2.5 Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau RTH adalah bagian dari ruang-ruang terbuka open spaces suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
endemik, introduksi guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam wilayah tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah tersebut. Berdasarkan bobot kealamiahannya, bentuk RTH diklasifikasikan menjadi dua yaitu alami habitat
alami, kawasan lindung dan non alami atau RTH binaan pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman. Menurt Simonds 1983, pada
dasarnya ruang terbuka hijau merupakan ruang yang tidak terbangun yang memiliki kekuatan untuk membentuk karakter suatu kota. RTH kota harus tetap
dikembangkan demi menjaga kelangsungan hidup manusia di kota. Tanpa keberadaan RTH akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang
tinggal di dalamnya. Menurut Sulistyantara dalam Faikoh 2008,
RTH memiliki sifat khusus, yaitu dalam pengisiannya banyak didominasi oleh unsur hijau tumbuhan,
sedangkan unsur lainnya yaitu bangunan dengan persentase yang sangat kecil yaitu 20. Unsur hijau ini dapat berupa tanaman ilmiah maupun budidaya
tanaman, blueways aliran sungai dan hamparan banjir, greenways yang berada di jalan bebas hambatan, jalan di taman, transportasi, jalan setapak, jalan sepeda,
tempat lari, taman-taman kota, dan area rekreasi.
2.6 Manfaat dan Kriteria Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi arsitektural, serta fungsi
lainnya yaitu sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan keberlanjutan
kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dalam pengertian cepat dan bersifat tangible seperti mendapatkan bahan-bahan untuk
dijual kayu, daun, bunga, kenyamanan fisik teduh, segar, keinginan dan manfaat tidak langsung berjangka panjang dan bersifat intangible seperti
perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.
Ada beberapa manfaat ruang terbuka hijau menurut beberapa pendapat, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Identitas Kota
Jenis tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu kota yang dapat dikoleksi pada areal RTH. Propinsi Sumatra Barat misalnya, flora yang
dikembangkan dengan tujuan tersebut di atas adalah Enau Arenga pinnata dengan alasan pohon tersebut serba guna dan istilah pagar-ruyung menyiratkan
makna pagar enau Fandeli dalam Riswandi, 2006. b.
Nilai Estetika Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan
menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan pengaturan tata ruang yang sesuai akan memberi kesan
keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang
dilakukan atas keberadaan RTH terhadap nilai estetika adalah bahwa masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan RTH karena memberikan
rasa keindahan dan kenyamanan Tyrväinen dalam Riswandi, 2006. c.
Penyerap Karbon dioksida CO
2
RTH merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya
kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun
RTH untuk membantu mengatasi penurunan fungsi RTH tersebut. Jenis tanaman yang baik sebagai penyerap gas Karbon dioksida CO
2
dan penghasil oksigen adalah damar Agathis alba, daun kupu-kupu Bauhinia purpurea,
lamtoro gung Leucaena leucocephala, akasia Acacia auriculiformis, dan beringin Ficus benjamina. Penyerapan karbon dioksida oleh RTH dengan
jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun Simpson dan McPherson, dalam
Riswandi, 2006.
d. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan, dan mempertahankan
kondisi air tanah. Pada musim hujan, laju aliran permukaan dapat dikendalikan oleh penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau potensi
air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di perkotaan. RTH dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan
akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m
3
setiap tahun Urban Forest Research dalam Riswandi, 2006.
e. Penahan Angin
RTH berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 - 80 Hakim dan utomo, 2004. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam mendesain RTH untuk menahan angin antara lain: 1 jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang kuat, 2
daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang, 3 memiliki jenis perakaran dalam, 4 memiliki kerapatan yang cukup 50 - 60
, 5 tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan Forest Service Publications dalam Riswandi, 2006.
f. Ameliorasi Iklim
RTH dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat
lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi. Jumlah pantulan radiasi matahari suatu RTH sangat dipengaruhi oleh panjang
gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih
nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur oleh RTH adalah kelembaban. Pohon dapat
memberikan kesejukan pada daerah-daerah kota yang panas heat island akibat pantulan panas matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan
baja. Daerah ini akan menghasilkan suhu udara 3-10 C lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal
akan mengurangi suhu atmosfer pada wilayah yang panas tersebut Forest Service Publications dalam Riswandi, 2006.
g. Habitat satwa
RTH bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Hutan kota dapat menciptakan
lingkungan alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang
lainnya Forest Service Publications dalam Riswandi, 2006. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 manfaat
RTH yaitu: 1 sebagai sarana untuk mencerminkan identitas daerah, 2 sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan penyuluhan, 3 sebagai sarana rekreasi aktif
dan pasif serta interaksi sosial, 4 meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan, 5 menumbuhkan rasa kebanggan dan meningkatkan prestise daerah, 6 sarana
aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula, 7 sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat, 8 memperbaiki iklim mikro, dan 9
meningkatkan cadangan oksigen Ruang terbuka hijau dalam suatu wilayah harus memiliki keterkaitan
antara bentang alam dengan jenis pemanfaatan ruang serta vegetasi pengisinya. Menurut Supriyatno dalam Nugroho 2009 , kriteria pengalokasian RTH antara
lain: 1 perencanaan RTH dikembangkan sesuai dengan jenis pemanfaatan ruang kotanya, 2 rencana RTH dilakukan pada lahan yang bentang alamnya bervariasi
menurut keadaan lereng dan berada di atas permukaan laut serta memperhatikan kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan, dan jalur pengaman utilitas, dan
3 pada lahan perkotaan RTH dikuasai oleh badan hukum atau perorangan yang tidak memanfaatkan atau ditelantarkan.
2.7 Ruang Terbuka Hijau Kawasan Industri