Terapi Musik KAJIAN TEORI

keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola-pola pernafasan dan relaksasi otot Djohan, 2009: 249. Eurythmicz dalam Sheppard, 2002: 62 mengatakan bahwa emosi bisa dirasakan melalui gerakan dan emosi juga bisa diungkapkan melalui gerakan, suara, sikap tubuh serta bentuk tubuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerakan ritmis pada terapi musik merupakan gerakan yang membawa ungkapan emosi yang dapat memperkuat fungsi ingatan, serta mengembangkan jangkauan fisiologis, menggabungkan mobilitas, ketangkasan, kekuatan, keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola-pola pernafasan dan relaksasi otot. Gerakan juga dapat digunakan sebagai sebuah pengungkapan perasaan serta ide seseorang. 4. Mendengarkan Musik Mendengarkan musik memberikan nuansa menghibur yang menumbuhkan suasana menggembirakan, apalagi jika lagu-lagu yang diperdengarkan sesuai dengan suasananya, misalnya lagu gembira yang memberikan rangsangan aktivitas psikofisik pada seseorang Satiadarna Roswiyani, dalam Rusmawati dan Dewi 2011: 2. Djohan 2009: 250 menjelaskan bahwa mendengarkan musik memiliki banyak aplikasi terapi karena dapat mengembangkan ketrampilan kognisi, seperti memori dan konsentrasi. Musik juga dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi atau menstimuli pikiran, imajinasi, dan memori yang dapat diuji dan didiskusikan baik secara sendiri ataupun dengan kelompok pendukung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mendengarkan musik dapat mengembangkan ketrampilan kognisi, menstimuli respon relaksasi, motivasi atau menstimuli pikiran, imajinasi, serta memberikan rangsangan aktivitas psikofisik pada seseorang. Mendengarkan musik juga menimbulkan perasaan senang, terlebih apabila mendengarkan jenis musik atau lagu gembira. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukan bahwa terapi musik bukan hanya mendengarkan musik saja akan tetapi ada hal-hal lain yang dapat dikembangkan di dalam proses terapi tersebut di antaranya yaitu keterampilan memainkan musik atau bermain musik, menciptakan bunyi, improvisasi, dan bagaimana memvisualkan musik melalui gerak. Hal tersebut tentu saja memungkinkan bagi individu untuk berolah musik sekalipun yang bersangkutan tidak dapat mendengar dengan baik akan tetapi ia dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan intruksi dari terapis dan berimprovisasi melalui alat musik sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan yang harmonis baik dari segi fisik, intelektual, emosi dan sosial.

D. Autisme

Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum, autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri, dari pada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari Chaplin, 2000: 46. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa penderita gangguan autisme merupakan orang yang hidup di dalam dunianya sendiri. Istilah autisme pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner seorang psikiater dari Universitas John Hopkins Amerika Serikat pada tahun 1943. Istilah autisme ini digunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang tidak mampu bersosialisasi dengan dunianya secara baik, mengalami kesulitan menggunakan bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan disekitarnya Yatim, 2007: 9. Ditinjau dari segi perilaku, anak dengan gangguan autisme cenderung tidak percaya diri, bersikap agresif, menggerak-gerakan tubuhnya secara tidak wajar dan menanggapi secara kurang atau bahkan berlebihan terhadap suatu stimuli eksternal Maulana, 2010: 13. Gangguan autisme merupakan masalah perkembangan pada anak yang amat komplek dan dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi. Berikut ini beberapa klasifikasi anak dengan gangguan autisme menurut Mangunsong 2009: 169 antara lain: 1 Autisme infantil atau autisme masa anak-anak; 2 Asperger Syndrome AS; 3 Rett Syndrome; 4 Childhood Disintegrative Disorder; dan 5 Pervasive Developmental not Otherwise Specified PDD- NOS. Kelima hal tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Autisme infantil atau autisme masa anak-anak Autisme infantil autisme pada masa kanak-kanak adalah gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia menirumembeo, mutism kebisuan, tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara, pembalikan kalimat dan kata menggunakan kamu untuk saya, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya, rasa takut akan perubahan, kontak mata yang buruk, lebih menyukai gambar dan benda mati Kaplan dalam Ratnadewi, 2008: 1. Autisme masa anak-anak yaitu penarikan diri yang ektrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang stereotipik yang muncul sebelum usia 3 tahun Mangunsong, 2009: 169. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, Autisme infantil atau autisme masa anak-anak merupakan gangguan ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain berupa penarikan diri dari lingkungan sosial. Autisme Infantil dapat ditandai dengan gangguan berbahasaberkomunikasi, tingkah laku yang terbatas dan berulang strereotipik, ingatan yang kuat, rasa takut akan perubahan, kontak mata yang buruk, lebih menyukai gambar dan benda mati, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak lelaki dari pada anak perempuan. 2. Asperger Syndrome AS Aspergers Syndrome merupakan hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat atau aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia hingga di atas rata-rata Teresa, 2010: 3. Priyatna 2010: 2 menjelaskan bahwa Aspergeres Syndrome adalah bentuk yang lebih ringan dari gangguan perkembangan pervasif yang ditunjukkan dengan penarikan diri dari interaksi sosial serta perilaku stereotip, namun tanpa disertai keterlambatan yang signifikan pada aspek bahasa dan kognitif. Lebih lanjut Mangunsong 2009: 169 mengemukakan bahwa individu dengan sindrom asperger memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang mengalami gangguan autisme masa anak- anak, namun mereka kesulitan dalam interaksi sosial. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Asperger Syndrome AS adalah hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas yang ditunjukkan dengan penarikan diri dari interaksi sosial serta perilaku stereotip, memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata, namun tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara karena memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang mengalami gangguan autisme masa anak-anak. Secara umum, dapat dikatakan bahwa asperger adalah bentuk lebih ringan dari autisme. 3. Rett Syndrome Rett Syndrome merupakan gangguan yang ditandai adanya keadaan abnormal pada fisik, sedangkan perilaku, dan kemampuan kognitifnya tetap normal Priyatna, 2010: 2. Penderita Rett Syndrome muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta ketrampilan motorik yang telah terlatih Mangunsong, 2009: 169. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Rett Syndrome merupakan gangguan yang muncul pada usia 7 sampai 24 bulan dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta keterampilan motorik yang telah terlatih, sedangkan perilaku, kemampuan kognitif tetap normal. Rett Syndrome hanya dialami oleh anak perempuan. 4. Childhood Disintegrative Disorder Childhood Disintegrative Disorder merupakan gangguan yang melibatkan hilangnya keterampilan yang telah dikuasai anak setelah satu periode perkembangan normal pada tahun pertama Priyatna, 2010: 2. Kehilangan tersebut merupakan kehilangan terhadap kemampuan yang signifikan dalam ketrampilan terlatih pada beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung Mangunsong, 2009: 169. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Childhood Disintegrative Disorder merupakan gangguan yang melibatkan