Neraca Massa pada Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Neraca Massa Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Industri

21

4.2 NERACA MASSA PROSES PRODUKSI MINYAK NYAMPLUNG

4.2.1 Neraca Massa pada Proses Produksi dengan Menggunakan Metode

Laboratorium Proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium dimulai dari proses pengeringan biji hingga proses pengempaan. Urutan dalam proses pengukuran neraca massa, yaitu mengukur rendemen proses pengupasan, rendemen pengeringan dan rendemen proses pengempaan. Berdasarkan perhitungan rendemen pada Lampiran 1, rendemen proses penggilingan adalah 100. Hal tersebut karena massa biji nyamplung yang digiling sedikit sehingga kehilangan massa pada saat penggilingan tidak terukur. Rendemen proses pengempaan berdasarkan perhitungan pada Lampiran 1 adalah 40.82. Aliran neraca massa pada proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium ini ditampilkan pada Gambar 16. Gambar 16 Neraca massa produksi minyak nyamplung pada metode laboratorium Biji Nyamplung Buah Nyamplung Biji Nyamplung kering Minyak nyamplung Biji Nyamplung kering halus m : 1000 kg KA : 36.60 m : 434.40 kg KA : 26.90 m : 312.77 kg KA : 3.69 m : 127.67 kg V : 140.29 l Air Cangkang Bungkil Pengupasan Pengeringan Pengempaan Penggilingan m : 565.6 kg m : 121.63 kg m : 312.77 kg KA : 3.69 m : 186.10 kg Keterangan: m = massa KA = kadar air V = volume R = rendemen R = 43.44 R = 72.00 R = 40.82 R = 100.00 22

4.2.2 Neraca Massa Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Industri

Urutan dalam proses pengukuran neraca massa, yaitu mengukur rendemen proses pengupasan, rendemen proses pengukusan, rendemen pengeringan, rendemen proses pengempaan, dan terakhir mengukur rendemen penyaringan. Berdasarkan perhitungan neraca massa pada proses pengupasan pada Lampiran 2, dalam 1 kg buah nyamplung terdapat 0.43 kg massa biji nyamplung dan sisanya cangkang dan kulit buah nyamplung. Hal ini jika diasumsikan buah yang diambil berisi semua. Setelah biji dikumpulkan biji-biji tersebut dikukus untuk mengeluarkan getah sehingga mempercepat proses pengeringan. Setelah dikukus, massa biji kering akan meningkat karena dalam proses pengukusan terjadi peningkatan kadar air biji. Perhitungan pada proses pengukusan dapat dilihat pada lampiran 2. Setelah proses pengukusan massa biji naik 14.11 dari massa awal. Setelah biji dikukus, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering. Pengurangan kadar air dalam biji akan menurunkan massa biji. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 3, dalam proses pengeringan terjadi penurunan massa biji sebesar 28 dari massa awal karena penurunan kadar air. Setelah dikeringkan biji siap untuk dikempa dengan mesin kempa tipe single screw extruder. Dalam proses ini selain menghasilkan minyak, terdapat hasil samping berupa ampas. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 4, rendemen minyak dalam proses pengempaan sebesar 47.45 dari massa biji kering. Pada penelitian Andyna 2009, kadar minyak biji nyamplung antara 40 hingga 70. Rendemen minyak bisa mencapai 70, maka dalam proses pengempaan dengan menggunakan alat kempa tipe single screw extruder ini masih terdapat minyak yang terbawa dalam ampas. Minyak hasil pengempaan kemudian disaring dengan menggunakan kain saring yang yang dikempa dengan mesin kempa hidrolik. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5, dalam proses penyaringan dapat dipisahkan kotoran sebanyak 8 dari massa awal. Dari hasil pengukuran diperoleh neraca massa seperti pada Gambar 12. 23 Gambar 17. Neraca massa proses produksi minyak nyamplung

4.2.3 Perbandingan Neraca Massa Metode Laboratorium dengan Industri