Latar Belakang Keluarga dan Sosial Politik di Iran Abad 20
suci Ramadhan, kemudian keluarga tersangka melancarkan pembalasan yang mematikan.
9
Karena wafatnya sang ayah dalam usia muda, ia dibesarkan dalam asuhan ibu dan bibi nya, Sahiba. Baru limabelas tahun umurnya, ketika sang bibi pun
meninggalkannya untuk menghadap Tuhan. Tak lama kemudian, menyusul pula ibunya wafat. Wafatnya orang-orang yang paling disayangi itu dalam usianya
yang masih muda, tak urung memukulnya. Menurut riwayat, ia pun besar sebagai anak muda yang serius, banyak merenung, bahkan menyendiri di padang pasir di
dekat tempat kediamannya. Dengan demikian, giliran sang kakak, Pasandideh- kelak juga seorang Ayatullah- mengasuhnya, sekaligus menjadi guru pertamanya
di bidang ilmu-ilmu keislaman, khususnya di bidang logika dan bahasa Arab. Setelah kematian bibi dan ibunya, tanggung jawab keluarga jatuh ke
tangan abang tertuanya, Sayyid Murtaza belakangan dikenal dengan Ayatullah Pasandida. Secara materi kakak-beradik ini hidup berkecukupan dengan
mengandalkan tanah milik ayah mereka. Namun ketidakamanan dan situasi tak berhukum terus mengganggu kehidupan mereka. Betapa tidak, disamping
kekisruhan yang kerapa terjadi antar- tuan tanah, Khumayn juga dikacaukan dengan pemberontakan yang berkali-kali dilancarkan suku Bakhtiari dan Lurr.
Begitu kepala suku Bakhtiyari, yakni Rajab Ali, mengumumkan perang, Imam
9
Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Dierjemahkan dari: Imam Khomeini Life, Thought and Legacy Essays From an Islamic Movement Perspective,
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn dkk, Depok: Pustaka IIMaN, 2009, h.36.
Khomeini yang masih belia harus mengangkat senjata bersama-sama kakaknya, demi mempertahankan rumah keluarga.
10
Semasa kecil, Imam Khomeini mulai belajar bahasa Arab, syair Persia, dan kaligrafi di sekolah negeri dan di maktab. Menjelang dewasa, beliau mulai
belajar agama dengan lebih serius. Ketika berusia lima belas tahun, Imam Khomeini mulai belajar tata bahasa Arab kepada saudaranya,Murtadha, yang
belajar bahasa Arab dan Teologi di Isfahan. Pada usia tujuh belas tahun, Imam Khomeini pergi ke Arak, kota dekat Isfahan, untuk belajar
dari Syekh „Abdul Karim Ha‟eri Yazdi, seorang ulama yanag terkemuka
11
. Setelah runtuhnya imperium Us
maniyah, Syekh Ha‟eri enggan tinggal di kota-kota yang berada dibawah mandat Inggris. Ia kemudian pindah ke Qum.
Lima bulan kemudian Imam Khomeini mengikuti jejak Syekh Ha‟eri pindah ke Qum. Segera saja, Khomeini tampil sebagai salah seorang murid yang paling
menonjol di hauze ‘ilmiye kota itu. Di bawah bimbingan Syekh Ha‟eri Khomeini
belajar fikih dan ushul fiqh. Pada saat yang sama, ia juga mempelajari filsafat dan „irfan–yakni Tasawuf- dibawah bimbingan seorang guru yang dipandang ahli di
bidang itu, Mir za Muhammad „Ali Syahabadi. Sebelum kelak menjadi mujtahid
marja’ taqlid, kemasyhuran Khomeini diperoleh dalam kedua bidang ini. ia bahkan telah menjadi guru filsafat dan „irfan sejak usia 27 tahun
12
.
10
Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Dierjemahkan dari: Imam Khomeini Life, Thought and Legacy Essays From an Islamic Movement Perspective,
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn dkk, Depok: Pustaka IIMaN, 2009, h.37.
11
Imam Khomeini, Palestina Tragedi Keterhinaan Kaum Muslim, T.tp : Zahra, 2004. h. 1.
12
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam , Bandung:Mizan, 2002, h. 111.
Mirza Muhammad „Ali Syahabadi merupakan guru yang memberikan pengaruh paling besar terhadap perkembangan spiritual Imam Khomeini.
Kepadanyalah beliau persembahkan sejumlah karyanya, seperti Syaikhuna dan ‘Arif-I kamil. Dan hubungan belaiu dengan Syahabadi sama seperti seorang murid
dengan mursyidnya. Ketika Syahabadi pertama datang ke Qum pada tahun 1928 M, Imam Khomeini yang masih muda mengajukan pertanyaan menyangkut
karakter wahyu. Beliau terpesona dengan jawaban yang diberikan dan memohon agar Syahabadi bersedia menjadi guru. Secara sadar atau tidak, Imam Khomeini
mewarisi campuran minat terhadap gnostic dan politik, setidaknya sebagian, dari Syahabadi. Syahabadi juga merupakan segelintir ulama pada masa Reza Syah
yang memberi khutbah terbuka yang menentang kebobrokan rezim itu.
13
Di Qum Khomeini juga belajar retorika syair dan tata bahasa dari gurunya yang bernama Syekh Muhammad Reza Masjed Syahi. Selama belajar di
Qum, Khomeini juga menyelesaikan studi fikih dan ushul fikih di bawah bimbingan seorang guru dari Kasyan, yang sebelas tahun lebih tua darinya, yaitu
Ayatullah „Alio Yasrebi.
14
Pada usia 27 tahun, selain sudah menjadi guru dalam bidang filsafat dan irfan, Khomeini juga menulis sejumlah buku-buku agama dan
sebagian merupakan komentar syarh atas karya penulis klasik. Kepribadian Imam Khomeini menunjukkam minatnya pada bidang irfan.
Muhammad Shadruddin al-Syirazi yang dikenal dengan Mulla Sadra mengatakan dalam dalam karya monumentalnya, al-Hikmah al-
Muta’aliyah fi al-Ashfar al-
13
Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Dierjemahkan dari: Imam Khomeini Life, Thought and Legacy Essays From an Islamic Movement Perspective,
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn dkk, Depok: Pustaka IIMaN, 2009, h.42.
14
Imam Khomeini, Palestina Tragedi Keterhinaan Kaum Muslim, Jakarta:Zahra Publishing House,2009, h. 1.
Arba’ah, mendiskripsikan bahwa perjalanan menuju Allah SWT terdiri dalam empat pos. Dalam kata pengantarnya beliau mengatakan, “ketahuilah,
sesungguhnya para pesuluk dari kalangan ‘urfa dan „Auliya mempunyai empat
pos; pertama, perjalanan dari makhluk menuju al-Haq. Kedua, perjalanan dengan al-Haq di dalam al-Haq. Ketiga, kebalikan dari pertama, perjalanan dari al-Haq
menuju makhluk dengan al-Haq. keempat; kebalikan dari yang kedua, perjalanan dengan al-
Haq di tengah makhluk.”
Menurut Ayatullah Jawadi Amuli, seperti yang dikutip oleh Sayid Kamal Haydari, dalam kuliah filsafat dan kalam-nya di kota Qom tahun 1992, bahwa
dalam perjalanan spiritualnya, Imam Khomeini telah melewati “pos ketiga.”
15
Pada usia 30 tahun Khomeini menikah dengan putri seorang agamawan terkemuka dan memiliki dua orang putra dan tiga orang putri. Putranya, Musthafa
Khomeini yang merupakan seorang hujjatul Islam terkemuka sekaligus tangan kanan ayahnya wafat secara misterius dan diduga besar SAVAK agen-agen dinas
rahasia Iran pada masa Syah adalah dalang dibalik pembunuhannya. Putra Imam Khomeini yang kedua adalah Ahmad Khomeini yang juga merupakan seorang
hujjatul Islam dan kemudian menjadi tokoh yang berpengaruh di Republik Islam Iran RII. Sedangkan putri-putrinya, Zahra Musthafawi adalah seorang doctor
dan dosen filsafat di salah satu Universitas Iran.
16
15
Muhammad Abdul Kadir Alcaff penerjemah, Kedududkan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini judul asli Makanah al-
mar’ah fi Fikr al-Imam al-Khomeini, Jakarta: PT Lentera Basritama, 2004 h.17.
16
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam, Bandung:Mizan, 2002, h. 111.
Kecaman-kecaman Imam Khomeini terhadap rezim Pahlevi disebabkan kondisi sosial politik Iran yang hanya di dominasi oleh kalangan istana dan kaum
borjuis industrialis.