Overlay Citra Hasil Klasifikasi dengan Referensi

58 perubahan setiap penutup lahan hasil klasifikasi Neural Network Back Propagation , mangrove primer mengalami pengurangan luas sebesar 599,76 ha, sedangkan mangrove sekunder mengalami pengurangan sebesar 848,70 ha. Citra hasil klasifikasi dengan metode neural network back propagation ditampilkan pada Lampiran 8, perubahan antara tahun 1991 dan tahun 2001 dengan metode ini ditampilkan pada Lampiran 9. Tabel 18 Luasan objek hasil klasifikasi neural network back propagation Kelas Th. 1991 ha Th. 2002 ha Perubahan ha Perairan 4.369,14 4.467,33 98,19 Mangrove primer 15.268,77 14.669,01 -599,76 Mangrove sekunder 2.514,69 1.665,99 -848,70 Tambak 166,50 474,75 308,25 Lainnyaveg darat 2.395,53 3.115,26 719,73 Awan 0,00 322,29 322,29

4.10 Overlay Citra Hasil Klasifikasi dengan Referensi

Akurasi ketelitian hasil klasifikasi maximum likelihood dan neural network back propagation diperoleh dengan cara membandingkan masing-masing hasil klasifikasi dengan peta referensi. Peta referensi yang digunakan disini merupakan hasil digitasi manual menggunakan software Arc View yang dilakukan oleh TNC. Kombinasi kanal yang digunakan dalam digitasi adalah RGB 542. Pada Tabel 19 ditampilkan hasil matrik kontingensi antara hasil metode masing-masing klasifikasi dengan peta referensi. Tabel 19 Matrik kontingensi metode maximum likelihood dan neural network back propagation dengan peta referensi Metode Klasifikasi Maximum likelihood Neural network back propagation Non mangrove Mangrove Non mangrove Mangrove Non mangrove 0,7779 0,0437 0,7623 0,0186 Mangrove 0,0141 0,1642 0,0298 0,1893 Overall accuracy 94,21 95,17 Overall kappa 0,8145 0,8561 Dari kedua metode klasifikasi yang digunakan pada penelitian diperoleh hasil bahwa metode yang lebih baik dalam memetakan mangrove kasus 59 Kabupaten Berau adalah metode neural network back propagation dengan nilai overall accuracy sebesar 95,17 dan overall kappa sebesar 0,8561. Pada Gambar 16 ditampilkan hubungan antara hasil klasifikasi maximum likelihood dan neural network back propagation. Dari hasil analisis regresi antara kedua metode klasifikasi tersebut diperoleh hasil koefisien korelasi yang cukup tinggi r = 0,936. Gambar 16 Hasil regresi antara metode klasifikasi maximum likelihood dengan neural network back propagation. Pada Tabel 20 menampilkan luas tiap objek hasil overlay antara hasil klasifikasi maximum likelihood dan neural network back propagation. Dari Tabel tersebut diketahui bahwa objek mangrove primer pada klasifikasi maximum likelihood yang juga dimasukkan kelas mangrove primer pada klasifikasi neural network back propagation seluas 11.582,91 ha. Mangrove primer pada hasil klasifikasi maximum likelihood dimasukkan mangrove sekunder pada klasifikasi neural network back propagation seluas 1,62 ha. Mangrove sekunder pada klasifikasi maximum likelihood yang juga dimasukkan kelas mangrove sekunder pada klasifikasi neural network back propagation seluas 929,7 ha, sedangkan 564,84 ha masuk kelas mangrove primer, 0,18 ha masuk kelas tambak, 214,29 ha masuk kelas lainnyavegetasi darat. Tabel 20 Matrik metode klasifikasi maximum likelihood dengan metode neural network back propagation maximum likelihood neural ne tw ork 60 Metode Klasifikasi Kelas Maximum Likelihood ha Perairan Mangrove primer Mangrov e sekunder Tambak Lainnya veg darat Awan Neural Network Back Propagation ha Perairan 4.284,99 0,00 0,00 160,38 11,97 9,99 Mangrove primer 1.346,58 11.582,91 564,84 16,74 1.105,02 52,92 Mangrove sekunder 0,00 1,62 929,70 0,00 734,67 0,00 Tambak 12,15 0,00 0,18 325,71 84,42 52,29 Lainnyaveg darat 30,60 0,00 214,29 12,24 2.814,03 44,10 Awan 0,45 0,00 0,00 72,27 42,48 207,09

4.11 Indeks Vegetasi