Iran.
16
Bahkan Syah memerintahakan untuk tidak menyinggung Israel. Hak istimewa yang diberikan kepada Israel sma dengan kedudukan Syah, sehingga
para ulama melihat bahwa Syah dan Israel serta Amerika serikat tidak terpisahkan. Di dalam negeri mereka sendiri, rakyat merasa telah berada di bawah
jajahan Amerika dan Israel.
17
Imam Khomeini menyeru kepada para ulama untuk berjuang melawan semua usaha para penindas dalam meneggakkan monopoli atas sumber-sumber
kekayaan. Beliau menyeru umat Islam tidak boleh membiarkan masyarakatnya tetap dalam kelaparan dan kehilangan, sementara para penindas merampas
sumber-sumber kekayaan dan hidup dalam kemewahan.
18
Bentuk penindasan tersebut beliau rincikan dengan bukti bahwa perekonomian Iran dikuasai Amerika dan Israel, pasar Iran telah diambil oleh bangsa asing,
Inggris yang merampoki sumber-sumber bumi Iran yang kaya dengan cara mengambil emas hitam Iran selama bertahun-tahun, orang asing yang membujuk
para penguasa iran untuk menyerang rakyatnya sendiri, Amerika yang memberikan tekanan pada pemerintah Iran dan majlis untuk menyetujui Undang-
undang kekebalan hukum warga Amerika di Iran, dan Amerika juga juga yang menganggap ulama sebagai duri dalam daging penjajahan mereka dan merasa
perlu untuk memenjarakan dan menyiksa mereka.
19
Imam Khomeini juga mengangap bahwa campur tangan Amerika dan Inggris terhadap kebijakan
16
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta: Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 507.
17
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta: Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 512.
18
Imam Khomeini, Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan: Konsep Wilayatul Faqih Sebagai Epistemologi Pemerintahan Islam, Jakarta: Shadra Press, 2010, h. 56.
19
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta : Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 508-509.
ekonomi dan politik Syah adalah bentuk kolonialisme modern terhadap Islam dan Iran.
Setelah runtuhnya kekuasaan Syah yang artinya juga matinya kekuasaan Amerika di Iran, Imam Khomeini mengatakan betapa Amerika dibuat malu oleh
Revolusi Islam Iran karena Amerika tidak tahu kepada siapa Amerika menjual senjatanya. Berikut kutipan pidato beliau:
“Apakah yang lebih dapat dibanggakan daripada fakta bahwa Amerika dengan segudang persenjataan militernya dan serangkaian regim-regim
bonekanya dan dengan media masa internasional yang selalu melayaninya telah dibuat malu dan menjadi hina karena Iran, hingga Amerika tidak tahu
kepada siapa perlengkapan itu harus digunakan.”
20
Kebenciannya terhadap “Negara-negara adikuasa yang menindas” atau Amerika dan antek-anteknya, sampai pada tahap keengganan bekerjasama dalam
hal memajukan industri dan teknologi Iran. Beliau sadar bahwasanya teknologi canggih adalah suatu kebutuhan penting negara, yang mana biasanya diambil dari
negara adikuasa tersebut. Tetapi Imam Khomeini lebih memilih negara-negara yang memiliki industri maju dan bukan kolonialis atau pemeras. Dalam pidatonya
beliau mengatakan: “Perlu aku tambahkan disini bahwa setelah keterbelakangn semu kita,
kebutuhan akan kebanyakn industri negara-negara asing adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, tetapi hal ini tidak berarti behwa kita harus
menjadi bergantung kepada negara-negara adidaya yang mana pun juga. Sebaiknya pemerintah dan angkatan bersenjata mengirim para pelajar yang
bertanggung jawab ke negara-negara yang memiliki industri maju yang bukan kolonialis ataupun yang pemeras dan jangan sampai mengirim
mereka ke Amerika atau Soviet atau pun ke negara-negara yang bergantung kepada mereka.”
21
20
Ringkasa Biografi, Pidato-pidato dan wasiat Imam Khomeini, T.tp: T.pn, tt, h. 21.
21
Ringkasa Biografi, Pidato-pidato dan wasiat Imam Khomeini, h. 23.
Pasca revolusi, Imam Khomeini merubah kebijakan-kebijakan ekonomi Syah yang banyak dipengaruhi oleh kekuatan asing yang hanya mementingkan
keuntungan mereka dan mengabaikan kepentingan rakyat Iran. Di bidang pertanian, kebijaksanaan yang dijalankan pemerintah Khomeini
diantaranya meliputi: peningkatan harga pembelian beras dan gandum dari para petani, mencabut izin bagi para nelayan asing untuk membangun industri
perikanan nasional, memberikan tunjangan bagi setiap petani yang telah berusia 60 tahun keatas, mengalihkan pemilikan tanah dari para tuan tanah kepada para
petani miskin, dan berusaha meningkatkan produksi gandum, diantaranya dengan memperluas areal penanaman gandum.Di bidang kesejahteraan rakyat khusunya
rakyat pedesaan pemerintah Khomeini meliputi memberantas buta huruf, membangun sekolah di desa-desa, memberikan tunjangan bagi mereka yang
belum mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan pelayan kesehatan.
22
Ketidakpedulian Syah terhadap kondisi perekonomian rakyat Iran serta pengaruh Asing juga ditandai dengan salah satu peristiwa yang menimbulkan
reaksi keras dari Imam Khomeini yaitu ketika Syah merayakan peringatan ulang tahun ke-2.500 kerajaan. Beliau menentang pengeluaran uang secara mubadzir
serta kegila-gilaan ditengah kondisi masyarakat dan ekonomi yang sulit. Pesta perayaan tersebut direncanakan oleh orang-orang Israel tertentu yang menjadi
penasehat rezim Syah. Imam Khomeini yang ketika itu sedang dalam pengasingan di Najf bereaksi dengan mengatakan:
22
M. Riza Sihbudi, Dinamika Revolusi Islam Iran dari Jatuhnya Syah Hingga Wafat Ayatullah Khomeini, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989, h. 70.
“rakyat jelata yang kehilangan hak-hak nya, kelaparan, sementara mereka menghambur-hamburkan delapan ratus juta rial untuk Teheran hanya untuk
pesta-pesta kerajaan. Anda memperingati orang mati tetapi mengabaikan orang hidup. Rezim itu menjarahi harta rakyat dan memberikan hak kepada
orang-orang asing untuk memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber kekayaan nasional kita.”
23
Pada akhirnya, Imam Khomeini selalu menghimbau negara Islam yang lain untuk membuang ketergantungan mereka terhadap para penguasa negara-negara
besar dan menanamkan sifat saling pengertian antara pemerintah dengan rakyatnya. Dengan ini beliau mengecam pemerintah yang berpihak pada kekuatan
asing dan tidak melindungi rakyatnya.
24
Imam Khomeini bahkan mengatakan “tidak Timur tidak Barat tetapi Islam”. Setelah revolusi beliau memutus hubungan
Iran denga Amerika Serikat dan menjalin hubungan dengan negara lain untuk memperbaiki kondisi Iran dan menjadikan Iran menjadi lebih mandiri tanpa
dominasi asing yang menjajah ekonomi dan budaya Iran.
2. Tindakan SAVAK
Syah selalu menggunakan kekerasan terhadap para Ulama dan rakyat dalam membungkam kritikan mereka soal kebijakan-kebijakan Syah yang hanya
menguntungkan segelintir orang yang mendukungnya. Syah mendirikan polisi rahasia yang diberi nam
a SAVAK Sazmani Amniyyat va Ettila‟ati Kisywar pada tahun 1957.Tugas utama SAVAK adalah mengidentifikasi dan melenyapkan
orang-orang yang menentang regim diktator Syah. Mereka juga meneror rakyat, menciptakan suasana saling curiga sehingga setiap suara mungkin dianggap suara
SAVAK. Banyak lawan politik termasuk ulama yang dipenjara tanpa pengadilan
23
Sandy Alison Penyusun, Pesan Sang Imam, Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000, h. 270.
24
Ringkasa Biografi, Pidato-pidato dan wasiat Imam Khomeini, h. 20.
atau ditemukan dengan keadaan sudah tidak bernyawa dan SAVAK diduga sebagai actor peristiwa tersebut.
Tahun 1975 Amnesty Internasional melaporkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia di Iran tidak ada duanya. Para pakar badan itu menulis selain
menggantungkan benda berat pada kemaluan, bahkan juga penganiayaan psikologis, termasuk “menyerang secara seksual istri anak perempuan tahana
dihadapan para tahanan”.
25
Kekerasan yang dilakukan Syah dalam menghentikan demonstrasi- demonstrasi dan memenjarakan sebagian ulama pra revolusi merupakan suatu
kezaliman menurut Imam Khomeini. Salah satu kesalahan Syah adalah menganggap bahwa dengan kekerasan mampu menghentikan demonstrasi-
demonstrasi yang menginginkannya turun tahta.
3. Menghilangkan Nilai-nilai Islam di Iran
Mohammad Reza Pahlevi berusaha menghilangkan budaya Islam di Iran. Pelan tapi pasti Syah selalu menggunakan kekuasaannya untuk menjadikan Iran
yang – menurutnya- lebih modern dengan berbagai cara termasuk jalur
perundang-undangan. Salah satu rancangan undang-undang yang boleh dikatakan anti anti Islamnya adalah apara anggota dewan tidak mesti disumpah dengan Al-
Quran; boleh juga dengan kitab suci apapun yang dikehendaki anggota yang bersangkutan. Ini bertentangan dengan konstitusi. Para ulama di Qum memprotes
keras. Imam Khomeini mengirim telegram kepada Perdana Meneteri yang pada waktu itu dijabat oleh Asadollah Alam yang isinya menentang rencana undang-
25
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta : Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 513.
undang tersebut dan hal-hal lain tentang kedzaliman Syah. Dengan aksi protes rakyat dan anjuran ulama untuk mengadakan pemogokan akhirnya undang-
undang tersebut dibatalkan.
26
Para ulama yang sepenuhnya sadar bahwa zaman Syah Reza Khan telah dilakukan usaha-usaha deislamisasi melalui pembaratan
wanita, menentang sekeras-kerasnya. Di zaman Reza Khan wanita dilarang berkerudung, bahkan polisi menangkap dan merobek-robek kerudung di jalan.
Tindakan ini tentu sangat menentang Islam.
27
Syah bahkan mengatakan bahwa kaum ulama adalah golongan picik reaksioner hitam dan penghalang kemajuan Negara.Imam Khomein mengatakan
bahwa pemerintahan Syah adalah pemerintahan anti Islam dalam salah satu amanatnya dari Najf dalam menanggapi warga Tabriz yang melakukan
pemogokan dan dihadang oleh tentara Syah sehingga banyak korban berjatuhan. Beliau berkata:
“wahai, kaum muslim, dalam kedudukan atau busana apa saja, Islam kita tercinta sekarang menyeru kepada anda dan mengatakan bahwa adalah
kewajiban anda untuk dating menolongnya dan berusaha melawan pukulan-pukulan yang telah diterimanya dari para penguasa lalim,
terutama selama lima puluh tahun terakhir pemerintahan dinasti Pahlawi yang anti-Islam dan anti-nasional. Anda semua bertugas dan anda semua
bertanggung jawab. Pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang memiliki kecendrungan kepada paham-paham selain Islam dank arena
watak oportunisnya yang hendak mengengeksploitasi kesempatan dan memasuki barisan anda dan menusuk punggung anda apabila dating
kesempatan, hendaklah dijauhkan dan jangan diizinkan ikut serta. Negara ini tak dapat disingkirkan dari bahaya tanpa nilai-nilai Islam. Gerakan di
Tabriz adalah seperti gerakan lain di seluruh Iran. Gerakan itu dimaksudkan untuk membela hak-hak dan melindungi hukum Islam.
26
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta: Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 491.
27
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, h. 505.
Islam sebagai Ideologi merupakan harga mati bagi Imam Khomeini. Hal tersebut tercermin dalam pidato dalam membangkitkan semangat rakyat. Nilai-
nilai Islam harus diterapkan di Iran demi menjaga keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Kebijakan Syah yang akan mensekulerkan Iran juga merupakan
faktor semangat kaum ulama untuk menurunkan tahtanya.
C. Hukum Penggulingan Kekuasaan menurut Imam Khomeini
Fenomena revolusi yang mengganti semua sistem masyarakat seperti politik, sosial, ekonomi dan budaya serta bersifat mengganti etos lama dengan
yang baru yang secara langsung juga menuntut penggulingan kekuasaan lama telah memunculkan satu pertanyaan bagaimana hukum Islam memandang
penggulingan kekuasaan. Imam Khomeini sebagai pemimpin revolusi Islam Iran memberikan beberapa argumentasi terkait hal diatas.
Dalam ajaran Syi‟ah masalah menentang suatu otoritas yang dianggap tidak adil, dan masalah kesediaan berkorban demi agama syahid merupakan
faktor yang sangat penting. Menentang suatu pemerintah yang dianggap korup, penindas dan zalim merupakan kewajiban semua penganut Islam. Perlawanan
harus dilakukan bila kesempatan dan kekuatan sudah cukup memadai. Dalam ajaran Syi‟ah dikenal suatu ajaran yang disebut taqiyyah, yaitu suatu taktik untuk
sementara waktu tunduk pada pemerintah yang dianggap tidak adil, kemudian menghancurkannya bila ada kesempatan.
28
Dalam kasus Iran sebelum revolusi Islam pecah, Imam Khomeini awalnya hanya sebagai pemberi peringatan dan kritikan terhadap kebijakan-kebijakan Syah
28
M. Reza Sihbudi, Dinamika Revolusi Islam Iran dari Jatuhnya Syah Hingga Wafat Ayatullah Khomeini, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989, h. 44.
yang dianggapnya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami, merugikan banyak rakyat Iran, dan hanya mementingkan golongan tertentu. Imam Khomeini pada awalnya
hanya memberi saran. Saran-saran tersebut tidak digubris oleh Syah bahkan ketika rakyat dan ulama melakukan demonstrasi-demonstrasi, Syah melakukan
pemberantasan yang boleh dibilang keji dengan menembaki para demonstran oleh tentara-tentaranya. Melihat itu semua, Imam Khomeini mengancam Syah atas
tindakannya dengan mengatakan bahwa rakyat akan terus bangkit melawannya sekuat apapun Syah memberantas. Dengan melihat bahwa Syah semakin jauh
dengan rakyatnya, Imam Khomeini telah sampai pada tahap meminta Syah turun tahta dan menyerahkan kekuasaannya kepada rakyat.
Pada tahap ini, Imam Khomeini menganggap bahwa pemerintahan Syah adalah pemerintahan yang diktator, tiran, penindas dan jauh dari nilai-nilai
Islami, yang mana Imam Khomeini merasa perlu menumbangkan kekuasaan Syah.
Konsep diatas berkaitan dengan kejadian dimana Sayyidina Husain salah satu cucu Nabi Muhammad sekaligus Imam Syi‟ah menentang kekhalifahan
Yazid bin Muawiyah yang dianggap penindas dan tiran karena merebut kepemimpinan dari ahlul bait dan merubah system pemerintahan menjadi dinasti.
Imam Khomeini selalu menyamakan rezim Syah dengan rezim Muawiyah pada zaman Ali bin Thalib. Beliau juga selalu memberikan semangat kepada para
korban kekejaman Syah atas demonstrasi dengan menyamakan rakyat Iran yang menderita dengan perjuangan Imam Husain. Dalam salah satu pidatonya pasca
serangan di Fauziyeh oleh tentara Syah yang menimbulkan banyak korban, beliau
mengatakan untuk selalu berteguh hati dengan pembalasan-pembalasan Syah terhadap rakyat.
Salah satu serangan yang dilancarkan Syah adalah serangan ke sekolah di Qum yang mengakibatkan matinya sejumlah rakyat. Setelah mendengar kabar
tentang pembantaian tersebut oleh Syah, Imam Khomeini berkata pada masa: “Tenanglah. Anda adalah pengikut para Imam yang menderita kedzaliman
yang besar. kesewenang-wenangan semacam itu telah menjadi boomerang. Sangat banyak tokoh besar agama yang shahid untuk menegakkan Islam
dan mengamanatkannya kepada anda. Maka terserah kepada anda untuk memelihara warisan suci ini.”
“Berteguh hatilah melawan tindakan tak sah dari rezim itu. Sekalipun pemerintah menempuh jalan kekerasan, jangan menyerah kepadanya.
Biarlah menjadi pelajaran bagi mereka semua. Pemerintah lebih baik meninjau kembali kebijakannya dan menyerah kepada kehendak rakyat.
Kami dalam jubbah ulama, sedang berjuang untuk Islam. Tiada kekerasan, betapa besarnya, dapat membungk
am kami.”
29
„Allamah Muhamaad Tabatabai juga merupakan salah satu ulama yang berpendapat bahwa satu-satunya jalan untuk menghapus kekuasaan tiran adalah
dengan mendirikan Negara Islam. Di sisi lain, ghaibnya imam tidak berarti bahwa wilayah tak dapat dilaks
anakan. Sesungguhnya malah suatu aspek besar Syi‟isme adalah pengurusan masyarakat oleh suatu badan umum di masa ghaibnya Imam.
Ulama besar itu menegaskan penolakannya terhadap gagasan pemisahan lembaga keagamaan dan pemerintahan.
Ayatullah Bahesti maju lebih jauh dengan mengatakan bahwa apabila pemerintah menyeleweng dari hukum agama maka wajib bagi kaum mukmin
untuk memaksa penguasa melaksanakan syariah, atau menggulingkan
29
Ayatullah Ruhullah al-Musawi al-Khomeini, Pesan Sang Imam, Bandung : Al-Jawad Publisher, 2000, h. 268.
pemerintahan itu dan mendirikan negara berdasar syariah. Jadi, selama ghaibnya Imam semua mukmin bekewajiban membantu melaksanakan tatanan yang adil
berdasarkan Syariah. Tradisi ulama, khususnya Iran, yang menjadi perlindungan rakyat di masa-
masa sulit, kedudukannya sebagai “ahli waris Nabi” tidak memungkinkannya berpangku tangan di hadapan semua ini. Maka muncullah teori dini Syi‟ah tentang
politik Syi‟ah bahwa hanya Imam yang berhak memerintah. Dan kekuasaan Imam itu sekarang dapat dipegang sementara oleh Marja‟ yang mewakili Imam
sementara menunggu kedatangan Imam Mahdi. Ini berarti bangkitnya suatu teori revolusioner yang menghapus setiap legitimasi atas kekuasaan dunia, dan tak ada
kesimpulan lain kecuali bahwa kekuasaan yang ada harus dijungkirkan dan digantikan oleh “wakil Imam”.
30
Berdasarkan pemaparan diatas penulis meyimpulkan bahwa teori dan latar belakang pemimpin negara diatas maka legitimasi menggulingkan kekuasaan
menjadi sah menurut Imam Khomeini. Negara seharusnya tidak dipimpin oleh sekelompok orang yang tidak mempedulikan nilai-nilai Islam. Masyarakat Islam
harus melingkupi keadaan sosial, ekonomi dan budaya bahkan politik dengan nilai-nilai Islam.
30
Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Rebublik Revolusi Islam, Jakarta : Fauzi Mandiri Printing, 2009, h. 538.