik, dan potensi seni dan budaya.Keseluruhan dari potensi tersebut dapat diinterpretasikan melalui sebuah media.

5.1 Potensi Objek Wisata yang Berada di dalam KHDTK Cikampek 5.1.1 Potensi biologi

Potensi biologi yang dapat dijadikan daya tarik sebagai objek dan daya tarik wisata bagi pengunjung adalah potensi flora dan fauna.Potensi-potensi ini memiliki daya tarik tersendiri yang mendorong pengunjung untuk datang ke kawasan hutan dengan tujuan khusus Cikampek.

a. Potensi flora

Flora merupakan salah satu potensi objek yang dapat ditawarkan kepada pengunjung di KHDTK Cikampek.Sejak tahun 1937 sampai 2009, 63 jenis tumbuhan telah diintroduksi ke KHDTK Cikampek, 28 di antaranya adalah jenis eksotik atau penyebaran alaminya berada di luar Indonesia. Salah satu jenis tumbuhan,Swietenia macrophylla temasuk dalamstatus perlindunganAppendix II

CITES yang artinya jenis tumbuhan ini tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Berikut dalam tabel 5 disajikan jenis-jenis tumbuhan beserta manfaatnya.

Tabel 5Jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Manfaat

1. Hopea odorata Merawan Dipterocarpaceae Sebagai tanaman hias, kayunya untuk konstruksi berat dan ringan 2. Shorea robusta Meranti Dipterocarpaceae Bahan baku furniture


(40)

Tabel 5 Jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya (lanjutan)

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Manfaat

4. Acacia auriculiformis

Akasia Fabaceae Kayunya sebagai kayu bakar,

arang, pulp, dan kontruksi ringan

5. Acacia catechu Akasia Fabaceae Obat Alzheimer

6. Acacia confusa Akasia Fabaceae Tanaman peneduh dan hias

7. Acacia mangium Akasia Fabaceae Bahan baku pulp dan kertas

8. Acacia oraria Akasia Fabaceae Tanaman peneduh

9. Alstonia congensis

Pulai Apocynaceae Kulit kayu dapat mengatasi

demam, malaria, diare, wasir, anemia

10. Anthocephalus cadamba

Jabon Rubiaceae Kayunya digunakan sebagai bagan

baku industri kayu lapis, mebel, pulp, mainan anak-anak, papan, tripleks, alas sepatu

11. Aphanamixis grandifolia

Kongkih merah Meliaceae Kulit kayunya dapat mengobati

penyakit malaria 12. Azadirachta

indica

Mimba Meliaceae Berfungsi sebagai tanaman

insektisida dan juga dapat mengobati penyakit kulit, demam, malaria, penyakit kardiovaskular 13. Calophyllum

inophyllum

Nyamplung Clusiaceae Buah dan bijinya digunakan

sebagai bahan bakar dan ampas buahnya dijadikan briket. 14. Calophyllum

soulatri

Solatri Clusiaceae Bahan baku kontruksi ringan

15. Canarium schwaifurhii

Kenari Burseraceae Minyak resinnya dibuat parfum,

pembersih rambut, dupa, obat gosok, obat luka

16. Casuarina equisetifolia

Cemara laut Casuarinaceae Berfungsi sebagai pengendali erosi

di daerah pantai, tanaman peneduh, tanaman hias, reklamasi lahan, bahan baku pulp

17. Cecropia peltata Saga Moraceae Kayunya sebagai bahan baku

pembuatan korek api, peti, alat musik, alat memancing, dan bubur kertas. Daunnya dapat mengobati bisul, disentri, asma, menstruasi, herpes, hati, gigitan ular

18. Cedrella Mexicana

Handarusa Meliaceae Kulit kayunya dapat mengobati

malaria, demam, dan rematik

19. Ceiba sp Kapuk Bombacaceae Bahan baku kayu lapis, pulp,

kotak dan peti, kertas 20. Chaklaphora

excelsa*)

- - -

21. Chukrasia tabularis*)

- Meliaceae Kayunya dapat digunakan sebgai

bahan bakar dan kontruksi ringan 22. Coumarona

odorata*)

- Fabaceae Ekstrak bijinya dapat digunakan

sebagai pengganti vanilla dan parfum

23. Dalbergia fusca Sonokeling Fabaceae Bahan baku mebel, furniture, barang ukiran, alat musik, olahraga

24. Delonix regia Flamboyan Fabaceae Tanaman peneduh dan tanaman


(41)

Tabel 5 Jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya (lanjutan)

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Manfaat

25. Diospyros celebica

Kayu hitam/Eboni

Ebenaceae Bahan baku mebel dan dekorasi

26. Enterolobium cyclocarpum

Sengon buto Fabaceae Bahan baku dalam pembuatan

pintu, jendela, lemari, dan kapal

27. Eucalyptus alba Ampupu Myrtaceae Buahnya bermanfaat sebagai

pelega 28. Eucalyptus

plathyphylla

Ampupu Myrtaceae Tanaman peneduh

29. Eucalyptus urophylla

Ampupu Myrtaceae Tumbuhan ini ditanam dalam

program reklamasi lahan

30. Ficus variegate Nyawai Moraceae Buahnya bermanfaat sebagai obat

mencret dan eksim 31. Giganthocloa

apus

Bambu apus Graminaceae Rebungnya bermanfaat sebagai

obat demam dan peluruh air seni

32. Gluta renghas Rengas Anacardiaceae Bahan baku kontruksi bangunan

dan jembatan, bantalan rel kereta, perahu, papan, perkakas rumah tangga, lantai, kayu lapis 33. Gmelina

arborea*)

Gmelina Verbenaceae Bahan baku kontruksi ringan dan

pulp. Daunnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak

34. Hymenaea courbaril

Jatoba Fabaceae Bahan baku furniture dan kapal,

kulitnya dapat mengatasi gangguan pencernaan

35. Intsia bijuga Merbau Fabaceae Bahan baku kontruksi berat dan

mebel, kulit kayunya bermanfaat menghentikan diare

36. Khaya anthotheca

Kahaya Meliaceae Ekstrak bijinya berguna sebagai

obat anti serangga 37. Khaya

grandifolia

Kahaya Meliaceae Bahan baku mebel, furniture,

interior rumah, dan kapal

38. Khaya ivorensis Kahaya Meliaceae Bahan baku pembuatan kapal

39. Khaya senegalensis

Kahaya Meliaceae Kulitnya digunakan sebagai obat

kuat, daun bermanfaat sebagai pakan ternak, minyak dan biji untuk kosmetik

40. Lagerstroemia loudoni

Bungur Lythraceae Bijinya bermanfaat mengobati

tekanan darah tinggi, kulit kayu untuk mengobati diare, disentri, dan kencing darah

41. Metrosideros sp. Lara/Kayu besi Myrtaceae Bahan baku pembuatan rumah, jembatan, tiang pancang di air laut, kemudi, dan jangkar kapal. Kulit kayu sebagai obat diare

42. Ochroma bicolor Balsa Bombacaceae Bahan baku pulp dan kertas

43. Paraserianthes falcataria

Sengon Fabaceae Sebagai tanaman hias, bahan baku

kontruksi ringan, dan kerajinan tangan. Daunnya sebagai pakan ayam dan kambing.

44. Parinarium corymbosum

Kayu batu Rutaceae Bahan baku kontruksi

45. Pericopsis mooniana

Kayu kuku Fabaceae Membuat barang-barang dengan


(42)

Tabel 5 Jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya (lanjutan)

No Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Manfaat

46. Pinus khasya*) Pinus Pinaceae Bahan baku papan partikel, pulp

47. Pinus merkusii Pinus Pinaceae Bahan baku pulp dan campuran

dalam pembuatan kertas 48. Piptadenia

peregrine

- Fabaceae Bahan baku furniture

49. Pterocarpus sp. Angsana Fabaceae Bahan baku mebel, lantai, lemari,

dan alat music

50. Pterygota alata Kasah Moraceae Sebagai pengganti opium

51. Ricinodendron africanum

Euphorbiaceae Akarnya sebagai obat batuk,

disentri, rematik, menstruasi

52. Santalum album Cendana Santalaceae Minyak dan kayunya umum

digunakan sebagai wewangian pada dupa, kosmetik, parfum, sabun, dan bumbu makanan 53. Spathodea

campanulata

Angsret Bignoniaceae Kulit kayunya mengandung zat

laksatif sehingga bermanfat sebagai obat pencahar

54. Sterculia foetida Kepuh Sterculiaceae Kulit pohon sebagai obat rematik

55. Styrax sp. Kemenyan Styracaceae Obat penenang

56. Swietenia macrophylla

Mahoni daun besar

Meliaceae Bahan baku mebel dan anaman

naungan

57. Tectona grandis Jati Verbenaceae Bahan baku kontruksi berat dan

ringan, ukiran, dan furniture

58. Terminalia arjuna

Ketapang Combretaceae Obat bisul, luka, tekanan darah

tinggi, jantung, gangguan kemih 59. Terminalia

caembachii

Ketapang Combretaceae Bahan baku kontruksi ringan dan

furniture

60. Terminalia kaernbacii

Ketapang Combretaceae Bahan baku kontruksi ringan dan

furniture

61. Trachylobium verrucosum

Copal tree Fabaceae Tanaman peneduh

62. Vitex coffasus Bieti Verbenaceae Kayunya digunakan sebagai

konstruksi rumah, kapal dan perkakas rumah tangga. 63. Zizyphus talanoi Tombulilato Rhamnaceae Tanaman peneduh Ket : *) = jenis asing

Jenis-jenis flora ini tergolong ke dalam 25 famili. Famili yang mendominasi adalah famili Fabaceae dengan 16 jenis flora.Fabaceae merupakan famili dengan keragaman jenis ketiga terkaya setelah famili Asteraceae dan Orchidaceae.Sebagian besar jenis flora dalam famili Fabaceae dapat dimanfaatkan untuk makanan, obat-obatan, bahan bangunan, furniture, dan lain sebagainya (Molares & Ladio 2011). Keseluruhan jumlah jenis flora di KHDTK Cikampek berdasarkan familinya disajikan dalam tabel 6.


(43)

Tabel 6 Jumlah jenis flora berdasarkan familinya

Famili Jumlah jenis

Fabaceae 16

Dipterocarpaceae 3

Apocynaceae 1

Rubiaceae 1

Meliaceae 8

Clusiaceae 2

Burseraceae 1

Casuarinaceae 1

Bombacaceae 2

Ebenaceae 1

Myrtaceae 4

Graminaceae 1

Anacardiaceae 1

Verbenaceae 3

Lythraceae 1

Rutaceae 1

Pinaceae 2

Moraceae 2

Euphorbiaceae 1

Santalaceae 1

Bignoniaceae 1

Sterculiaceae 1

Combretaceae 1

Rhamnaceae 1

Styraceae 1

Jenis tumbuhan obat yang dijumpai selama observasi lapang di KHDTK Cikampek adalah 11 jenis. Tumbuhan-tumbuhan obat ini dapat dimanfaatkan pada bagian akar, daun, ataupun seluruh bagiannya (herba).Berbagai macam penyakit mulai dari penyakit ringan seperti influenza hingga penyakit berat seperti tumor dapat diobati. Salah satunya adalah Daun dewa (Gynura procumbens) yang berkhasiat mengobati jantung koroner, darah tinggi, tumor, dan kanker. Berikut disajikan dalam tabel 7 jenis-jenis tumbuhan obat di KHDTK Cikampek.

Tabel 7 Jenis-jenis tumbuhan obat di KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Manfaat

1. Jamblang hutan Syzygium

cumini

Myrtaceae Buahnya sebagai obat batuk,

peluruh kencing, memperbaiki gangguan pencernaan, dan menurunkan kadar glukosa darah

2. Harendong bulu Clidemia hirta Melastomaceae Daunnya berguna mencuci luka

bernanah dan menghentikan pendarahan pada luka sayatan

3. Harendong Melastoma

malabathricum

Melastomaceae Daunnya sebagai obat mencret,

keputihan, radang usus, sariawan


(44)

Tabel 7 Jenis-jenis tumbuhan obat di KHDTK Cikampek (lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Manfaat

4. Daun dewa Gynura

procumbens

Asteraceae Daunnya mengobati penyakit

jantung koroner, darah tinggi, tumor, dan kanker

5. Katuk Sauropus

androgynus

Phyllanthaceae Daunnya dapat memperlancar

produktivitas ASI, obat bisul, demam, dan mencegah osteoporosis

6. Karuk Piper

sarmentosum

Piperaceae Akarnya sebagai peluruh air

seni, empedu, obat asma, sakit perut, malaria

7. Pare hutan Momordica

subangulata

Cucurbitaceae Menambah nafsu makan,

mengatasi bisul, sariawan, batuk, radang tenggorokan, malaria, rematik, demam, dan cacingan

8. Balakacida Mikania

cordata

Asteraceae Antibiotik, mengobati luka

tersayat agar cepat kering

9. Babadotan Ageratum

conyzoides

Asteraceae Menyembuhkan luka, bisul,

rematik, pendarahan rahim,sakit tenggorokan,influenza, dan perut kembung

10. Putri malu Mimosa

pudica

Fabaceae Peluruh dahak, peluruh kencing,

obat tidur, anti radang, demam, malaria, dan obat batuk

11. Kahit hutan - - Obat masuk angin

b. Potensi fauna

Fauna yang dijumpai selama observasi lapang di KHDTK Cikampek terdiri dari kelas burung, kupu-kupu, reptil, dan mamalia. Jenis fauna yang paling banyak dijumpai adalah burung yaitu 15 jenis, kupu-kupu ada 13 jenis, reptil sebanyak 6 jenis, dan mamalia sebanyak 4 jenis.

b.1 Burung

Burung merupakan satwaliar pengguna ruang yang cukup baik, yang terlihat dari penyebarannya, baik secara horizontal maupun vertikal. Menurut Alikodra (2002), burung mampu menempati berbagai tipe habitat baik berupa hutan maupun bukan hutan seperti tanaman perkebunan, tanaman pertanian, pekarangan, gua, padang rumput, savana, dan habitat perairan. Burung juga memerlukan tempat untuk mencari makan, minum, berlindung, bersarang, berkembangbiak (kawin) dan bermain. Kegiatan pengamatan dilakukan pada tiga kali pagi pukul 06.00-08.00 WIB selama tiga hari berturut-turut dengan menggunakan metode daftar jenis. Pengamatan dilakukan dengan berjalan kaki di


(45)

sekitar areal persawahan. Jumlah jenis burung yang teramati secara langsung adalah 15 jenis yang terdiri dari 12 famili. Dari ke-15 jenis tersebut 11 jenis termasuk dalam kategori kelangkaan Risiko rendah IUCN RedList yang berarti populasinya di alam masih banyak, dan 4 jenis yang lain belum masuk ke dalam daftar katalog IUCN RedList.Berikut dalam tabel 8 disajikan daftar jenis burung yang dijumpai di KHDTK Cikampek.

Tabel 8 Daftar jenis burung yang dijumpai di KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kategori

kelangkaan*

1. Cinenen pisang Orthomus sutorius Silviidae Risiko rendah

2. Walet linchi Collocalia linchi Apodidae -

3. Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae Risiko rendah

4. Pelanduk topi hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Risiko rendah

5. Layang-layang rumah Delichon dasypus Hirundinidae Risiko rendah

6. Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Risiko rendah

7. Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Risiko rendah

8. Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Risiko rendah

9. Anis merah Zoothera citrine Turdidae Risiko rendah

10. Betet jawa Psittacula alexandri Psittacidae Risiko rendah

11. Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae -

12. Perenjak jawa Prinia familiaris Silviidae Risiko rendah

13. Wiwik uncuing Cuculus sepulcralis Cuculidae -

14. Perkutut Geopelia striata Columbidae Risiko rendah

15. Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae -

* = kategori kelangkaan berdasarkan IUCN Redlist b.2 Kupu-kupu

Kupu-kupu yang berhasil dijumpai selama observasi lapang di jalur pengamatan terdiri dari 13 jenis. Famili yang mendominasi keanekaragaman jenis kupu-kupu adalah famili Nymphalidae yakni sebanyak 11 jenis. Menurut Saputro (2007) Nymphalidae merupakan famili yang mudah beradaptasi dan memiliki jumlah jenis lebih banyak diantara famili kupu-kupu lainnya. Selain itu jenis vegetasi yang ada di KHDTK Cikampek mendukung kehidupannya, baik sebagai sumber pakan maupun sebagai cover. Jenis vegetasi tersebut diantaranya berasal dari famili Fabaceae dan Compositae (Corbert & Pendlebury 1934 diacu dalamSaputro 2007). Sedangkan vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Arecaceae, Verbenaceae dan Moraceae (Vane et.al 1984 diacu dalamSaputro 2007). Berikut dalam tabel 9 disajikan daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek.


(46)

Tabel 9Daftar jenis kupu-kupu yang dijumpai di KHDTK Cikampek

No Nama Latin Famili

1. Melanitis leda simessa Nymphalidae

2. Ideopsis juventa juventa Nymphalidae

3. Mycalesis horsfieldi horsfieldi Nymphalidae

4. Junonia atlites atlites Nymphalidae

5. Eurema hecabe sankapura Pieridae

6. Euploea phaenarete pavettae Nymphalidae

7. Athyma perius perinus Nymphalidae

8. Hypolimnas bolina bolina Nymphalidae

9. Doleschallia bisaltidae bisaltidae Nymphalidae

10. Catopsilia Pomona Pieridae

11. Junonia hedonia ida Nymphalidae

12. Ariadne ariadne ariadne Nymphalidae

13. Rohana parisatis javana Nymphalidae

b.3 Reptil

Reptil yang berhasil diamati selama observasi lapang di jalur pengamatan terdiri dari 6 jenis. Dari keenam jenis ini terdapat satu jenis reptil yang membahayakan manusia yakni viper pohon (Trimeresurus albolabris).Ular ini memiliki ciri ciri yang mirip dengan ular pucuk, yaitu tubuhnya kecil dan berwarna hijau muda.Namun terdapat perbedaan yang mencolok pada viper pohon dengan adanya warna merah pada bagian atas ekor. Jika terkena gigitan viper pohonakan terjadi pembengkakan, rasa kaku dan nyeri ke seluruh bagian anggota yang terggit. Apabila tidak ditangani dengan baik, pendarahan internal dapat terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah dan dapat mengakibatkan kematian.Dua dari 6 jenis reptil tersebut termasuk dalam kategori kelangkaanRisiko rendah IUCN RedList yang berarti populasinya di alam masih banyak, dan 4 jenis yang lain belum masuk ke dalam daftar katalog

IUCN RedList.Berikut dalam tabel 10 disajikan daftar jenis reptil yang dijumpai di KHDTK Cikampek.

Tabel 10 Daftar jenis reptil yang dijumpai di KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kategori

kelangkaan*

1. Cicak hutan Cryrtodactylus fumosus Gekkonidae -

2. Kadal kebun Eutrophis multifasciata Scincidae -

3. Viper pohon Trimeresurus albolabris Viperidae Risiko rendah

4. Ular lidah api Dendrelapis pictus Colubridae -

5. Cicak terbang Draco volans Agamidae -

6. Bunglon Bronchocela jubata Agamidae Risiko rendah


(47)

b.4 Mamalia

Mamalia yang berhasil diamati selama observasi lapang di jalur pengamatan terdiri dari 4 jenis. Pengamatan satwa dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Penggunaan metode langsung berhasil menjumpai bajing tanah bergaris tiga dan satu kelompok kecil monyet ekor panjang yang beranggotakan 5-6 ekor.Sedangkan untuk penggunaan metode tidak langsung dijumpai jejak babi hutan dan kotoran musang seperti yang tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2 Kotoran Musang.

Keempat jenis satwa tersebut termasuk dalamkategori kelangkaanRisiko rendahIUCN RedList yang berarti populasinya di alam masih banyak.Berikut dalam tabel 11 disajikan daftar jenis mamalia yang dijumpai di KHDTK Cikampek.

Tabel 11Daftar jenis mamalia yang dijumpai di KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kategori

kelangkaan*

1. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae Risiko rendah

2. Bajing tanah bergaris

tiga Lariscus insignis Sciuridae Risiko rendah

3.

Musang Paradoxurus

hermaphroditus Viverridae Risiko rendah

4. Babi hutan Sus scrofa Suidae Risiko rendah

* = kategori kelangkaan berdasarkan IUCN RedList 5.1.2 Potensi fisik

Potensi fisik yang dapat dijadikan daya tarik sebagai objek dan daya tarik wisata bagi pengunjung adalah goa, sungai, dan pemandangan sawah.Ketiga objek ini memiliki kondisi fisik yang menarik.


(48)

a. Goa Kembang

Samodra (2001) diacu dalamRafika (2011) menyatakan definisi goa adalah suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia, baik terbentuk dari batuan gamping atau batuan vulkanik.Goa juga dapat diartikan sebagai sebuah situs bagi keindahan, misteri, hiburan, dan petualangan sehingga merupakan tempat yang cocok untuk berkreasi dan berwisata.Goa yang terdapat di KHDTK Cikampek memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata khususnya wisata minat khusus. Menurut Wacik (2004), wisata minat khusus adalah suatu bentuk perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan terhadap suatu tempat dikarenakan ia memiliki minat atau tujuan khusus mengenai suatu jenis atau kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi tersebut.

Hasil penelusuran dan wawancara dengan masyarakat sekitar KHDTK Cikampek mengungkapkan bahwa kawasan ini memiliki satu buah goa yang terletak di pinggir sungai (Gambar 3) sehingga untuk masuk ke dalam goa ini harus melintasi sungai terlebih dahulu. Goa ini dinamakan “Goa Kembang” oleh masyarakat karena KHDTK Cikampek terkenal juga dengan sebutan “Kebon Kembang” sehingga goa tersebut dinamai dengan nama yang sama.

Gambar 3 Goa di pinggir sungai.

Goa ini terletak persis di sebelah sungai sehingga dapat dipastikan air akan masuk ke dalamnya jika volume sungai meluap dan dapat membahayakan pengunjung. Oleh karena itu sangat disarankan untuk memasukinya saat musim kemarau atau sungai dalam keadaan surut.Ukuran goa tergolong kecil dan diperkirakan hanya dapat dimasuki oleh 1-2 orang saja.Cara memasukinya yaitu


(49)

dengan cara merangkak dan menggunakan peralatan khusus seperti lampu, helm,

coverall, sarung tangan, sepatu, senter, dan peluit. Namun sebelum dijadikan sebagai objek wisata, ada baiknya dilakukan pengeksploran goa lebih lanjut untuk memastikan keamanan goa karena goa ini belum pernah dimasuki sebelumnya.

b. Sungai Cicunut

Sungai Cicunut merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun dan kadang kadang difungsikan sebagai “tempat pembuangan” air dari bendungan di Desa Kamojing jika volume bendungan tersebut meluap. Sungai ini memiliki kedalamankurang lebih 130 cm. Pemandangan alam yang menarik, menyejukkan mata, dan airnya yang segar menjadikan Sungai Cicunut (Gambar 4) sebagai salah satu objek wisata yang disenangi masyarakat setempat. Selain itu anak-anak desa juga sering berenang dan bermain di sungai ini seperti pada Gambar5.

Gambar 4 Sungai Cicunut.

Gambar 5 Anak-anak yang berenang.


(1)

Petunjuk: Silangkan (x) pada jawaban yang paling sesuai menurut Anda, boleh lebih dari satu

1. KHDTK Cikampek ini anda ketahui dari: a. Teman

b. Keluarga

c. Media massa (TV, Radio, Brosur/media cetak, Booklet) d. Lainnya (sebutkan) ... 2.Bersama siapa anda mengunjungi KHDTK Cikampek:

a. Sendiri b. Teman

c. Keluarga

d. Lainnya (sebutkan) ... 3. Apa tujuan anda mengunjungi KHDTK Cikampek:

a. Menikmati kesejukan dan pemandangan KHDTK Cikampek b. Hanya jalan-jalan

c. Melihat tumbuhan dan satwa d. Lainnya (sebutkan) ...

4. Berapa kali Anda pernah mengunjungi KHDTK Cikampek: a. Pertama kali

b. Kedua kali

c. Ketiga kali

d. Lebih dari tiga kali 5. Kapan biasanya Anda mengunjungi KHDTK Cikampek:

a. Sabtu dan minggu b. Liburan panjang c. Selepas sekolah/kerja

d. Lainnya (sebutkan) ...

6. Apa yang mendorong Anda untuk mengunjungi KHDTK Cikampek: a. Mudah dijangkau

b. Diajak teman

c. Tertarik karena mendengar cerita teman d. Lainnya (sebutkan) ...

7. Menurut Anda, apa yang menarik/disukai dari KHDTK Cikampek: a. Suasana, kesejukan, dan pemandangan

b. Tumbuhan c. Satwa


(2)

70

8. Berapa lama kunjungan Anda di KHDTK Cikampek: a. Kurang dari 2 jam

b. 2-5 jam

c. 5-10 jam

d. Lebih dari 10 jam 9.Aktivitas apa saja yang biasa Anda lakukan di kawasan ini:

a. Piknik b. Bermain

c. Menikmati pemandangan

d. Olahraga e. Foto-foto

10. Ketika berkunjung ke kawasan ini, Anda menggunakan kendaraan apa: a. Motor

b. Mobil

c. Angkutan umum

d. Lainnya (sebutkan) …… 11.Menurut Anda jenis wisata apa yang cocok dikembangkan di kawasan ini:

a. Piknik b. Bermain

c. Menikmati pemandangan d. Olahraga

e. Berkemah f. Photo hunting

g. Outbound

h. Lainnya (sebutkan) ... 12. Bagaimana pendapat Anda mengenai kawasan ini:

a. Udaranya sejuk b. Tempatnya bersih

c. Banyak tempat untuk beristirahat dan menikmati pemandangan d. Banyak tumbuhan dan hewan yang menarik

e. Banyak warung penjual makanan f. Lainnya (sebutkan) ………

13. Menurut Anda, bagaimana kondisi jalan menuju kawasan ini: a. Baik

b. Buruk

c. Biasa saja

14. Menurut Anda, daya tarik apa yang membuat senang datang ke kawasan ini: a. Terdapat pemandangan yang indah

b. Masyarakat yang ramah

c. Tumbuhan dan hewan yang menarik

d. Terdapat obyek yang unik dan berbeda dengan lokasi wisata lainnya e. Lainnya (sebutkan) ………..

15. Bersediakah Anda untuk dikenai biaya/tiket masuk kawasan ini: a. Bersedia, kira-kira sebesar ….. b. Tidak bersedia


(3)

16. Fasilitas apa yang Anda butuhkan dan harapkan ada di KHDTK Cikampek: a. Papan arah

b. Papan nama c. Papan cerita obyek d. Papan vandalisme e. Shelter

f. Kamar mandi g. Tempat sampah h. Peta obyek wisata j. Pusat cinderamata k. Pusat informasi

l. Lainnya (sebutkan) ……...

17. Apakah Anda berminat untuk kembali datang ke kawasan ini: a. Ya (alasan)

b. Tidak (alasan)

Petunjuk: Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat Anda 1. Apakah harapan dan saran Anda terhadap pengembangan dan pengelolaan KHDTK Cikampek ?


(4)

72

Lampiran 2 Panduan wawancara untuk pengelola

1. Tujuan pengelolaan KHDTK Cikampek. 2. Rencana pengelolaan KHDTK Cikampek.

3. Sarana prasarana yang tersedia di KHDTK Cikampek. 4. Media interpretasi yang tersedia di KHDTK Cikampek.


(5)

MEGA HADITIA. Perencanaan Media Interpretasi di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan EVA RACHMAWATI dan DESY EKAWATI.

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek merupakan kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan penelitian dan non penelitian. Salah satu kegiatan non penelitian yang telah dilakukan adalah kegiatan wisata. Beberapa kegiatan wisata tersebut mengakibatkan sampah yang berserakan sehingga menganggu kenyamanan, mengurangi nilai edukasi dan estetika kawasan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya dalam menyadarkan dan meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap lingkungan melalui media interpretasi. Fungsi lain dari media interpretasi adalah melindungi sumberdaya kawasan serta mengenalkan pengelolaan KHDTK Cikampek. Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek pada bulan Februari, Mei-Juni 2012. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang, wawancara, dan studi literatur.

Hasil penelitian menjumpai berbagai objek wisata yang terdiri atas potensi biologi, potensi fisik, serta potensi seni dan budaya. Potensi biologi terdiri atas 63 jenis flora, 11 jenis tumbuhan obat, 15 jenis burung, 13 jenis kupu-kupu, 6 jenis reptil, dan 4 jenis mamalia. Potensi fisik terdiri atas 3 objek dan potensi seni dan budaya terdiri atas 2 objek. Pengunjung yang datang ke KHDTK Cikampek terbagi atas dua kategori yaitu peneliti dan non peneliti (pengunjung). Karakteristik peneliti terbagi atas jenis kelamin dan asal. Karakteristik pengunjung terbagi atas jenis kelamin, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kisaran umur. Berdasarkan faktor peneliti, pengunjung, dan sumberdaya, perencanaan media interpretasi untuk KHDTK Cikampek adalah papan interpretasi, interpreter, media cetak, visitor center, dan petugas informasi.


(6)

SUMMARY

MEGA HADITIA. Planning Interpretive Media in Special Purposes Forest Area (SPFA) Cikampek, Residence of Karawang, West Java. Under Supervision of EVA RACHMAWATI and DESY EKAWATI.

Special Purposes Forest Area (SPFA) Cikampek is a specific forest area and was established by the government for research and non research. One of non research activity is tourism. Some of those tourism activities got bad effects, such as wastes that was thrown away everywhere, makes it uncomfortable, also degrades the education and aesthetic value of the area. Efforts to solve the problem is needed to make the tourist realize and increase the environmental knowledge through interpretive media. The other function of interpretive media is to protect the resources and to introduce the management of SPFA Cikampek. The research located in SPFA Cikampek and held on February, May-June 2012. Data collected by field observation, interview, and literature study.

The result of this research is discovering many tourism objects consisting biological potention, physical potention, also art and cultural potention. Biological potention such as 63 species flora, 11 species medicine plants, 15 species birds, 13 species butterflies, 6 species reptiles, and 4 species mammals. Physic potention consisting of 3 objects and art-culture potention consisting of 2 objects. Tourists that comes to SPFA Cikampek were divided into researcher and non researcher (visitor). The characteristics of the researcher were divided into sex and hometown. The characteristics of visitor were divided into gender, hometown, education, work, and age. Based on researcher, visitor, and resources factor, the planning interpretive media inside SPFA Cikampek are interpretive sign, interpreter, printed media, visitor center, and information officer.