Teknik Analisis Data Keabsahan Data

penerapan musik sebagai media terapi di sekolah tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Terapi Pagi Ceria Pagi Menyapa Jenis musik yang digunakan dalam proses terapi musik “Pagi Ceria Pagi Menyapa” ini adalah jenis musik anak yang bertemakan alam, makhluk hidup, dan kehidupan sehari-hari yang cenderung memberikan semangat, keceriaan, dan pemahaman terhadap anak penyandang autisme. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ana Nur Anis, S.Pd selaku guru sekaligus terapis di sekolah tersebut, sebagai berikut. “Kenapa dalam terapi Pagi Ceria Pagi Menyapa ini kami menggunakan musik anak, karena musik anak itukan mempunyai karakter musik yang ceria, selain itu lirik dari musiknya juga dapat diperagakan dan memberikan pemahaman terhadap anak bagaimana bentuknya, geraknya, benda ataupun mahluk hidup yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya seperti pesawat, burung, kupu-kupu, katak dan lain-lain .” Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa, penggunaan musik anak dalam terapi “Pagi Ceria Pagi Menyapa” sangat berperan dalam membentuk mood anak menjadi lebih baik sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan musik anak yang mempunyai karakter musik yang ceria, keceriaan anak dapat terbentuk sejak pagi hari. Selain itu, lirik-lirik lagu sederhana yang terdapat pada musik anak dapat diperagakan melalui gerak tubuh yang mana dapat membantu perkembangan motorik anak. 2. Terapi Karawitan Jenis musik yang diterapkan dalam terapi musik karawitan adalah jenis musik karawitan dengan lagu-lagu daerah, seperti Gangsaran, Mayar Sewu, Projo Tamansari, Gugur Gunung, dan Caping Gunung. Hal ini seperti yang diungkapkan Warsito, S.Sn selaku instruktur musik juga menjelaskan tentang kegiatan terapi karawitan ini, sebagai berikut. “Jenis musik yang digunakan dalam terapi karawitan ya musik-musik karawitan dengan lagu-lagu daerah, selain untuk melestrarikan kesenian tradisional, musik karawitan juga dapat mengajarkan kerjasama, komunikasi antar pemain dan menambah pelafalan kosakata siswa melalui nembang”. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa, dalam terapi Karawitan ini menggunakan lagu-lagu daerah yang dalam pengaplikasiannya memainkan alat musik gamelan dan bernyanyi atau nembang. Hal ini dilakukan dengan tujuan selain melestarikan kesenian tradisional, juga mengajarkan kerjasama, komunikasi, serta mengajarkan pelafalan kosakata anak. 3. Terapi Bermain Alat Musik dan Bernyanyi Jenis musik yang digunakan pada proses terapi bermain alat musik dan bernyanyi adalah jenis musik pop dan musik anak yang cenderung bersifat komunikatif. Jenis musik pop yang diterapkan bukan hanya meliputi lagu-lagu populer terbaru, namun juga lagu-lagu lawas, atau lagu nasional sesuai keinginan atau kesukaan anak penyandang autisme. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh saudara Rochmad Zaelani sebagai instruktur, sebagai berikut. “Dalam terapi bermain alat musik dan bernyanyi, jenis musiknya adalah jenis musik pop, lagu-lagunya seperti lagu untuk mama, lagu- lagunya Ada Band, Noah, ada juga yang suka lagu kenangan, masalahnya kan tiap siswa ada yang suka lagu Ada Band, Noah, tembang kenangan, dan lain-lain, disesuaikan dengan kesuakaan siswanya, kayak gitu. Kadang juga ada yang memainkan lagu nasional”. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa, dalam terapi bermain alat musik dan bernyayi, jenis musik yang digunakan adalah jenis musik pop dan musik anak. Lagu-lagu yang sering dimainkan oleh siswa adalah lagu-lagu yang sedang populer pada saat ini, seperti lagu-lagu dari grup band Noah, Ada Band, dan lain-lain. Selain itu, lagu-lagu yang juga sering dimainkan selain lagu popular pada era sekarang adalah lagu kenangan dan lagu nasional. Dalam pengaplikasian terapi bermain alat musik dan bernyayi ini lagu-lagu yang dimainkan dalam proses terapi cenderung disesuaikan dengan kesukaan tiap siswa.

B. Cara Penerapan Musik Sebagai Media Terapi Pada Anak Penyandang

Autisme di Sekolah Khusus Autisme Bina Anggita Yogyakarta Dalam melakukan kegiatan penerapan musik sebagai media terapi, Sekolah Khusus Autisme Bina Anggita Yogyakarta membagi kegiatan terapi musik terlebih dahulu yaitu terapi “Pagi Ceria Pagi Menyapa”, terapi karawitan, terapi bermain alat musik, dan terapi bernyanyi. Dalam proses kegiatan terapi tersebut, guru sekaligus terapis dan instruktur musik di sekolah tersebut menggunakan metode demonstrasi, metode imitasi, dan metode drill. Ketiga metode ini saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan tercapainya terapi musik di sekolah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Ana Nur Anis, S.Pd selaku guru sekaligus terapis di sekolah tersebut, sebagai berikut. “Jadi dalam melakukan kegiatan terapi musik di sini pertama kali kami membagi kegiatan terapinya terlebih dahulu lalu dalam penerapanya kami menggunakan metode demonstrasi, guru sekaligus terapis dan instruktur musik memberikan contoh, lalu anak-anak menirukannya imitasi. Tapi anak-anak tetep dibimbing agar mau mengikuti proses terapi musik. Setelah itu baru digunakan metode drill, anak-anak dilatih terus-menerus, tetapi tetap anak-anak didampingi gurunya masing-masing, secara personal. ” Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, metode demonstrasi dilakukan oleh guru sekaligus terapis dan instruktur musik dalam kegiatan terapi “Pagi Ceria Pagi Menyapa”, karawitan, bermain alat musik, dan bernyayi. Setelah menggunakan metode demontrasi selanjutnya guru sekaligus terapis dan instruktur musik di sekolah tersebut menggunakan metode imitasi, metode ini dapat mempermudah anak penyandang autisme dalam melakukan kegiatan terapi musik yang diterapkan oleh guru sekaligus terapis dan instruktur musik, karena guru sekaligus terapis dan instruktur musik memberikan contoh terlebih dahulu lalu anak-anak menirukanya. Metode imitasi ini dirasa tepat diterapkan dalam kegiatan terapi musik mengingat karakteristik anak penyandang autisme yang tidak bisa diberikan pengarahan secara verbal. Setelah dilakukan metode demonstrasi dan imitasi, guru dan instruktur menerapkan metode drill dalam kegiatan terapi musik. Metode drill memiliki peranan penting dalam proses terapi musik karena drill merupakan bentuk latihan yang bertujuan untuk memperdalam ketrampilan anak penyandang autisme dalam melakukan kegiatan-kegiatan terapi musik. Metode ini berupa