Makrozoobenthos 1. Organisme yang mati

tergenang total stagnan. Menurut wawancara dengan warga setempat, sumber air inlet Situ Rawa Besar berasal dari beberapa mata air yang ada di dasar perairan. Selain digunakan sebagai daerah resapan air, kegiatan perikanan, dan tempat pembuangan limbah, Situ Rawa Besar juga dimanfaatkan untuk transportasi penyeberangan masyarakat dengan menggunakan getek. 4.2. Makrozoobenthos 4.2.1. Organisme yang mati Jenis makrozoobenthos yang ditemukan selama pengamatan adalah kelompok Gastropoda yang telah mati. Jenis yang ditemukan adalah Gyraulus sp. yang termasuk dalam famili Planorbidae, Pomacea sp. yang termasuk dalam famili Ampullaridae, Salinator sp. yang termasuk dalam famili Amphibolidae, Brotia sp. dan Melanoides sp. yang termasuk dalam famili Thiaridae serta Bellamya sp. yang termasuk dalam famili Viviparidae. Jenis-jenis gastropod yang ditemukan mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut pernah hidup di perairan Situ Rawa Besar. Menurut Retnowati 2003, makrozoobenthos khususnya Gastropoda di Situ Rawa Besar memang memiliki kepadatan yang paling rendah pada penelitiannya beberapa waktu lalu, hal tersebut mungkin disebabkan karena tipe substrat lumpur dengan komposisi pasir yang kecil dan tidak adanya serasah- serasah bambu, sehingga jenis gastropoda sedikit ditemukan. Wibisono 2005 juga menyatakan bahwa hewan-hewan gastropoda setidaknya akan ditemui pada jenis sedimen pebble kerikil berukuran 8-32 mm ataupun granule kerikil dengan ukuran 4 mm. Akan tetapi, pada kenyataannya masih dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya tingkat kesuburan, ada tidaknya pencemaran sekunder yang dialami oleh sedimen, kecepatan arus, dan sebagainya Wibisono, 2005. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos khususnya Gastropoda. Faktor lingkungan tersebut dapat berupa faktor fisika, kimia dan biologi. Pada kasus ini, faktor yang mempengaruhi keberadaan Gastropoda adalah pH. Nilai pH perairan selama pengamatan yang terlampau rendah diduga tidak dapat ditoleransi oleh organisme sehingga menyebabkan kematian. Nilai pH selama pengamatan berkisar antara 5,5-6,3, sedangkan jenis- jenis Gastropod yang ditemukan mampu mentolerir kisaran pH antara 7-8 Harman dalam Hart, 1974. Hal tersebut juga didukung dengan PP No. 82 Tahun 2001 yang menyebutkan bahwa pH perairan yang baik bagi perikanan adalah berkisar antara 6-9. Nilai pH yang rendah diduga akibat pengaruh dari keramba jaring apung dan kegiatan pemancingan yang sebagian besar dilakukan di lokasi tersebut, pakan buatan sebagai umpan yang tidak dimakan oleh ikan diduga menumpuk di dasar perairan sehingga banyak mikroorganisme melakukan proses dekomposisi secara anaerob yang akhirnya menyebabkan pH di perairan menurun. Masukan bahan organik berupa sisa pakan dapat menyebabkan pengaruh yang signifikan terhadap kimiawi sedimen dan ekologi organisme benthik Fenchel dan Riedl, 1970; Pearson dan Rosenberg, 1978 dalam Wardiatno dkk, 1997. Semakin berkurangnya nilai pH didukung oleh semakin meningkatnya masukan senyawa- senyawa yang berasal dari aktifitas penduduk. Aktifitas penduduk umumnya membawa limbah bahan organik. Buanganlimbah organik juga diduga berasal dari pabrik roti dan tahu. Bahan organik yang berada di dalam air akan diuraikan oleh dekomposer dan penguraian umumnya menghasilkan CO 2 yang dapat mempengaruhi pH perairan. Dengan demikian, dapat diduga jenis Gastropoda di perairan Situ Rawa Besar mengalami stres yang mengarah pada kematian. Hal ini juga mengindikasikan kondisi perairan Situ Rawa Besar yang tercemar. Adapun sebaran panjang Gastropoda yang pernah hidup di perairan Situ Rawa Besar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kisaran panjang cangkang Gastropoda Jenis  Kisaran Panjang Cangkang cm Bellamya sp. 70 0,98-1,86 cm 1,42±0,44 cm Brotia sp. 224 0.79-1,41 cm 1,1±0,31 cm Gyraulus sp. 1 1 cm Melanoides sp. 538 0,85-1,64 cm 1,25±0,39 cm Pomacea sp. 8 3,16-4,94 cm 4,05±0,89 cm Salinator sp. 8 0,73-1,22 cm 0,98±0,24 cm Pada Tabel 7, jenis Gastropoda yang banyak ditemukan adalah Melanoides sp. dengan kisaran panjang cangkang 0,85-1,64 cm. Jenis Gastropoda tersebut banyak ditemukan pada stasiun I Lampiran 7. Hal tersebut diduga karena stasiun I merupakan daerah yang cocok bagi kehidupan organisme tersebut, dimana kedalaman air pada stasiun I relatif dangkal sehingga memiliki kecerahan dan oksigen terlarut yang cukup menunjang kelangsungan hidup organisme bentik.

4.2.2. Organisme yang hidup

Makrozoobenthos yang juga ditemukan selama pengamatan yaitu 2 jenis kelompok Oligochaeta. Jenis yang ditemukan adalah Branchiura sp. yang termasuk dalam famili Tubificidae dan Unidentified Lumbriculidae yang termasuk dalam famili Lumbriculidae. Adapun kepadatan dari kedua jenis makrozoobenthos yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kepadatan rata-rata Oligochaeta indm 2 selama pengamatan Stasiun Substasiun Kepadatan Rata-rata indm 2 Branchiura sp. Unidentified Lumbriculidae I 1 - - 2 9 - 3 9 - II 4 - - 5 - - 6 - - III 7 9 - 8 - - 9 - 17 IV 10 - - 11 - - 12 9 - V 13 - - 14 - - 15 - - VI 16 - 9 17 - 9 18 - - VII 19 9 - 20 - - 21 9 - Dari Tabel 8 dapat dilihat, pada stasiun I, stasiun IV dan stasiun VII hanya ditemukan 1 spesies yakni Branchiura sp. dengan kepadatan yang sama di setiap stasiunnya, yaitu sebesar 9 indm 2 , sedangkan Unidentified Lumbriculidae hanya ditemukan pada stasiun III dan stasiun VI dengan kepadatan sebesar 17 indm 2 pada stasiun III dan 9 indm 2 pada stasiun VI. Pada stasiun II dan stasiun V tidak ditemukan organisme, baik Branchiura sp. maupun Unidentified Lumbriculidae. Hanya pada 1 stasiun yakni stasiun III yang ditemukan kedua jenis makrozoobenthos tersebut. Penyebaran jenis Branchiura sp. yang termasuk dalam famili Tubificidae cukup merata di perairan. Hal tersebut dapat dilihat dari ditemukannya jenis tersebut pada IV stasiun dari VII stasiun pengamatan. Menurut Alsterberg 1922;1924 dalam Brinkhurst dkk 2002 menyatakan bahwa kegiatan organisme bentik cacing khususnya jenis tubificid sangat bergantung pada endapan. Pada umumnya, Oligochaeta memanfaatkan sebagian besar endapan dengan mengekstrak bagian yang sangat kecil berisi bahan-bahan gizi di tempat tersebut . Brinkhurst dkk 2002 juga menjelaskan kebanyakan jenis cacing tidak memilih mencerna partikel organik yang tersusun lebih kasar, pada endapan halus kepadatan cacing mungkin saja tinggi, tetapi banyak spesies lain yang dapat ditemukan di sebagian besar sedimen yang berbeda . Akan tetapi, ada kondisi dimana kelimpahan jenis lumbriculid cenderung menggantikan jenis Tubificidae, karena pada kondisi tertentu tersebut ada dari sebagian kecil jenis Tubificidae yang tidak mampu mengendalikan lumpur yang tebal hasil perombakan yang dilakukan bakteri di substrat Brinkhurst dkk, 2002. Pada hasil pengamatan, kelimpahan jenis Lumbriculidae yang ditemukan di stasiun III lebih besar dibandingkan dengan jenis Tubificidae. Hal tersebut diduga karena kedalaman sedimen pada stasiun III substasiun 9 cukup tebal, yaitu 80 cm sehingga ada sebagian kecil dari jenis Tubificidae yang tidak mampu mentolerir kondisi tersebut dan akhirnya jenis Lumbriculidae yang lebih berperan. Walaupun demikian, keberadaan Unidentified Lumbriculidae pada stasiun III tidak lepas dari kondisi fisika-kimia perairan yang mendukung kelangsungan hidupnya. Pada stasiun II dan stasiun V tidak ditemukan organisme, diduga karena kondisi pada stasiun tersebut tidak disukai oleh jenis organisme ini . Menurut Brinkhurst dkk 2002, kebanyakan Oligochaeta toleran terhadap pestisida tetapi kurang toleran dengan ion logam berat dan hasil perombakan bakteri berupa asam karena akan mereduksi populasi cacing . Dari hasil pengamatan kondisi kimia perairan dapat dilihat bahwa nilai COD pada stasiun II dan V cukup tinggi, yaitu lebih dari 20 mgl. Hal ini mengindikasikan tingginya konsentrasi keberadaan bahan organik, baik yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis non biodegradable, dimana kondisinya sudah mencemari perairan dan diduga tidak dapat ditolerir oleh kedua jenis tersebut. Pada Tabel 9 terlihat perbedaan yang signifikan kepadatan makrozoobenthos yang ditemukan di Situ Rawa Besar. Dapat dilihat bahwa pada pengamatan yang dilakukan Retnowati 2003 menunjukkan bahwa makrozoobenthos yang ditemukan selama pengamatannya di Situ Rawa Besar beberapa waktu lalu adalah 11 jenis makrozoobenthos yang digolongkan ke dalam 4 kelompok organisme yaitu Gastropoda, Oligochaeta, Diptera, dan Insekta. Kelompok Gastropoda yang bersifat fakultatif diwakili oleh spesies Melanoides sp., Brotia sp., dan Gyraulus sp. Kelompok Oligochaeta diwakili oleh spesies Ophidonais sp., Lumbricullus sp., dan Branchiura sp. Kelompok Diptera diwakili oleh spesies larva Limnophora dan pupa Diptera, sedangkan kelompok Insekta diwakili oleh salah satu larva Insekta. Ditemukannya organisme tersebut selama pengamatannya sekaligus berdasarkan analisis kurva Abundance and Biomass Comparison ABC yang dilakukannya menunjukkan bahwa Situ Rawa Besar telah mengalami gangguan kondisi perairan yang tercemar sedang hingga tercemar berat. Selain itu, hanya ditemukannya jenis Branchiura sp. dan Unidentified Lumbriculidae pada pengamatan kali ini, diperkirakan kondisi lingkungan perairan dan organisme makrozoobenthos di Situ Rawa Besar mengalami perubahan ke arah kondisi yang makin tercemar. Dalam hal ini, diduga hanya kedua jenis tersebut yang dapat mentolerir kondisi perairan dengan endapan lumpur yang tebal. Di samping itu, pH perairan yang rendah diduga sebagai penyebab stresnya organisme yang akhirnya mengarah pada kematian. Tabel 9. Perbandingan kepadatan makrozoobenthos Stasiun pada pengamatan 2003 Stasiun pada pengamatan 2008 Jenis makrozoobenthos, kepadatan indm2 Jenis makrozoobenthos, kepadatan indm2 Hidup Mati I I Ophidonais sp., 82; Lumbricullus sp., 63; Branchiura sp., 4; larva Limnophora, 130; pupaDiptera,426; Melanoides sp., 56 Branchiura sp., 6; Melanoides sp., 148; Brotia sp., 38; Bellamya sp., 8; Salinator sp., 1; Gyraulus sp., 1; Pomacea sp. 1 - II - - Melanoides sp., 2; Pomacea sp., 1 II III Ophidonais sp., 86; Lumbricullus sp., 700; Branchiura sp., 4; larva Limnophora, 86; pupa Diptera, 693; Melanoides sp., 82; Gyraulus sp., 4; larva Insekta, 8 Branchiura sp., 3; Unidentified Lumbriculidae 6 Melanoides sp., 1; Bellamya sp. 1; Pomacea sp., 1 - IV - Branchiura sp., 3 Bellamya sp., 1; Salinator sp., 1; Pomacea sp., 1 III V Ophidonais sp., 152; Lumbricullus sp., 385; Branchiura sp., 8; larva Limnophora, 15; pupa Diptera, 467; Melanoides sp., 41; Gyraulus sp., 8; Brotia sp., 37 Pomacea sp., 1 IV VI Lumbricullus sp., 4; Branchiura sp., 8;larva Limnophora, 8; pupa Diptera, 5 Unidentified Lumbriculidae, 6 Pomacea sp., 1 V VII Ophidonais sp., 5; Lumbricullus sp., 4; larva Limnophora, 59; pupa Diptera, 49; Melanoides sp., 4; larva Insekta, 4 Branchiura sp., 6 Melanoides sp., 4; Bellamya sp., 1; Pomacea sp., 1 Keterangan : Retnowati, 2003 Penelitian ini 4.3. Sedimen 4.3.1. Ukuran partikel sedimen