2. Surat Kabar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, surat kabar diartikan seba
gai, “Lembaran kertas bertuliskan kabar atau berita dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom 8-9 kolom, yang terbit setiap
hari secara periodik.”
70
Menurut Indah Suryawati, dari segi periode terbit tidak hanya harian namun juga terdapat surat kabar mingguan. Dari segi
ukurannya, terdapat surat kabar yang terbit dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid.
71
Dilihat dari fungsinya, Surat kabar yaitu media komunikasi yang berbentuk cetak yang menitikberatkan pada penyebaran informasi fakta
maupun peristiwa agar diketahui publik. Dari segi ruang lingkupnya, terdapat surat kabar lokal dan surat kabar nasional.
72
Sedangkan menurut Dja‟far H. Assegaf, surat kabar tidak hanya dilihat sebagai media yang berisikan berita saja, namun juga berisi iklan-
iklan. “Penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-
berita, karangan-karangan dan iklan, yang dicetak dan diterbitkan secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum
”.
73
Selain itu Surat kabar dianggap memiliki kelebihan dari media massa lainnya, yakni mampu
70
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2003, h.28
71
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, h, 40.
72
Syarifudin Yunis, Jurnalistik Terapan, Ghalia Indonesia, 2010, h. 29.
73
Dja‟far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan, Jakarta : Ghali Indonesia, 1985, h.63
menyajiakan informasi atau berita secara komprehensif, bisa dibawa kemana-mana, bisa didokumentasikan, dan dapat dibaca berulang-ulang.
74
3. Konflik
Konflik merupakan bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, karena mereka terlibat memiliki perbedaan
sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan. Konflik juga merupakan suatu proses yang terjadi ketika satu pihak secara negatif mempengaruhi pihak
lain, dengan melakukan kekerasan psikis atau fisik yang membuat perasaan orang lain dan fisik orang lain terganggu.
75
Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih, baik individu maupun kelompok yang merasa dirugikan atau diperlakukan secara
tidak adil dalam berbagai aspek kehidupan agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, keorganisasian sosial, bahasa dan komunikasi,
kesenian dan lainnya.
76
Dari penyataan di atas, konflik dapat terjadi karena pihak-pihak yang berlawanan merasa dirugikan dan diperlakukan tidak adil. Oleh karenanya
satu atau kedua pihak berupaya untuk mendapatkan keadilan dalam segala aspek kehidupan. Dapat dikatakan bahwa pihak yang berlawanan ini
berupaya untuk memperoleh sumber daya yang terbatas. Perebutan sumberdaya ini tidak selalu berbentuk materi, namun juga dapat berbentuk
74
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, h, 40.
75
Alo Liliweri, M.S., Prasangka Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural, Yogyakarta: LKiS, 2009, h. 249.
76
Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 6.
perebutan yang sifatnya ideologis, seperti rasa ingin dihargai, atau penghormatan terhadap kepercayaan yang dianut.
Dilihat dari tipe dasar konflik, menurut Lewis Coser terbagi menjadi dua tipe. Pertama, konflik realistik. Konflik realistik memiliki sumber yang
konkrit atau bersifat matrial, seperti sengketa sumber ekonomi dan wilayah. Kedua, konflik non realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional
dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar etnis dan agama. Coser menambakan bahawa konflik jenis pertama dapat diatasi dengan baik
jika sumber daya dari masing-masing pihak dapat terpenuhi secara adil. Namun, untuk jenis konflik kedua cenderung sulit untuk menemukan solusi
konflik untuk mencapai perdamaian. Dalam suatu konflik juga memungkinkan memiliki kedua tipe dasar konflik tersebut.
77
Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa konflik dapat disebabkan karena multi faktor. Konflik bisa dipicu oleh sebab-sebab lain yang melatar
belakangi peristiwa konflik. Misalnya dalam konflik keagamaan, penyebab dari konflik ini bisa berawal dari kesenjangan ekonomi kemudian hingga
menyulut tindak kekerasan atas nama agama secara massif. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
konflik. Terdapat empat faktor dominan penyebab terjadinya konflik; pertama, Kesenjangan distribusi ekonomi dan sumberdaya natural yang
tidak merata atau tidak seimbang. Kedua, kebijakan politik nasional dan internasional, diantaranya tentang pola migrasi dan tata ruang wilayah yang
kurang terarah dan rawan konflik. Ketiga, persoalan perbedaan identitas dan pola adaptasi sosial yang beragam sehingga memunculkan sentimen
keagamaan, etnisitas dan golongan. Keempat, adanya profokasi atau penyulut konflik.
78
77
Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 42.
78
Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, h. 79.
Faktor perbedaan identitas dan pola adaptasi sosial dapat menjadi penyebab konflik karena setiap individu tentunya memiliki perbedaan
pendirian dan perasaan akan suatu hal. Ini yang menyebabkan sesorang terkadang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Kemudian, adanya
perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda yang dapat memicu konflik jika tidak bersesuaian dengan
lingkungan sosialnya. Selanjutnya, terdapat perbedaan kepentingan antar individu dan kelompok yang menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial
dan budaya. Terakhir, terjadinya perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat, perubahan yang cepat dapat membuat individu atau
kelompok dalam lingkungan sosial sulit kembali untuk beradaptasi. Atau bahkan mungkin terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat setempat.
79
Dari faktor –faktor tersebut, jika dianalogikan seperti bagian sebuah
bom. Maka kesenjangan ekonomi dan sumber daya menjadi sebuah bahan utama atau menjadi isinya. Kemudian bahan utama tersebut dibungkus oleh
persoalan kebijakan politik. Kemudian sumbunya ialah perbedaan identitas sepeti perbedaan etnis, suku dan agama yang mampu menyulut konflik. Dan
terakhir jika bom tersebut disulut dengan api, atau adanya aksi provokator, maka ledakan konflik akan terjadi.
80
79
Rusmin Tumanggor, dkk., Panduan Pengelolaan Konflik Etnoreligius: Dengan Pendekatan Riset Aksi Partisipatori, h. 43-45.
80
Rusmin Tumanggor dan Kholis Ridho, Antropologi Agama, h. 80.
40
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Kompas
Menjelang awal tahun 1965, suhu politik di Indoneisa kembali memanas dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia PKI yang sering
melakukan kegitan sepihak. PKI bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah
ABRI. Bahkan saat itu PKI adalah salah satu partai besar di Indonesia pada 1950-an dan 1960-an, serta PKI memenangkan tempat keempat dalam
pemilihan umum 1955, sehingga partai ini memiliki pengaruh besar di masyarakat kala itu.
70
Hingga suatu hari, Letjen Ahmad Yani selaku Panglima TNI-AD menelpon rekan sekabinetnya yakni Drs. Frans Seda.
Letjen Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan surat kabar untuk menandingi wacana PKI yang berkembang.
71
Selanjutnya, Frans Seda menanggapi ide tersebut dan kemudian membicarakan hal itu dengan rekanya Ignatus Josef Kasimo sesama rekan
di Partai Katolik dan dengan rekannya yang lain yakni Petrus Kanisisus Ojong dan Jakob Oetama yang saat itu sebagai pemimpin majalah Intisari.
Namun secara pribadi Jakob Oetama dan beberapa pemuka agama Katolik seperti Monsignor Albertus Soegijapranata, Ignatius Joseph Kasimo tidak
70
F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, Jakarta: Kompas Gramedia, 2010, h. 1.
71
F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, h. 2.
mau menerima begitu saja mengingat kontekstual politik, ekonomi dan infrastruktur pada saat itu tidak mendukung.
72
Namun tekad Pertai Kotolik menerbitkan koran semakin bulat. PK Ojong dan Jakob Oetama menerima ide tersebut dan segera mempersiapkan
penerbitan surat kabar. Surat kabar tersebut semuala akan dinamai “Bentara Rakyat” yang memiliki arti pembela rakya. Nama tersebut dipilih dan
dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakya sebenarnya bukanlah PKI.Akan tetapi menjelang penerbitan, Frans Seda
yang saat itu menjabat sebagai menteri perkebunan rakyat menghadap ke Istana Merdeka untuk menemui Presiden Soekarno. Saat itu Soekarna telah
mendengar bahwa Frans Seda akan menerbitkan surat kabar, kemudian Presiden mengajukan usulan nama yakni “Kompas” yang memiliki arti
“pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba”, arti ini merupakan sebuah harapan bahwa Surat Kabar Kompas dapat menjadi
petunjuk arah dan juga petunjuk jalan bagi masyarakat. Kompas mampu menyajikan pemberitaan yang menjadi petunjuk atau mencerahkan
masyarakat. Maka nama usulan presidenlah yang resmi digunakan, yakni “Kompas”. Sementara nama“Bentara Rakya” digunakan sebagai nama dari
yayasan penerbitan dimana Kompas bernaung dibawahnya.
73
Meski mendapat restu Presiden Soeharto, bahkan nama “Kompas” merupakan ide presiden pula, namun diawal berdirinya Kompas melewati
72
Diakses dari
http:www.fimadani.comsejarah-harian-Kompas-sebagai-pers- partai-katolik
yang dikutip dari Jakob Oetama, “Mengantar Kepergian P.K. Ojong”, KOMPAS, 22 juni 1980.
73
F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, , h. 1-2.
banyak rintangan, terutama pihak yang tidak senang dari partai komunis. Izin sudah ditangan namun Kompas tak kunjung terbit.Rupanya rintangan
belum semuanya berlalu, masih ada satu halangan yang mesti dilalui, yakni izin dari Panglima Militer Jakarta yang saat itu dijabat oleh Letnan Kolonel
Dachja. Dari Markas Militer Jakarta, diperolehlah jawaban atas izin tersebut baru akan disetujui jika syarat dari 5.000 tanda tangan pelanggan terpenuhi.
Hingga akhirnya pada wartwan mengumpulkan tanda tangan dari anggota petani, gutu sekolah, anggota koprasi di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten
Sikka dan Kabupaten Flores Timur yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, pada akhirnya persyaratan tersebut terpenuhi.
74
Tak henti sampai disitu, PKI mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan kata “Kompas” sebagai singkatan dari “komando pastor”. Hal
ini berusaha mereka kaitkan dengan kondisi sebagaian besar kepengurusan Kompas yang berasal dari para pemimpin organisasi Partai Katolik, wanita
katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia PMKRI. Diantara nama-nama yang tercatat, antara lain; IJ. Kasimo Ketua Yayasan
Bentara Rakyat, Drs. Frans Seda Wakil Ketua Yayasan Bentara Rakyat, penulis 1: Palaunsuka, penulis II: Jakob Oetama, dan bendahara: Petrus
Kanisius Ojong. Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965 dengan moto “Amanat
Hati Nurani Rakyat”.Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia KG, yang
74
Diakses dari
http:www.fimadani.comsejarah-harian-Kompas-sebagai-pers- partai-katolik
yang dikut ip dari Daniel Dhakidae, “THE STATE, THE RISE OF
CAPITAL’, HAL. 237-244
didirikan oleh PK. Ojong almarhum dan Jakob Oetama.
75
Kompas pertama kali terbit empat halaman berisi sebelas berita luar negeri dan tujuh berita
dalam negeri di halaman pertama. Berita utama di halam satu, saati itu berjudul “KAA Ditunda Empat Bulan”. Dihalaman pertama pojok kiri atas
tertulis nama Pemimpin Redaksi : Drs. Jakob Oetama. Staf Redaksi; Drs. J. Adisubrata. Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei
Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Yh. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem.
76
Sementra itu istilah tajuk rencana ketika itu belum ada, namun halaman 2 terdapat kisah lahirnya Kompas dan berita luar negeri serta dua
berita dalam negeri. Serta terdapat kolom hiburan senyum simpul.Di halaman 3 terdapat tiga artikel, satu diantaranya mengenai luar
negeri.Terdapat pula ulasan mengenai penyakit ayan dari Dr. Kompas. Sedangkan di halaman terakhir terdapat dua berita olahraga mengenai
“Persiapan Team PSSI ke Pyongyang”, dan dua artikel luar negeri dan satu dari dalam negeri. Saat itu iklan masih kurang, dari enam iklan diantaranya
dari redaksi Kompas mengenai permintaan menjadi langganan Kompas. Kompas terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Oplah
Kompas selalu naik dari semula hanya 4.800 eksemplar menjadi 8.003 eksemplar. Saat ini rata-rata 500.000 eksemplar pada hari Senin hingga
Jumat, dan berkisar 600.000 eksemplar pada weekand. Oplah terbesar
75
Diakses dari http:profile.print.kompas.comprofil
, diakses pada 20 September 2015.
76
F. A. Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi-Misi Kompas, h.2-3