3
biaya variabel. Untuk itu perlu dilakukan analisis ekonomi untuk mengetahui harga dasar minyak nyamplung yang dapat menjadi acuan dalam penentuan harga jual minyak nyamplung.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pemanfaatan minyak nyamplung untuk bahan bakar motor diesel. Setelah penelitian ini, kemudian dilakukan penelitian mengenai pemurnian
minyak nyamplung. Rancang bangun alat pemanas minyak nyamplung dengan memanfaatkan panas dari gas buang motor diesel merupakan penelitian untama pada rangkaian penelitian mengenai
pemanfaatan minyak nyamplung ini. Diharapkan minyak nyamplung dapat diaplikasikan di daerah yang memiliki potensi tanaman nyamplung sehingga dapat membantu upaya mewujudkan Desa
Mandiri Energi DME
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah 1.
Menganalisis energi yang digunakan dalam proses pembuatan minyak nyamplung. 2.
Menghitung neraca massa proses produksi minyak nyamplung. 3.
Analisis biaya produksi proses produksi minyak nyamplung.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Nyamplung
Nyamplung Calophyllum inophyllum L. termasuk dalam marga Calophyllum. Di Indonesia, tanaman ini tersebar mulai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur hingga Papua. Sementara di dunia, Nyamplung tersebar di beberapa wilayah dunia, yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan
dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat dan amerika Selatan. Taksonomi Nyamplung adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyla
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Guttiferales
Suku : Guttiferae
Marga : Calophyllum
Jenis : Calophyllum inophyllum L.
Tempat tanaman ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau pantai yang berudara panas sampai dengan ketinggian 200 m dpl. Ciri-ciri pohon nyamplung antara lain batangnya berkayu, bulat, warna
coklat, daunnya tunggal, bersilang berhadapan, buahnya bulat memanjang atau bulat telur, ujung daun tumpul, pangkal membulat, tepinya rata. Daun bertulang menyirip panjangnya 10-21 cm, lebar 6-11
cm dengan tangkai 1,5-2,5 cm Kompas, 2008. Tanaman ini menghasilkan 100 kg buah keringpohontahun atau setara dengan 58 kg biji keringpohontahun Octarina, 2010.
2.2 Minyak Nyamplung
Biji nyamplung mengandung minyak 40-72; air 25-35; dan abu 1.1-1.3. Minyak kasar mengandung asam resin 9.7-15. Resin menyebabkan minyak berwarna hijau, rasanya pahit, dan
beracun Andyna,2009. Menurut Debaut et al., 2005 asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Asam lemak penyusun minyak nyamplung
Asam Lemak Komposisi
Asam Palmitoleat C16:1 0.5-1
Asam Palmitat C16 15-17
Asam Oleat 18:1 30-50
Asam Linoleat C18:1 25-40
Asam stearat C18:0 8-16
Asam Arichidat C20 0.5-1
Asam Gadoleat C19:1 0.5-1
5
Menurut Heyne 1987, minyak nyamplung digunakan sebagai obat oles dengan nama ndilo- olie. Minyak nyamplung di beberapa daerah digunakan untuk penerangan Dweek dan Meadows,
2002 Menurut penelitian Andyna 2009, setelah diolah menjadi biodiesel dengan menggunakan reaksi transesterifikasi, terjadi perubahan karakteristik minyak nyamplung seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung sebelum dan sesudah transesterifikasi
Karakteristik Crude Oil
Nyamplung Biodiesel
Nyamplung
Massa jenis kgm
3
934.41 877.78
Viskositas 25°C cp 50.38
2.74 Angka penyabunan
215.60 213.64
Bilangan asam 3.58
2.23 Bilangan iod
109.42 105.51
Cloud Point °C -
11.50
2.3 Analisis Energi