BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis
5.1.1 Analisis Kondisi Fisik
Industri rokok PT. Djarum dan industri elektronik PT. Polytron memiliki lokasi yang cukup menguntungkan dilihat dari aspek ekonomi. Akses masuk
kedua industri ini sangat mudah karena berada pada perbatasan kecamatan, dekat dengan jalan antar kota, memiliki alur sirkulasi yang jelas, dan didukung oleh alat
transportasi umum yang cukup banyak Gambar 12.
Gambar 12. Peta Jalur Sirkulasi dan Aksesbilitas Sumber:
www.googlemaps.com.2010
Jalur sirkulasi terdiri dari jalur utama dan jalur percabangan. Jalur utama merupakan jalan penghubung antar wilayah dengan lebar 5-7 m, sedangkan jalur
percabangan adalah jalan kecil dengan lebar 3-5 m, yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya atau antara jalur utama dengan ruang-ruang di
lokasi industri. Meskipun sirkulasi cukup jelas, tetapi masih terdapat beberapa permasalahan antara lain jalan percabangan yang terlalu sempit, tidak adanya jalur
pedestrian serta terdapat kerusakan di beberapa ruas jalan. Kondisi ini sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna jalan terutama pada jalur
percabangan yang ada di dalam lokasi industri Gambar 13.
a b
Gambar 13. Kondisi Jalan di Lingkungan Kedua Industri a. kerusakan beberapa ruas jalan dan b. jalan sempit
Berdasarkan hasil pengamatan dan didukung dengan pernyataan masyarakat industri elektronik PT. Polytron lebih banyak menghasilkan bahan
pencemar dibandingkan dengan industri rokok PT. Djarum. Menurut masyarakat pencemaran yang dirasakan berasal dari aroma menyengat dan kebisingan.
Kondisi ini menyebabkan lingkungan kurang nyaman dan kurang sehat. Sebaliknya, PT. Polytron tidak menghasilkan bahan pencemar yang
membahayakan meskipun terdapat polusi yang ditimbulkan dari suara dari dalam pabrik maupun dari alat pengangkut pabrik.
Selain pencemaran dari kegiatan industri, menurut masyarakat padatnya area industri oleh bangunan juga mempengaruhi kondisi lingkungan. Kondisi ini
disebabkan juga oleh keberadaan bangunan industri pabrik yang berada sangat dekat dengan permukiman dan hanya dipisahkan oleh jalan selebar 3-5 m. Kondisi
ini mengakibatkan lingkungan menjadi sangat padat, udara menjadi semakin
panas dan kering. Terutama permukiman yang sangat dekat dengan pabrik akan lebih banyak merasakan dampak langsung dari industri. untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Peta Penggunaan Ruang Sumber: Hasil analisis penulis, 2010
Ruang terbangun merupakan ruang yang didominasi bangunan yaitu berupa bangunan industri dan permukiman. Sebaliknya, ruang tak terbangun
adalah ruang yang tidak terdapat bangunan di atasnya yaitu berupa pekarangan, sawah, dan pemukiman. Kawasan Peruntukan Industri KPI untuk wilayah
industri PT. Djarum memiliki ruang terbangun sebesar 58 dan ruang tak terbangun sebesar 42. Sedangkan untuk KPI wilayah industri PT. Polytron
memiliki ruang terbangun sebesar 46 dan ruang tak terbangun sebesar 54.
Jika dililihat dari kondisinya saat ini, dua industri tersebut telah memenuhi persyaratan industri secara umum sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Daerah. Dilihat dari lokasinya kedua industri tersebut sudah memenuhi kriteria dan peraturan yang diberikan daerah berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah RTRW Kebupaten Kudus. Selain itu keduanya memiliki fasilitas dan aksesibilitas yang sudah sesuai dengan kriteria atau persyaratan dari
suatu industri sehingga keduanya layak untuk dipertahankan dan dikembangkan. Hanya saja kedua area industri ini dihadapkan pada permasalahan dengan
menurunnya kualitas lingkungan akibat pengaruh kegiatan industri. Penurunan kualitas lingkungan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
pengaruh pembangunan dan pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan industri. Jika lingkungan dari kedua industri ini menurun maka perkembangan dari kedua
industri ini juga akan terhambat. Oleh karena itu diperlukan solusi yang diarahkan untuk mempertahankan dan mengembangkan industri yang ada tetapi dengan
tetap menjaga kondisi lingkungan industri. Salah satu alat yang paling efektif dalam memperbaiki kualitas lingkungan adalah dengan penyediaan Ruang
Terbuka Hijau RTH. Sehingga dalam Kawasan Peruntukan Industri KPI kedua industri ini seharusnya terdapat RTH yang cukup dan berfungsi dengan baik
dalam memperbaiki kualitas lingkungan. Jika dilihat dari penggunaan ruangnya saat ini dari hasil perhitungan luasan RTH pada kedua industri sudah memenuhi
kriteria atau standar Koefisien Dasar Hijau KDH. Dimana berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Kudus KDH untuk kawasan peruntukan industri yaitu lebih
dari 40 Gambar 14.
5.1.2 Analisis Ruang Terbuka Hijau RTH