Posisi Agama dalam Negara

pandangan mereka tentang Negara Syiah-Iran; mereka sama sekali tidak mempunyai “konsepsi tentang masyarakat sekuler”. 38 Kaum Mullah atau kaum ulama Syiah memiliki sumber-sumber ekonomi, prestise sosial, status keagamaan dan kesinambungan, serta perspektif ideology yang berdaya guna. Mereka mengelola sebagian besar sekolah dan rumah sakit. Mereka memusatkan persosalan, menengahi perselisihan, termasuk sebagiannya antara pemrintah dan rakyat; mereka adalah para pembela kepentingan Negara dan masyarakat, pejuang bagi orang-orang yang merasa didzalimi oleh para pejabat Negara. Seperti di kebanyakan rezim Islam, “pelaksanaan keadilan dipilah antara pengadilan syariat, yang dijalankan oleh ulama, dan pengadilan hukum adat yang dipimpin oleh Syah serta para pejabatnya”. 39 Sesudah Perang Dunia I, kaum ulama Syiah terus memainkan peranan penting dalam politik, disamping meningkatnya peranan kaum politisi nasionalis. Pada masa dinasti Pahlevi1925-1979, misalnya, kaum ulama sangat berperan dalam mempertahankan identitas nasional dan reformasi politik, seperti yang terlihat dalam pemberontakan Juni 1963 dan pergolakan panjang akhir 1970-an yang berujung pada keberhasilan revolusi Islam 1979. Setelah revolusi Islam tahun 1979, Iran yang pada awalnya berbentuk monarki konstitusional berubah menjadi Republik Islam secara resmi berdasarkan persetujuan mayoritas 98,2 rakyat Iran melalui referendum yang diadakan pada 1 April 1979, sedangkan Undang-undang DasarRepublik Islam Iran disetujui mayorita 99,5 rakyat Iran 38 Antony Black, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini,Jakarta:PT Serambi Ilmu Semest,2006h.517. 39 Antony Black, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, h.513. melalui referendum yang diadakan pada 3 Desember 1979 40 . Hal ini, sekali lagi, membuktikan bahwa Islam Syiah memainkan peranan penting dalam pembentukan dan pengembangan nasionalisme Iran. 41 Dari uraian diatas diketahui bahwa pengaruh Islam pada diri Imam Khomeini didapatkan dari sejarah panjang leluhurnya yang memang merupakan para ulama berpengaruh di masanya. Sejarah ulama Syi‟ah di Iran mempunyai pengaruh kuat di masyarakat sehingga banyak mempengaruhi kebijakan-kebikan penguasa mulai dari dinasti Safawi, Qajar hingga tumbangnya dinasti Pahlevi. Setelah mengetahui sepak terjang Imam Khomeini di kancah politik Iran sebelum revolusi Islam Iran, selanjutnya di bab tiga akan memaparkan revolusi sebagai sebuah fenomena gerakan social modern dan revolusi dalam sejarah hingga teori dalam Islam. 40 Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, , Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. 1996,h.80. 41 Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, h 35. 36 BAB III Konsep Revolusi Islam klasik dan modern

A. Definisi Revolusi

Piotr Sztompka mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Perubahan Sosial” bahwasanya revolusi merupakan wujud perubahan sosial paling spektakuler sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Revolusi tak menyisakan apapun seperti keadaannya sebelumnya. Revolusi menutup etos lama dan membuka etos baru. 1 Setelah mengemukakan pendapatnya tentang konsep revolusi modern yang berasal dari dua tradisi intelektual yaitu filsafat sejarah dan sosiologi serta mengemukakan berbagai definisi revolusi dari berbagai pakar, Piotr meringkas komponen utama revolusi yaitu: 1. Revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan multidimensional, menyentuh inti tatanan sosial. 2. Revolusi melibatkan massa rakyat yang besar jumlahnya yang dimobilisasi dan bertindak dalam satu gerakan revolusioner. 3. Kebanyakan pakar yakin bahwa revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan dan penggunaan kekerasan. 2 Musa Asy‟ari memberikan definisi revolusi, secara umum, mempunyai pengertian perubahan rezim dalam suatu negara yang diikuti oleh rekonstruksi 1 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2008, h. 357. 2 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, h. 360-362. besar di bidang politik, sosial, dan tatanan budaya. Dari perspektif sosiologi, revolusi adalah suatu kejadian yang mengubah sama sekali susunan masyarakat dari suatu zaman, umpamanya dari masyarakat feodal menjadi masyarakat demokrasi. Kemudian dari sudut kenegaraan, revolusi adalah perubahan yang mendadak dari undang-undang dasar suatu Negara, bertentangan dengan perubahan lambat yang dikehendaki oleh kaum reformis, yang mendasarkan alirannya pada jalan atau cara yang diperbolehkan oleh undang-undang. 3 Proses revolusi dipahami sebagai proses yang amat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan suatu gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan- gerakan social apapun. Revolusi dipahami sebagai ungkapan atau pernyataan akhir dari suatu keinginan otonom dan emosi-emosi yang mendalam serta mencangkup segenap kapasitas keorganisasian maupun ideologi protes sosial yang dikerjakan secara seksama. Khususnya citra utopis atau pembebasan yang tertumpu pada simbol-simbol persamaan, kemajuan, kemerdekaan dengan asumsi sentral: bahwa revolusi akan menciptakan suatu tatanan sosial baru yang lebih baik. 4 Revolusi terjadi karena berbagai pergeseran sosial atau ketimpangan yang sangat fundamental terutama perjuangan antar elit; perpaduan pergolakan tersebut dengan kekuatan sosial, maupun konflik golongan yang lebih dalam dan menyebar luas seperti konflik kelas; dan dislokasi serta mobilisasi sosial juga organisasi-organisasi politik dari berbagai kelompok sosial yang lebih besar. 3 Musa Asy‟arie, Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: LESFI, 2002.h.18. 4 S.N Eisenstadt, Revolusi dan Transformasi Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali, 1978 h. 3. Revolusi juga timbul karena kesengsaraan hidup dari suatu bangsa. Penindasan ekonomi atas bangsa tersebut membuat bangsa itu lemah dan tak berdaya, jiwanya tertekan oleh beban yang sangat berat, sehingga massa tidak sanggup merasakan dan menyambut cita-cita bangsa. Revolusi terjadi juga disebabkan belum adanya keselarasan antara rakyat dan pemerintah. 5 Ada beberapa akibat atau pengaruh dari revolusi. Pertama, perubahan secara kekerasan terhadap rezim politik yang ada, yang didasari oleh legitimasi maupun simbol-simbolnya sendiri. Kedua, penggantian elit politik atau kelas yang sedang berkuasa dengan lainnya. Ketiga, perubahan secara mendasar seluruh bidang kelembagaan utama terutama dalam hubungan kelas dan sistem ekonomi yang menyebabkan modernisasi disegenap aspek kehidupan social, pembaharuan ekonomi dan industrialisasi, serta menumbuhkan sentralisasi dan partisipasi dalam dunia politik. Keempat, pemutusan secara radikal dengan segala hal yang telah lampau. Kelima, memberikan kekuatan ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. 6 Untuk melengkapi bahasan revolusi dikemukakan beberapa konsep lain yang digunakan untuk penunjukkan tindakan kolektif yang berbeda dari revolusi. Tindakan-tindakan tersebut antara lain: 1. Coup d”etat atau revolusi istana adalah penggantian secara tak sah penguasa, pemerintahan atau personil institusi politik tanpa modifikasi rezim politik, organisasi ekonomi atau sistem kultural. 5 Musa Asy‟ari, Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan, Yogyakarta: Lesfi, 2002, h. 19. 6 S.N Eisenstadt, Revolusi dan Transformasi Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali, 1978 h. 3. 2. Pemberontakan adalah peristiwa tindakan kekerasan besar yang bertujuan menentang penguasa dalam negeri atau penakluk dari luar yang menghasilkan konsesi atau perubahan kecil ketimbang transformasi revolusioner. 3. Pembangkangan adalah penolakan untuk patuh yang dilakukan kelompok bawahan tertapi tak disertai pandangan positif mengenai perubahan yang diperlukan. 4. Putsch adalah pengambilalihan pemerintahan dengan paksa oleh militer atau segmen militer atau oleh kelompok pejabat yang mendapat dukungan militer. 5. Perang Sipil adalah konflik bersenjata antara segmen masyarakat yang sama, yang sering dimotifasi oleh permusuhan agama atau etnis dan bertujuan untuk melenyapkan atau menindas pihak yang dimusuhi. 6. Perang Kemerdekaan adalah perjuangan masyarakat yang dijajah atau ditaklukan terhadap kekuatan asing. 7. Kerusuhan adalah pengungkapan ketidakpuasan, keluhan dan kekecewaan yang tersebar secara spontan, terbatas pada sasaran tertentu dan tak mencita-citakan perubahan tertentu. Dalam konsep di atas terlihat berbagai bentuk perilaku kolektif dan tindakan kolektif, tetapi revolusi jelas tak termasuk di dalamnya. Semua