Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Laboratorium Perbandingan Viskositas dan Densitas Minyak Nyamplung Metode

18 berupa minyak yang lebih bersih dari ampas kasar dan hasil sampingnya berupa ampas. Minyak Nyamplung yang sudah lebih halus tersebut dikemas dalam jerigen sesuai pesanan. Gambar 11. Alat penyaring minyak hasil press

4.1.2 Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Laboratorium

Proses produksi minyak nyamplung pada metode laboratorium dimulai dari proses pengupasan buah nyamplung, pengeringan biji, penggilingan, dan pengempaan dengan alat kempa hidrolik seperti dijelaskan pada Gambar 12. Alat kempa yang digunakan dilengkapai dengan pemanas hotpress seperti pada Gambar 13. Alat hotpress ini berdaya 900 Watt. Proses dan kapasitas pengupasan buah tiap orangnya pada metode laboratorium sama dengan metode industri. Pada proses pengeringan dengan memanfaatkan panas matahari, lama pengeringan mencapai 3 minggu. Biji yang sudah kering memiliki kadar air 3-4 dan siap untuk digiling. Penggilingan bertujuan untuk membuka sel biji sehingga minyak mudah keluar saat dikempa. Penggilingan menggunakan blender berdaya 350 Watt yang dioperasikan oleh 1 orang seperti ditampilkan pada Gambar 14. Gambar 12. Bagan alir proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium Pengupasan Pengeringan Pengempaan Penggilingan 19 Gambar 13. Alat pengempa hidrolik berpemanas hotpress Gambar 14. Proses penggilingan Setelah digiling, biji kering yang sudah halus kemudian dikempa dengan hotpress. Biji halus dibungkus kain saring terlebih dahulu Gambar 15 sebagai penyaring kotoran dan ampas kasar. Setelah itu biji kering halus yang sudah dibungkus dikempa pada alat hotpress dengan suhu 80°C. Tujuan pemanasan ini untuk menurunkan viskositas minyak sehingga lebih cepat dan mudah keluar yang secara langsung akan meningkatkan rendemen. blender Kain saring Biji nyamplung 20 Gambar 15. Biji kering halus dibungkus kain saring

4.1.3 Perbandingan Viskositas dan Densitas Minyak Nyamplung Metode

Laboratorium dengan Industri Pada penelitian ini karakter fisik yang dibandingkan adalah viskositas dan densitas. Pengukuran hanya dilakukan pada minyak nyamplung metode laboratorium. Sedangkan viskositas dan densitas minyak nyamplung pada metode industri berdasarkan penelitian Fathiyah 2010. Perbandingan sifat tersebut ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Perbandingan viskositas dan densitas minyak nyamplung kasar Karakter Metode Laboratorium Metode Industri Kecil Fathiyah, 2010 Viskositas cP pada 30°C 59 64 Densitas gram cm 3 0.91 0.93 Berdasarkan perbandingan pada Tabel 5, minyak nyamplung yang dibuat dengan menggunakan metode laboratorium viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang dibuat dengan menggunakan metode industri. Yang menyebabkan kentalnya minyak nabati adalah resin dan asam lemak bebas Djatmiko, 1985. Proses pengukusan dengan suhu tinggi mencapai 110°C pada metode industri menyebabkan resin juga ikut terekstraksi sehingga mengakibatkan meningkatnya viskositas minyak Fathiyah, 2010. Jika minyak akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti diesel maka minyak yang dibuat dengan metode industri membutuhkan suhu pemanasan lebih tinggi agar viskositasnya sama dengan diesel. Dari perbandingan densitas juga diketahui bahwa minyak nyamplung metode laboratorium lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang dibuat dengan metode industri. 21

4.2 NERACA MASSA PROSES PRODUKSI MINYAK NYAMPLUNG